Bangau Kertas, Pesan Perdamaian dari Hiroshima
Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan 2 bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang menyerah dan perang dunia II berakhir dalam sebulan setelah bom atom membumi hanguskan dua kota tersebut.
Satu dekade kemudian, Musium dan Taman Peringatan Perdamaian dibuka di lokasi yang dulunya pernah menjadi tempat padat usaha serta penduduk tersibuk di Hiroshima, dan pariwisata di kota tersebut pun mulai berkembang sejak saat itu.
Setiap tahun ribuan orang berkumpul di tempat tersebut setiap tanggal 6 Agustus untuk memperingati jatuhnya bom atom di Hiroshima. Malamnya, orang-orang dapat menyalakan lilin dalam upacara Toro Nagashi, yang kurang lebih bermakna “Aliran Lentera”. Lentera-lentera kertas yang kaya warna bersinar terang menyinari permukaan air. Tiap lentera melambangkan satu jiwa yang lenyap pada hari jatuhnya bom atom, dan lebih dari 80.000 lentera dinyalakan setiap tahunnya.
Dibumi hanguskannya Hiroshima oleh bom atom menyisakan banyak kesedihan dan duka mendalam terutama bagi keluarga atau kenalan para korban yang tewas baik saat ledakan ataupun efek samping dari bom atom. Seperti seorang hibakusha bernama Sadako Sasaki. Hibakusha adalah istilah Jepang untuk mendeskripsikan para survivor dari bencana bom atom. Saat bom atom meledak, Sadako dan adik laki-lakinya, Masahiro, berada dalam radius kurang dari satu mil dari sumber ledakan. Masahiro yang saat itu masih berusia 4 tahun, masih ingat betul ia dan kakaknya bersusah payah keluar dari puing-puing rumah mereka dan menaiki perahu menyeberangi sungai penuh mayat. 10 tahun kemudian, Sadako, seperti kebanyakan hibakusha lainnya yang terekspos radiasi, menderita leukimia dan pada akhirnya meninggal.
“ia menolak obat penghilang rasa sakit karena itu sangat mahal dan keluarga kami memiliki banyak hutang,” kata Masahiro. “Kakak tak pernah mengeluh, sebaliknya ia terus membuat bangau lipat dari kertas hingga lebih dari seribu buah.” tambah Masahiro. Menurut legenda Jepang, membuat bangau lipat dari kertas hingga mencapai angka seribu buah akan mengabulkan satu permintaan. Patung Sadako Sasaki sekarang berdiri di Taman Kedamaian Hiroshima, di mana orang sering meninggalkan bangau lipat dari kertas sebagai simbol perdamaian.
Berkat beberapa organisasi, cerita-cerita duka dari mereka yang kehilangan karena hancurnya kota Hiroshima menyebar ke seluruh dunia. Misalnya, Clifton Truman Daniel, cucu dari Presiden Harry S. Truman, orang yang memerintahkan pengeboman nuklir ke Hiroshima dan Nagaski, bekerja sama dengan Hibakusha Stories, organisasi yang didirikan oleh para Hibakusha. Organisasi non-profit hasil kerja sama tersebut menyekolahkan para Hibakusha serta keturunan mereka di sekolah-sekolah di New York City. Daniel adalah anggota keluarga pertama dari keluarga Truman yang mengunjungi Jepang pasca jatuhnya bom atom. Ia diundang oleh keluarga dari Sadako Sasaki.
Beberapa bangau kertas asli karya Sadako Sasaki dipajang di Musium Peringatan Perdamaian di Hiroshima
Masahiro dan anaknya, Yuji, ingin menggunakan kisah Sadako sebagai pesan perdamaian bagi dunia. Mereka telah mendonasikan sebagian dari seribu bangau kertas asli buatan Sadako Sasaki ke penjuru Bumi. Beberapa bangau kertas tersebut kini menghiasi Monumen Peringatan Arizona di Pearl Harbor, Perpustakaan Truman di Independence, Missouri, serta Perpustakaan Perdamaian di Austria, serta Kota Sao Paulo, Brazil.