Lemak Ceker Ayam Bermanfaat Untuk Balita
Mendengar kata 'kanker' merupakan hal yang menakutkan banyak orang, terutama kaum wanita. Maklum, kanker mamatikan banyak mengintai perempuan, misalnya kanker payudara dan kanker serviks. Nah, konon salah satu pemicu munculnya kanker payudara dan kanker seviks adalah karena konsumsi ceker . Benarkah?
Penyebab terjadinya kanker yang berkenaan dengan kelenjar hormonal seperti kanker rahim (termasuk kista), servik, dan kanker payudara adalah berkembangnya jumlah hormon estrogen akibat banyaknya kadar kolestrol dalam tubuh.
Kolestrol, berbeda dengan lemak, adalah zat dalam tubuh yang membantu pembentukan hormon yang diperlukan tubuh. Tapi memiliki kadar kolestrol berlebihan justru membahayakan tubuh dan memberikan risiko kanker bagi tubuh kita.
Kolestrol diproduksi di hati manusia. Selebihnya, kolestrol didapat dari luar tubuh manusia, yakni dari hasil mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan.
Kolestrol dengan kadar berlebih dalam tubuh mengakibatkan kemudahan terbentuknya hormon estrogen. Hal itu bisa berakibat buruk, karena hormon estrogen berlebih justru menjadi pemicu terganggunya pembentukan hormon di hipotalamu hipofise, yaitu organ yang mengatur pembentukan hormon pada manusia.
Selama ini kita dibingungkan perihal baik tidaknya mengonsumsi ceker ayam untuk kesehatan tubuh, terutama risiko kanker hormonal seperti yang disebutkan di atas.
Ada yang mengatakan bahwa ceker merupakan bagian dimana zat-zat berbahaya sisa suntik hormon tertimbun. Jika zat itu ikut masuk ke tubuh saat kita konsumsi, bahaya kanker turut mengintai. Namun, ada pula yang berasumsi bahwa zat penyebab kanker di ceker tidak akan ada jika ceker yang dikonsumsi berasal dari ayam kampung, yang dalam proses ternaknya tidak diberikan suntik hormon.
Sementara itu, jika ditelisik lebih lanjut kandungan gizi dan manfaatnya, mengonsumsi ceker ayam ternyata baik untuk kesehatan, terutama bagi balita, karena balita membutuhkan lemak sampai 40% dari asupannya untuk perkembangan otaknya. Lemak itulah yang bisa didapat dari mengonsumsi ceker ayam, yang mengandung banyak lemak.
Benar tidaknya ceker sebagai timbunan zat-zat hasil suntik hormon itulah yang masih menjadi tanda tanya bagi para peneliti.
Seorang dokter spesialis onkologi dr Ramadhan SpBOnk juga mengatakan bahwa belum ada bukti jelas mengenai ceker penyebab kanker. “Asumsi terkait adanya sisa suntik hormon yang tersisa di tubuh ayam yang telah dipotong sebelum zat itu terserap secara menyeluruh, juga belum diteliti lebih lanjut.”
Walaupun belum terbukti pasti, dr Drajat menyarankan untuk mengurangi konsumsi ayam yang sudah mendapat suntik hormon karena risiko kanker dipicu dari faktor kimiawi.