Murid SD di Samarinda Diduga Diusir Guru Saat Ujian dan Dirundung Murid-murid Lain Karena Kesulitan Finansial
Seorang murid sekolah dasar negeri (SDN) di Samarinda, Kaltim, diduga diusir oleh gurunya dari ruang kelas saat ujian berlangsung pada Selasa (31/5/2022).
IDWS, Rabu, 8 Juni 2022 - Kejadian itu mengundang simpati banyak pihak, hingga kini murid bernama Musdalifah (10) itu banjir bantuan. Dia mendapat bantuan ponsel, beasiswa, uang tunai, hingga rehab rumah
Melansir laporan Kompas.com pada Rabu (8/6/2022), kronologi kejadian berawal ketika murid-murid SD Negeri 002 Samarinda sedang menjalani ujian kenaikan kelas pada Senin (30/5/2022) secara tatap muka di sekolah. Murid bernama Musdalifah datang ke sekolah untuk mengikuti ujian di ruang kelas III.
Ini adalah pertama kalinya Musdalifah datang ke sekolah setelah dimulainya kembali pembelajaran tatap muka. Saat sekolah masih mempraktikkan pembelajaran online karena pandemi COVID-19, Musdalifah jarang ikut karena tak memiliki ponsel yang bekerja dengan baik. Ponsel yang ia gunakan adalah ponsel bekas yang sering rusak sehingga tidak efektif digunakan untuk pembelajaran online.
Begitu pembelajaran tatap muka kembali dipraktikkan, seragam sekolah Musdalifah rupanya sudah kekecilan sehingga tak lagi muat. Tantenya, Siti Manuwatah (37) yang menjadi wali murid sekaligus menampung Musdalifah tinggal, tak bisa membelikan seragam karena kesulitan finansial. Siti sempat mencarikan seragam bekas ke tetangga, namun tak ada. Akibatnya, Musdalifah pun tak bisa datang ke sekolah.
Informasi itu kemudian tersebar hingga ke telingan relawan sosial di Samarinda, sehingga Musdalifah pun mendapat bantuan seragam dan bisa berangkat ke sekolah.
Melihat Musdalifah masuk kelas untuk ikut ujian, murid-murid yang lain meneriaki dan mengolok-olok Musdalifah karena karena lama tak terlihat.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun saat mengunjungi Musdalifa, murid SD di Samarinda, Kaltim, yang diduga diusir oleh gurunya, Senin (6/6/2022). (Kompas.com/TRIBUNKALTOM.CO/RIDUAN)
Guru yang mengawasi ujian entah bagaimana menjadi emosional dan meminta Musdalifah pulang untuk memanggil orangtua atau wali muridnya. Saat Musdalifah keluar kelas, ia diteriaki oleh murid-murid lainnya. Musdalifah lalu berjalan ke pinggir jalan depan sekolah sebelum kemudian menangis memeluk tasnya.
"Karena anak itu baru turun (ikut ujian), jadi diteriaki teman-temannya. Tapi ada guru yang emosional minta anak itu pulang panggil orangtua/wali," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Samarida Asli Nuryadin menceritakan kronologi kepada Kompas.com, Selasa (7/6/2022).
Saat diusir pulang, seorang relawan bernama Mamat datang ke SDN itu dan memediasi agar Musdalifah tetap ikut ujian. Dengan kondisi menangis, Musdalifah digiring masuk lagi ke dalam kelas menemui wali kelasnya. Saat itu, Mamat meminta agar wali kelasnya mengizinkan Musdalifah tetap ikut ujian. Permintaan itu diterima, tapi dengan catatan Musdalifah tak naik kelas.
"Wali kelasnya bilang begitu. Jadi saya tanyalah Musda (Musdalifah) maukah dek sekolah, tapi tidak naik kelas. Anak ini mau kok, asal dia sekolah," kata Mamat kepada Kompas.com.
Akhirnya, hari itu, Musdalifah diizinkan ikut ujian. Namun, setelah kelar ujian, pulang ke rumah dia sedih lagi.
Situasi menyedihkan Musdalifah
Musdalifah dan adiknya Merlin (9) merupakan anak piatu. Keduanya ditinggal ibunya sejak tiga tahun lalu. Sementara ayahnya dipenjara karena terjerat kasus pidana. Akhirnya, ia dan adiknya tinggal bersama tantenya Siti Manuwatah (37) di sebuah rumah kayu sederhana di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang.
Siti punya empat anak. Ditambah dua Musdalifah dan adiknya, sehingga dia merawat enam anak di rumah tersebut bersama suaminya. Pekerjaan suaminya hanya serabutan. Saat belajar online, Musdalifah awalnya menggunakan sebuah ponsel bekas. Karena sering error, dia selalu ketinggalan pelajaran.
"Dia (Musdalifah) punya HP. Tapi sering error. Mati hidup mati hidup saat belajar online sampai rusak, enggak bisa pakai lagi," kata Siti seperti dikutip dari Kompas.com.
Selama itu pula, keponakannya tak bisa belajar online karena tak ada ponsel. Siti mengaku tak punya uang untuk membeli yang baru.
Wali Kota Samarinda sebut permasalahan itu hanya salah paham
Setelah pemberitaan akan diusirnya Musdalifah dari ruang kelas menarik perhatian publik Samarinda, Wali Kota Samarinda Andi Harun turut mengunjungi kediaman murid SD pada Senin (6/6/2022). Dia menyebut kasus tersebut hanya salah paham.
"Tidak seperti yang ramai di medsos," kata Andi Harun. Andi Harun mengatakan, niat guru itu mendisiplinkan murid karena lama tak muncul.
"Karena memang pihak sekolah juga pernah mencari tahu anak itu, tapi informasinya terputus," sambungnya.
(stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com