3 Bulan Terlibat Belajar-Mengajar Daring, Guru dan Murid di Sulawesi Barat Baru Sadar Mereka Beda Sekolah
Pandemi virus corona COVID-19 memaksa pendidikan beradaptasi menjadi pembelajaran daring atau online demi meminimalisir resiko tertular virus yang pertama kali diumumkan masuk Indonesia pada 2 Maret silam itu.
IDWS, Kamis, 1 Oktober 2020 - Proses belajar-mengajar pun bisa dilangsungkan dari rumah masing-masing, baik bagi pengajar maupun para murid. Banyak sekolah telah memiliki memberlakukan sistem pembelajaran daring tersebut. Tentunya tidak semua berjalan mulus seperti harapan. Ada saja kendala seperti murid yang tidak memiliki perangkat elektronik memadai, atau koneksi internet yang tidak cukup cepat atau kurang terjangkau harganya.
Namun dari sekian banyak masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar daring, ada satu kasus yang terbilang unik dan mengundang tawa. Bagaimana tidak, setelah menjalani proses belajar-mengajar daring hingga mengumpulkan tugas serta berbagai materi pelajaran lewat pesan singkat di WhatsApp selama tiga bulan lamanya, rupanya seorang guru dan murid diketahui beda sekolah, bahkan beda kabupaten.
(Sumber: Facebook/harianto.andimatu)
Guru yang menurut laporan liputan6.com bernama Hartanto Andi Ma'tu tersebut baru menyadari ketika murid yang ia ajar secara daring tiga bulan lamanya itu mengklarifikasi nama guru. Ternyata nama guru si murid bukanlah nama dirinya, namun rekan kerja Harianto.
Guru pria tapi dipanggil 'Bu'
Kisah ini bermula saat Harianto Andi Ma'tu guru di Mamuju, Sulawesi Barat ini mendapat pesan singkat dari siswa kelas 7 IPA pada 29 Juli 2020. Sang murid mengumpulkan tugas pertamanya, ia juga mengecek nama dan alamat. Namun ia bingung dengan alamat yang ditulis sang murid. Hari pun berpikir sang murid hanya salah tulis alamat.
(Sumber: Facebook/harianto.andimatu)
Ia juga menyapa Hari dengan sebutan 'Bu', padahal seharusnya menggunakan 'Pak'. Namun, Hari masih memaklumi karena mungkin belum kenal. Pada bulan Agustus sang murid mengirmkan tugas ke-2nya, tetapi sang murid masih memanggilnya dengan sebutan 'bu. Ia pun menjelaskan namanya berharap disapa dengan panggilan 'Pak'.
Hari mulai curiga saat sang murid tak pernah membahas aplikasi belajar online. Padahal, tugas dan modul ada disana. Namun, dilain sisi ada seorang anak dengan nama mirip sudah mengirimkan tugas pekanan dari aplikasi. Masih sama, ia pun tetap disapa Bu oleh sang murid.
Hari pun terus mencantumkan nama lengkapnya agar sang murid bisa memanggilnya dengan sebutan 'Pak'. Hingga akhirnya pada 24 September 2020, sang murid mengklarifikasi nama gurunya. "24 September 2020, ananda kembali bertanya perihal tugasnya dan mengklarifikasi nama gurunya, dengan Ibu U..?" ujar Hari di laman Facebooknya pada 25 September 2020 lalu.
(Sumber: Facebook/harianto.andimatu)
Sejak saat itu, Hari pun mulai menyadari bahwa sang murid berasal dari sekolah yang berbeda.
Setelah sang murid mengonfirmasi nama sang guru, Hari pun baru menyadari bahwa muridnya berasal dari sekolah yang berbeda. Ia pun memeriksa kembali tugas yang sudah sang murid kumpulkan. Saat ditelusuri, di catatan lembar tertulis nama dan nomor ponsel berbeda, bukan milik guru SMP Budong-Budong ini.
"Astaga, baru sadar ananda sepertinya bukan siswa dari sekolah kami. Saya kembali periksa foto jawaban modul yang telah dikirimkannya. Pada foto pertama tak ada yang aneh (kecuali alamat tadi), pada foto modul tugas ke 2 dan 3, saya perhatikan pada catatan lembar tertulis nama dan nomor ponsel berbeda, bukan milik saya (benar bahwa ananda bukan siswa kami). Tertulis nama dan nomor adik kelas, teman, rekan saya di kabupaten tetangga." ujar Hari di laman Facebooknya pada 25 September 2020 lalu.
Dalam lembar tersebut, tertulis nama rekan guru lain yang berbeda sekolah bahkan berbeda kabupaten. Murid berasal dari Pasangkayu, Sulawesi Barat. Sedangkan, Hari berasal dari Mamuju, Budong-Budong Sulawesi Barat.
Ia pun mengklarifikasi kepada murid bahwa mereka berbeda sekolah, namun sang murid tetap boleh belajar bersama Hari.
Diunggah di akun Facebook Harianto Andimatu pada Jumat 25 September 2020 lalu, kisah unik guru-murid beda sekolah tapi terlibat dalam proses belajar-mengajar daring itu mendapat perhatian netizen Indonesia dan menggundang berbagai komentar, yang mayoritas merasa terhibur dan kocak karena kesalahpahaman keduanya.
(Stefanus/IDWS)