Dr. Sergio Canavero Melakukan Transplantasi Kepala Pertama di Dunia
Ini bukan kisah Frankenstein, makhluk fiksi dalam Mary Shelley yang berasal dari potongan jasad manusia yang disatukan, yang ditulis kala Eropa diliputi kemuraman akibat letusan Gunung Tambora: a year without summer. Seorang ahli bedah Italia, Dr Sergio Canavero mengumumkan segera melakukan transplantasi kepala manusia ke jasad donor.
Seorang warga Rusia terpilih menjadi pasien yang akan mendapatkan transplantasi kepala yang dilakukan pertama kali di dunia. Transplantasi itu dijanjikan akan dilakukan tahun depan.
Valery Spiridinov, pria berusia 30 tahun yang bekerja sebagai ilmuwan komputer. Ia sejak lahir telah menderita penyakit genetik yang aneh, disebut sebagai penyakit kelainan otot Werdnig-Hoffman, yang membuat tubuhnya tidak berkembang, namun kepalanya masih berfungsi.
"Keputusan saya final dan saya tidak berniat untuk mengubahnya. Saya ingin merasakan memiliki tubuh normal sebelum saya mati," ujar Spiridinov.
Menurut Spiridinov, rasa takut menjalani transplantasi ini sudah pasti ada, namun ini dianggapnya sebagai hal yang menarik. Tidak hanya karena ingin mengubah nasib, tapi karena memang dia tidak memiliki pilihan lain untuk menjalani hidup normal.
Canavero sendiri merupakan dokter yang dianggap cukup kontroversial. Ia membuka pendaftaran kepada orang-orang yang berniat melakukan transplantasi kepala. Dari ribuan surat yang masuk, Canavero memilih Spiridinov. Keduanya tidak pernah bertemu namun kerap berkomunikasi lewat Skype. Canavero juga tidak memiliki jejak medis Spiridinov, namun ia tetap yakin bisa melakukan transplantasi ini.
Rencana Canavero ini dikritik banyak pihak. Bahkan mereka menyebutnya sebagai 'angan-angan belaka'. Canavero pun kerap disamakan dengan Dr. Frankenstein, tokoh dokter ambisius yang menghidupkan orang mati dalam film dengan judul yang sama.
Namun Canavero tetap pada tujuannya. Bahkan dia memprediksi operasi yang membutuhkan waktu 36 jam ini bisa menghabiskan biaya sampai US$8 juta.
Kepala Spiridinova nanti akan dilepaskan dari tubuhnya, untuk kemudian disematkan ke tubuh seorang pendonor. Tubuh pendonor ini dipastikan tetap sehat dan segar, meskipun kepalanya tidak lagi berfungsi. Tahap awal operasi, kepala pasien dan tubuh pendonor harus dipisahkan dari saraf tulang belakang masing-masing di waktu yang bersamaan, menggunakan pisau supertajam agar potongannya rapi.
Kepala pasien kemudian langsung diletakkan di tubuh lain menggunakan 'resep sihir' Canavero, sebuah sari perekat yang disebut polyethylene glycol. Perekat inilah yang akan membuat kepala Spiridinov dan tubuh pendonornya tak akan terlepas.
Para pengkritik mengatakan, kesulitan terbesar yang akan dihadapi Canavero dalam proses ini adalah penyatuan saraf tulang belakang. Namun Canavero mengaku telah memiliki cara agar pasien bisa bergerak normal, merasakan wajahnya, bahkan berbicara dengan suara yang lantang.
Transplantasi kepala sejatinya pernah dilakukan pada 1970 dengan melibatkan monyet. Sayangnya, para ilmuwan tidak ikut mentransplantasikan saraf tulang belakang si monyet sehingga setelah operasi selesai, monyet tidak bisa bergerak. Monyet itu hanya bisa bertahan selama sembilan hari sebelum akhirnya meninggal karena sistem imun dalam tubuhnya menolak kepala yang baru.
Kepala dan tubuh manusia adalah buatan Sang Pencipta yang sangat alami dan sempurna. Mampukah sains membuat hal yang sama? Kita lihat saja pembuktian transplantasi kepala ini dalam 2 tahun ke depan...