Sebuah Asteroid Dengan Potensi 'Penghancur Kota' Sempat Melintas Dekat Bumi Pada Kamis 25 Juli 2019
IDWS, Sabtu, 27 Juli 2019 - Pada Kamis (25/7/2019) lalu, sebuah asteroid yang disebut 2019 OK yang melaju pada kecepatan 24,14 km per detik, melintas cukup dekat dengan bumi. Asteroid tersebut melewati Bumi pada jarak 70.000 km, lebih dekat dari pada jarak Bumi dengan bulan.
Lewatnya 2019 OK merupakan salah satu asteroid terdekat yang pernah melintasi Bumi sejak manusia mulai mengawasi pergerakan obyek luar angkasa. Yang mengkhawatirkan adalah, NASA rupanya tidak mengantisipasi pergerakan asteroid tersebut.
(NASA)
NASA selalu mengawasi pergerakan asteroid berukuran besar untuk mengantisipasi bila ada di antara asteroid-asteroid besar itu yang akan mengancam Bumi.
Astronomer dari Univesitas Swinburne, Alan Duffy mengatakan kepada Sidney Morning-Herald bahwa bila 2019 OK menerjang Bumi, maka asteroid itu akan menghasilkan energi sejumlah 30 kali lipat dari energi yang dilepaskan oleh bom atom yang membumihanguskan Hiroshima.
2019 OK sebenarnya tidak terlalu besar, hanya memiliki diameter antara 50 meter hingga 130 meter. Pesawat penumpang terbesar yang masih aktif pada saat ini (Airbus A380-800) memiliki panjang sekitar 73 meter. Meski begitu, daya hancurnya sangat besar hingga bisa dijuluki sebagai asteroid "city killer", alias penghancur kota. Rupanya karena datang dari arah matahari, 2019 OK jadi sulit terlacak oleh teleskop.
Meski meleset hingga sejauh 70.000 km, jarak sejauh itu sangatlah dekat bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta. Bumi sendiri "hanya" memiliki lebar sekitar 12.874 km.
Apa yang akan terjadi bila 2019 OK benar-benar menghantam Bumi?
Dalam sebuah artikel berjudul "Bagaimana Sebuah Hantaman Asteroid Akan Membunuhmu", Bran Resnick memperhitungkan perkiraan korban jiwa dari ukuran asteroid tersebut. Kerusakan datang dari udara yang terkompres seiring dengan sebuah asteroid melintasi atmosfer Bumi dan terbakar. Inilah estimasi korban jiwa dari sebuah analisa dari jurnal Geohysical Research Letters:
Data dari Geohysical Research Letters
Seperti yang kalian lihat di atas, ekspektasi korban jiwa dari 2019 OK bila benar-benar menghantam Bumi dapat dilihat dari skala 50-100 meter, yang dapat menelan hingga setidaknya 1.000-20.000 korban jiwa. Jumlah tersebut sudah melebihi jumlah korban jiwa pada mayoritas bencana alam di Bumi. Bayangkan bila asteroid yang lebih besar lagi menghantam Bumi.
Tentunya grafik di atas masih sebatas ekspektasi. Bisa saja asteroid itu jatuh di tengah-tengah samudra dan tidak menimbulkan korban jiwa satu orang pun. Mayoritas permukaan Bumi sendiri masih berupa samudra, gurun atau alam liar sehingga kemungkinan asteroid itu jatuh di sebuah kota besar cukup kecil.
Hantaman dari asteroid sebesar 2019 OK jarang terdengar tapi bukan berarti tak pernah diketahui umat manusia. Sebuah asteroid dengan ukuran kurang lebih sama dengan 2019 OK pernah menghantam Bumi lebih dari 100 tahun lalu di Siberia, membinasakan lebih dari 1.200 km persegi area hutan.
(Inverse)
Don Yeomans, manajer dari Near-Earth Object Office di Jet Propulsion Laboratory NASA memperkirakan bahwa asteroid seukuran 2019 OK menghantam Bumi setiap 300 tahun sekali.
Yang patut kita syukuri adalah bahwa jatuhnya asteroid dengan ukuran jauh lebih besar amatlah jarang terjadi. Asteroid yang diperkirakan memusnahkan dinosaurus diestimasi memiliki diameter sekitar 16 km.
NASA bertanggung jawab dalam memetakan near-Earth Object (NEO) dengan ukuran 1 km ke atas, yang sejauh ini telah mencapai 90 persen pemetaan. Artinya, kita mengetahui trajektori atau lintasan dari 90 persen asteroid-asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi.
Akan tetapi ada kategori NEO yang cukup mengkhawatirkan, seperti komet periodik panjang yang memutari tata surya kita dengan trajektori tak beraturan, menyulitkan para astronomer untuk memetakannya. (Stefanus/IDWS)
Sumber: Vox