Putin Perintahkan Kekuatan Nuklir Rusia Siap Siaga, Jawaban Atas Ancaman 'Bom Nuklir Ekonomi' dari AS dan Eropa
Presiden Rusia Vladimir Putin secara drastis meningkatkan tensi antara blok Timur dan blok Barat dengan memerintahkan kekuatan nuklir Rusia (deterrence force) berada dalam status siaga satu seiring dengan sanksi pemutusan akses Rusia terhadap SWIFT.
IDWS, Senin, 28 Februari 2022 - Pengumuman itu disampaikan Putin pada Minggu (27/2/2022), di mana ia juga menyebutkan alasan-alasan mengambil keputusan tersebut, yakni "pernyataan-pernyataan agresif" serta "sanksi ilegal" ekonomi dari pihak Barat kepada Rusia.
Keputusan Putin tersebut diyakini merupakan dampak dari pemberitaan bahwa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa mulai mempertimbangkan sanksi ekonomi terberat yang bisa dijatuhkan ke suatu negara, yakni pemutusan akses terhadap SWIFT yang berbasis di Belgia. Sanksi ini kerap disebut sebagai "bom nuklir ekonomi" karena dapat meruntuhkan perekonomian suatu negara apabila tidak memiliki akses ke SWIFT.
Untuk memahami SWIFT lebih jauh bisa dilihat di artikel ini. Pada intinya, tidak memiliki akses SWIFT membuat institusi-institusi keuangan suatu negara termasuk bank kesulitan mengolah transaksi sehingga mengakibatkan keterlambatan aliran uang dengan negara-negara lain dan dapat berakibat runtuhnya perekonomian dari negara tersebut, seperti yang pernah dialami Iran dulu.
Akan tetapi pemutusan akses SWIFT Rusia bagaikan pedang bermata dua. Dengan begitu banyaknya hubungan ekonomi yang telah terjalin antara institusi keuangan Rusia dengan institusi negara-negara lain — terutama Eropa, maka negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan Rusia terancam akan merasakan kemunduran perekonomian akibat melambatnya proses transaksi dengan insitutsi keuangan Rusia.
Maka dari itu, AS dan Uni Eropa sempat enggan membicarakan sanksi pemutusan akses SWIFT Rusia meski pada akhirnya, sanksi itu mulai dipertimbangkan seiring dengan semakin gencarnya serangan Rusia ke Ukraina. Dan kekuatan nuklir adalah jawaban dari Putin apabila AS dan Uni Eropa benar-benar memilih sanksi pemutusan sanksi SWIFT.
Ancaman Nuklir dari Rusia tersebut tentunya bukan main-main dan membuat para pemimpin Uni-Eropa dan Joe Biden (Presiden AS) harus ekstra hati-hati agar tidak memicu perang dunia III.
(stefanus/IDWS)
Sumber: AP News