David Beckham Kunjungi Murid SMP di Semarang
Beckham ber-selfie dengan Sripun, siswi SMPN 17 Semarang
Semarang, Indonesia, 27 Maret 2018 – Duta Besar UNICEF serta mantan pesebak bola Manchester United dan Real Madrid, David Beckham mengunjungi Indonesia, tepatnya Kota Semarang, untuk mengunjungi seorang murid SMPN 17 Semarang yang menjadi korban bullying yang berujung kekerasan bernama Siprun (15 tahun). Melalui akun media sosialnya, mantan pesepak bola yang terkenal dengan tendangan pisangnya itupun memublikasikan pertemuannya dengan Sripun.
Dalam kunjungannya ke Semarang tersebut, Beckham mendengar bagaimana Sripun menjadi pemimpin di sekolahnya untuk mencegah tindakan bullying. Sripun juga berbagi kisahnya melalui Instagram Stories milik Beckham, dan menunjukkan rumah serta teman-temannya di sekolah pada dunia.
“Saya telah menghabiskan waktu dengan seorang gadis muda yang hebat, Sripun, yang dipilih oleh teman-temannya untuk ambil bagian dari program anti-bullying untuk membantu mencegah tindak kekerasan baik fisik maupun mental di sekolah,” tutur David Beckham.
“Dia adalah seseorang yang membawa perubahan dan sekarang membantu menciptakan lingkungan positif untuk murid-murid disekitarnya agar merasa aman. Ini tentu meningkatkan kepercayaan dirinya dan ia berharap murid-murid lain tidak perlu mengalami pengalaman dibully seperti yang ia pernah rasakan. Saya sangat antusias untuk memberi tahu kalian semua bahwa dia akan mengambil alih instagram Stories milik saya besok.” Tambah Beckham lagi.
Warga berebut untuk berfoto dengan Beckham saat ia mengunjungi rumah Sripun
Kedatangan David Beckham di Kota Semarang ini menyusul kegiatannya di Jakarta pada hari Minggu (25/3/2018) hingga Senin (26/3/2018) lalu.
Kekerasan pada teman sendiri dan bullying termasuk dalam salah satu masalah mengkhawatirkan menyangkut generasi muda di Indonesia. Lebih dari satu dari lima anak berusia 13-15 tahun menjadi korban bully ditambah dengan sekitar 1 dari 3 anak pernah mengalami kekerasan fisik, baik ringan maupun berat, di sekolah-sekolah Indonesia. Hal ini meningkatkan resiko akan kesehatan mental bagi generasi penerus bangsa yang berujung pada bertambahnya anak-anak yang drop-out dari sekolah atau bahkan lebih parahnya, memilih bunuh diri atau dibunuh baik dengan sengaja maupun tak sengaja oleh teman-teman sekolahnya sendiri.
Bullying, seringkali dilakukan oleh para pelaku dengan tanpa sadar pada awalnya sebagai sebuah mekanisme perlindungan diri untuk bertahan dalam “kasta tak tertulis” dalam lingkungan mereka, yang jika dibiarkan akan berkembang menjadi sebuah kebiasaan alias hobi yang merugikan diri mereka sendiri dan orang lain. Jika kamu merasa bahwa mengejek atau merendahkan temanmu sendiri agar diterima mayoritas siswa lain, kamu berarti telah setengah langkah menjadi pelaku bullying. Secepatnya sadari perilakumu, instrospeksi diri, dan pertimbangkan baik-baik. Hidup masih panjang dan kamu masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan teman atau lingkungan yang menghargai sesama manusia, tidak hanya saat sekolah saja.