Badai Matahari Disebut-sebut Berpotensi Menyebabkan Koneksi Internet Terputus Hingga Berbulan-bulan
Badai matahari yang berikutnya disebut-sebut berpotensi menyebabkan "bencana internet" yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan.
IDWS, Jumat, 10 September 2021 - Tahukah kamu istilah solar wind atau angin matahari? Lho kok ada angin di luar angkasa, katanya hampa udara? Nah bagi kamu yang belum tahu, solard wind merupakan istilah yang digunakan para ahli untuk menyebut partikel-partikel magnetik yang dilepaskan oleh matahari ke planet-planet di sekitarnya, tak terkecuali Bumi.
Pada umumnya, perisai magnetik Bumi mampu memblokir solar wind ini agar tidak menyebabkan kerusakan bagi kehidupan dan ekosistem di permukaannya dengan cara mengalihkan arah dari solar wind menuju ke kutub utara dan selatan, yang kemudian menyebabkan fenomena populer "aurora".
Akan penilitian mengungkap bahwa kurang lebih setiap 100 tahun sekali, solar wind yang dilepas matahari "berhembus" lebih kencang dari biasanya, menjadi badai matahari. Dan dalam hasil riset terbaru yang dipresentasikan di SIGCOMM 2021 mewanti-wanti bahwa badai matahari yang selanjutnya berpotensi menyebabkan bencana bagi kehidupan modern manusia di permukaan Bumi.
Menurut tulisan dari Sangeetha Abdu Jyothi, seorang asisten profesor di Universitas California, dalam sebuah jurnal penelitian, badai matahari yang parah dapat menyebabkan koneksi internet di Bumi terputus selama kurang lebih beberapa pekan hingga beberapa bulan.
Ilustrasi badai matahari (NASA Goddard)
Manusia belum siap menghadapi bencana internet
Abdu kemudian membandingkan ancaman bahaya dari badai matahari tersebut dengan pandemi COVID-19 yang tengah berlangsung.
"Yang membuat saya memikirkan akan hal ini (badai matahari) adalah bagaimana pandemi [COVID-19] memperlihatkan kepada kita bagaimana tidak siapnya dunia (menghadapinya). Tidak ada protokol untuk menghadapi pandemi secara efektif, dan hal yang sama juga berlaku bagi ketahanan internet. Infrastruktur kita tidak siap untuk menghadapi fenomena-fenomena matahari skala besar," tulis Abdul Jyothi.
Salah satu penyebab minimnya kesiapan manusia akan ancaman badai matahari adalah jarang terjadinya fenomena tersebut. Dalam sejarah manusia di era modern, hanya tercatat dua kali fenomena badai matahari yakni pada tahun 1859 dan 1921. Fenomena tahun 1859 yang disebut dengan Carrington Event menyebabkan gangguan parah pada geomagnetis Bumi sehingga kabel-kabel telegram sampai terbakar. Bahkan, fenomena aurora yang seharusnya hanya terlihat di wilayah kutub Bumi, sampai terlihat di cakrawala Colombia.
Jika pada era di mana belum ada internet saja badai matahari sudah begitu merusak, bagaimana di era internet di mana infrastrukturnya terbilang cukup sensitif?
Kabar baiknya adalah, koneksi-koneksi internet yang saling terhubung oleh kabel fiber optik kemungkinan besar tidak akan bermasalah, karena kabel fiber optik sendiri tidak terpengaruh oleh gangguan geomagnetik, juga menurut jurnal yang sama. Ini berarti, jaringan internet lokal di mana kabel fiber optik paling banyak digunakan cukup aman dari ancaman badai matahari.
Akan tetapi ceritanya jadi berbeda bagi kabel-kabel internet super panjang di bawah laut yang menghubungkan berbagai negara lewat internet. Kabel-kabel ini dilengkapi dengan perlengkapan repeater yang dipasang setiap 50km hingga 150 km di sepanjang kabel untuk meningkatkan signal optiknya. Repeater inilah yang rawan terkena gangguan geomagnetik, bahkan jika satu repeater saja rusak, maka satu kabel jadi tidak bisa berfungsi sama sekali menurut jurnal tersebut.
Jika hal itu terjadi pada beberapa kabel di wilayah yang sama, maka hampir bisa dipastikan bahwa koneksi internet di benua yang internetnya bergantung pada kabel-kabel tersebut akan padam. Dan jelas, akan sangat sulit memastikan berapa lama kabel-kabel itu bisa diperbaiki mengingat betapa masifnya panjang kabel tersebut, belum lagi medan yang berbahaya serta biaya yang harus dikeluarkan.
Abdu Jyothi menulis bahwa negara-negara yang berada di wilayah daratan rendah lebih rawan terdampak badai matahari ini, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Mari kita berharap saja semoga hal yang terburuk tidak terjadi, karena kehidupan modern sekarang ini amat sangat bergantung pada koneksi internet.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Sciencealert.com