Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Tanpa Sinar Matahari?
Selama ini jika mendengar kata “bercocok tanam”, yang muncul dalam benak kita adalah lahan yang luas, tanah terbuka yang gembur, serta sinar matahari. Ya bagaimana bisa bercocok tanam tanpa tanah dan sinar matahari? Namun sekarang agaknya dengan kemajuan teknologi yang teramat pesat, konsep bercocok tanam akan segera berganti dalam kamus otak kita di masa depan.
Sebuah perusahaan asal Amerika Serikat bernama AeroFarms telah menggelontorkan dana sebesar $30 juta untuk merealisasikan sebuah konsep pertanian baru yang bertujuan untuk memproduksi hasil panen yang lebih banyak di lahan yang lebih kecil dan di saat yang sama meminimalisir kerusakan pada alam, sekalipun misalnya, harus benar-benar menyeret keluar “bercocok tanam” dari ekosistem alam.
AeroFarms dan beberapa perusahaan lain mengembangkan aeroponik, sebuah sistem iklim terkontrol yang diklaim dapat merubah konsep pertanian konvensional. Mereka juga berharap hal yang mereka kembangkan tersebut dapat membantu menangani masalah kekurangan pangan dunia.
AeroFarms mempromosikan produk mereka bebas penyakit, hama, dan pestisida, sebuah aspek yang banyak investor pikir akan sangat menarik bagi konsumen untuk membeli produk organik tersebut.
“Di luar sana, kita tidak bisa mengendalikan sinar matahari maupun hujan,” tutur Marc Oshima, Chier Marketing Officer dari AeroFarms. “Di sini, kami memberikan tanaman-tanaman apa yang mereka butuhkan untuk tumbuh.”
Saat ini AeroFarms telah menanam lebih dari 250 jenis sayur-sayuran dan menjual lebih dari 20 variasi seperti arugula, kale, dan bayam. Mereka berharap dapat melebarkan jenis-jenis produk mereka. Hanya saja, konsep bercocok tanam mereka terganjal oleh keterbatasan ketinggian; untuk saat ini semua jenis tanaman yang ditanam di lahan vertikal AeroFarms merupakan sayuran dengan batang yang sangat pendek.
AeroFarms menanam produk-produk mereka pada sebuah “mesin” persegi panjang setinggi 20 kaki yang terlihat seperti kulkas raksasa tanpa pintu. Akan tetapi, bukannya menyimpan sayuran, sayur-sayuran justru tumbuh di dalamnya. Terdapat 7 “lantai” pada mesin raksasa tersebut, di mana sayur-sayuran terlihat tumbuh.
Pada atap setiap “lantai”, terdapat kolom-kolom lampu LED dengan gelombang cahaya khusus yang berfungsi sebagai pengganti sinar matahari. Menurut Oshima, cahaya yang dibutuhkan sayur-sayuran tersebut tidak harus datang dari matahari.
Sayur-sayuran tersebut terlihat tumbuh pada sesuatu yang tampak seperti selimut raksasa. Menanam tanaman pada medium selain tanah sebenarnya bukanlah hal baru, seperti misalnya teknologi hydroponik. Akan tetapi menurut Oshima, aeroponik lebih superior dibandingkan dengan hydroponik. “Selimut” yang digunakan sebagai medium pengganti tanah tersebut terbuat dari kain daur ulang botol plastik, di mana kemudian nutrisi-nutrisi yang diperlukan tanaman “diembunkan” pada lembaran selimut tersebut. Teknologi aeroponik juga diklaim 95% hemat air serta 50% hemat pupuk dibandingkan dengan bercocok tanam konvensional. namun tentunya, harga dari produk-produk aeroponik masih belum bisa ditekan agar terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Jika teknologi aeroponik ini benar-benar dapat direalisasikan untuk menumbuhkan lebih banyak lagi jenis serta variasi tanaman, serta biaya produksi bisa ditekan, maka tentunya hal itu akan sangat membantu untuk mengatasi solusi kekurangan pangan dunia.