Djaduk Ferianto Segera Terbitkan Buku Ngayogjazz
Penggagas Ngayogjazz, Djaduk Ferianto, akan membukukan perjalanan pergelaran musik jazz yang merakyat itu setelah 10 tahun berlangsung di Yogyakarta. "Ngayogjazz ini investasi kultural jangka panjang, sehingga penting dibukukan," kata Djaduk ketika Ngayogjazz 2014 berlangsung di Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 22 November 2014.
Djaduk akan menggandeng antropolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, budayawan, dan musikus jazz yang tampil di Ngayogjazz dalam penyusunan buku itu. Ngayogjazz selama ini menarik animo masyarakat yang datang dari berbagai daerah. Bagi Djaduk, Ngayogjazz telah berproses panjang untuk membuat jazz bisa dinikmati semua kalangan.
Pentas musik di kampung-kampung itu telah digelar di Yogyakarta dalam delapan tahun terakhir. Setiap tahun, panitia Ngayogjazz mengusung tema yang berbeda. Mereka membuat panggung-panggung yang berada di sekitar permukiman penduduk di desa. Bahkan ada panggung yang berdekatan dengan kandang ayam dan kandang sapi.
Tahun ini Ngayogjazz bertema "Tung Tak Tung Jazz"--pelisanan bebunyian yang menggambarkan kegembiraan. Bebunyian tersebut berasal dari permainan alat-alat musik tradisional, satu di antaranya kendang. Alat musik ini biasanya diperdengarkan sebagai intro atau pembuka sebuah acara.
Sebanyak 27 musikus jazz tampil menghibur penonton. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ngayogjazz juga melibatkan komunitas jazz dan penampilan seniman tradisional. Mereka tampil di panggung yang berbeda. Beberapa musikus jazz yang memukau penonton adalah Syaharani, Dewa Budjana, dan Frau.