Mengejutkan! Suzuki Diberitakan Akan Mundur dari MotoGP Pada Akhir Musim Balap 2022
Pabrikan motor asal Jepang, Suzuki, dikabarkan akan mundur dari ajang balap MotoGP pada akhir musim balap 2022 nanti, dua tahun setelah menjadi juara dunia lewat pembalap Joan Mir.
IDWS, Jumat, 6 Mei 2022 - Kabar tersebut membuat banyak pihak menggaruk kepala. Apa penyebab Suzuki disebut akan mengambil pilihan berat tersebut? Melansir reporter MotoGP Simon Patterson dalam artikelnya di The Race, alasan utamanya sepertinya sangat sederhana: masalah keuangan.
Suzuki sepertinya kesulitan mendukung tim balapnya di MotoGP — yang tentunya butuh sokongan dana besar — jika menyimak dari laporan keuangan tahunan 2021 pabrikan tersebut kepada para pemegang saham.
Lantas, apa penyebab masalah keuangan Suzuki tersebut?
Menurut Simon Patterson, penyebab utamanya adalah perubahan signifikan pada pasar. Dulu, penjualan motor berbanding lurus dengan performa pabrikan di kancah balap — hal utama yang mendorong berbagai pabrikan untuk membentuk tim balap.
Kesuksesan tim balap kini tak lagi berbanding lurus dengan penjualan pabrikan. (Simon Patterson/The Race)
Akan tetapi era itu telah pudar. Pasar motor di Eropa dan Jepang kolaps, sedangkan konsumen kini telah beralih dari motor sport ke motor-motor touring untuk perjalanan jarak jauh. Akibatnya, konsep kesuksesan tim balap berbanding lurus dengan penjualan pun tergerus dibandingkan dengan 20 tahun lalu.
Meski begitu, Suzuki telah cukup lama bersikeras untuk bertahan di MotoGp dan percaya bahwa motor-motor sportnya seperti Hayabusa Hyperbike dan GSX-R1000 — yang tak pernah mendapat update sejak 2017 hingga kemungkinan besar tak bisa digunakan di Eropa karena tidak memenuhi standar emisi Euro 5.
Beralih ke pasar Asia Tenggara?
Simon Petterson melanjutkan lagi, bahwa sebenarnya masih ada hubungan antara performa di atas lintasan dengan penjualan. Namun pasarnya bukan lagi di Eropa dan Amerika Utara, melainkan di Asia Tenggara. Pabrikan-pabrikan Jepang kini menjadikan Asia Tengara, terutama Indonesia, sebagai pasar utamanya. Dan angka penjualan yang besar menjadi buktinya.
Meski di tengah pandemi, Petterson menyebut penjualan motor di Indonesia tetap menembus angka 5 juta pada tahun 2021. "Honda dan Yamaha penjualannya di Indonesua masing-masing mencapai 3.928.788 dan 1.063.866."
Berbeda dengan Eropa dan Amerika Utara yang didominasi motor bermesin besar, di Asia Tenggara justru motor mesin kecil yang mendominasi. Dalam situasi menjadi juara dunia MotoGP, Suzuki disebut Petterson tak bisa memanfaatkan untuk meningkatkan penjualannya.
Suzuki, masih ditulis Petterson, tak pernah membawa pebalapnya ke Indonesia untuk kepentingan promosi. Atau melakukan launching di Indonesia. Padahal (sebelum pandemi) Honda dan Yamaha sering sekali melakukan hal tersebut dan terbukti mendapat apresiasi besar dan fans motor di Indonesia.
"Pada era di mana sukses di dunia balap tak lagi membuat penjualan motor 1000cc di Eropa tapi berubah menjadi menjual jutaan motor commuter 150cc di pasar Asia, Suzuki terlihat sudah ketinggalan tren tersebut. Mereka tertinggal dari rival-rivalnya, dan kehilangan jutaan Yen dari penjualan yang sebenarnya bisa diinvestasikan ke dunia balap," tulis Petterson.
Meski kabarnya keputusan Suzuki mundur dari MotoGP didasari faktor ekonomi, Petterson menyebut Suzuki sebenarnya sama sekali tidak terancam bangkrut. Mereka masih memiliki pasar yang sangat besar di India.
Di India, total penjualan sepeda motor tahun 2021 disebut mencapai angka 15 juta.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: The Race