Strategi Indonesia Untuk Mendapatkan Pinjaman Dari AS
Total utang Indonesia pada Maret 2015 ini kembali mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp2.795,84 triliun. Angka ini naik sebesar Rp51,48 triliun dari Februari 2015 sebesar Rp2.744,36 triliun.
Seperti dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), 75,1 persen pinjaman berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp2.099,35 triliun.
SBN tersebut, terdiri atas SBN dengan denominasi valas sebesar Rp30,73 triliun. Sementara untuk SBN dengan denominasi Rupiah sebesar Rp1.568,62 triliun.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pemerintah sengaja mempercepat penarikan utang luar negeri. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pembiayaan di awal tahun.
Selain itu, peningkatan utang juga terjadi untuk pinjaman luar negeri menjadi Rp696,48 triliun. Adapun pinjaman luar negeri bulan sebelumnya, adalah Rp690,75 triliun.
Pinjaman dalam negeri juga tercatat meningkat tipis menjadi Rp3,31 triliun setelah sebelumnya berada pada angka Rp3,30 triliun. Pinjaman ini menduduki 0,1 persen porsi dari posisi utang pemerintah.Banyak negara dan lembaga menawarkan pinjaman utang kepada Indonesia dengan bunga yang kompetitif. Hal itu lantaran Indonesia dianggap negara yang aman untuk diberikan pinjaman.
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan mengatakan bahwa banyak pihak yang tertarik meminjamkan dana ke Indonesia karena aman. Pasalnya, Indonesia masih terus melakukan pembangunan infrastruktur.