Comeback is Real: Liverpool Cukur Barcelona 4-0 di Anfield dan Lolos ke Final Liga Champions Dengan Agregat 4-3
Jika Keajaiban mungkin terjadi, maka itu juga mungkin terjadi di Anfield.
IDWS, Rabu, 8 Mei 2019 - Begitulah ucapan James Milner seusai kalah 3-0 dari Barcelona di Leg pertama Liga Champions Eropa yang bertempat di Camp Nou. Bagaimana tidak, secara teknis, Liverpool butuh menang dengan selisih minimal empat gol untuk bisa melewati Barcelona menuju final.
Pendukung Liverpool mungkin banyak yang mengharapkan keajaiban Istanbul tahun 2005 silam terjadi lagi dan di saat yang sama sanksi keajaiban seperti itu akan terjadi lagi. Namun ucapan James Milner akan keajaiban di Anfield benar-benar terjadi. Selisih empat gol menjadi syarat Divock Origi dkk lolos, dan empat gol pula mereka cetak ke gawang Barcelona tanpa kebobolan.
Tim mana yang terangan-terangan berani mengklaim mampu mengalahkan Barcelona dengan skuad lengkap empat gol tanpa balas? Tidak ada, setidaknya tidak terang-terangan karena memang itu adalah hal yang sulit. Apalagi kali ini Mohamed Salah juga tak bisa bermain karena cedera.
Terakhir kali Liverpool mampu mengejar selisih tiga gol adalah dalam final Liga Champions 2005 di Stadion Ataturk, Istanbul di mana kala itu The Reds ketinggalan 0-3 pada babak pertama, namun berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 di babak kedua hingga keluar sebagai juara setelah memenangkan babak adu pinalti melawan AC Milan.
Demi mewujudkan keajaiban comeback Istanbul, Pelatih Jurgen Klopp pun memutuskan strategi all out attack yang tak asing lagi baginya, Gegenpressing. Wajar saja, karena Liverpool berharap mendapat gol-gol secepat mungkin agar mentalitas pemain mudah kendor. Tempo cepat dan pressing agresif mereka terapkan ke pemain-pemain Barcelona.
Strategi Liverpool membuahkan hasil di babak pertama. Divock Origi sukses mencuri gol dari Barcelona saat laga baru berjalan tujuh menit berkat umpan Sadio Mane memanfaatkan blunder Jordi Alba yang salah memberikan bola kepadanya.
Gol Origi sekaligus menjadi penanda bagi Barcelona, karena ini adalah pertama kalinya mereka tertinggal lebih dulu di Liga Champions Eropa musim ini.
Akan tetapi, Barcelona juga bukan klub kacangan. Lionel Messi dkk terus menekan dengan skill-skill individu pemainnya yang ciamik dan sempat menghasilkan peluang emas lewat Phillippe Coutinho yang untungnya sukses diblokir kiper Alisson Becker. Leo Messi sempat mengancam, namun tendangannya meleset tipis ke sisi kiri gawang. Messi kembali mendapat peluang emas di depan gawang Liverpool tapi digagalkan bek Virgil van Dijk.
Melihat lemahnya dua fullback Barcelona, Jurgen Klopp mengarahkan anak-anak asuhnya untuk terus menekan kedua sisi pertahanan El Barca yang dijaga Jordi Alba dan Sergi Roberto. Strategi ini berkali-kali merepotkan Barcelona.
Jordi Alba nyaris membayar kesalahannya lewat sebuah peluang emas yang berhasil digagalkan kiper Alisson Becker dengan gemilang pada masa injury time babak pertama.
Hingga turun minum, skor masih 1-0 untuk Liverpool. Waktu istirahat pun serasa sangat lama bagi para pendukung The Reds karena mereka masih butuh tiga gol, sedangkan Barcelona juga masih menunjukkan permainan bagus di paruh pertama.
Pada babak kedua, kiper kedua tim sempat jadi sorotan. Marc-Andre ter Stegen dari Barcelona berhasil menepis sontekan Van Dijk di mulut gawang di menit ke-51 dan beberapa detik kemudian giliran Becker yang musti menepis tendangan mendatar Luis Suarez.
Cedera yang dialami Andrew Robertson membuat Klopp memasukkan Georginio Wijnaldum dan mengubah James Milner menjadi bek kiri. Keputusan yang terkesan riskan ini ternyata mujarab.
Wijnaldum menjadi salah satu pahlawan dengan mencetak dua gol bagi Liverpool pada menit ke-54 dan 56. Lagi-lagi blunder Alba yang kehilangan bola karena direbut oleh Trent Alexander-Arnold, sebelum kemudian Alexander-Arnolrd mengirim umpan silang yang berbuah gol pertama Wijnaldum.
Sementara gol kedua pemain asal Belanda itu datang setelah memenangi duel udara melawan bek Barcelona Gerard Piqui dan Clement Langlet.
Tiba-tiba ketinggalan 3-0 dari tuan rumah Liverpool, Messi tak bisa memberikan keajaiban sentuhannya seperti pada leg pertama. Justru permainan tipuan sepakan pojok Alexander-Arnold yang sukses dikonversi menjadi gol oleh Divock Origi pada menit ke-79 dan sekaligus menghentikan langkah El Blaugrana di Liga Champions musim ini.
Waktu tersisa tujuh menit bagi Barcelona demi mencetak satu gol saja untuk memuluskan langkah mereka ke final. Namun sayang, para pemain Liverpool yang sudah kadung semangat bermain ngotot dan tak mau memberikan possession bola kepada Barcelona.
Ketika peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan terdengar, para pemain Liverpool pun langsung bersorak sorai seolah mereka telah menjuarai Liga Champions itu sendiri. James Milner bahkan terlihat menangis.
Selamat Liverpool, kembali membuktikan keajaiban dalam sepakbola itu ada!
(Stefanus/IDWS)