8 Kebiasaan Buruk Supir Truk dan Bus di Indonesia yang Dapat Menimbulkan Kecelakaan
Kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti truk dan bus kerap terjadi di Indonesia, apa yang mendorong fenomena ini?
IDWS, Senin, 15 Maret 2021 - Belum lama ini, sebuah bus pariwisata terperosok ke jurang di Kabupaten Sumedang yang mengakibatkan korban jiwa mencapai puluhan orang. Menilik peristiwa yang sudah-sudah, peristiwa kecelakaan bus atau truk seringkali disebabkan utamanya oleh supir alias human error.
Sudah bukan rahasia umum lagi jika supir kendaraan besar pada umumnya, dianggap masyarakat kurang berhati-hati dalam mengemudi. Padahal resiko kecelakaan yang ditimbulkan kendaraan besar cenderung lebih tinggi daripada kecelakaan sepeda motor misalnya. Apalagi bus yang membawa penumpang.
Satlantas Polres Tasikmalaya langsung memasang garis polisi guna penyelidikan kecelakaan bus masuk jurang di Jalan Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (10/11/2020) dini hari.(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Nah, kali ini kita akan membahas delapan kebiasaan buruk para pengemudi bus dan truk di Indonesia yang sebenarnya cukup berbahaya apabila tidak segera dihentikan, menurut Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan pada Senin (15/3/2021) kepada Kompas.com.
1. Tidak melakukan inspeksi kendaraan sebelum berangkat
Rutinitas dasar yang seharusnya dilakukan supir adalah pre-inspection atau peninjauan sebelum berangkat, seperti mengecek tekanan udara ban, kebocoran minyak rem, dan lain-lain. Supir bus dan truk kebanyakan menyepelekan pentingnya menginspeksi kendaraan mereka sebelum berangkat sehingga tak jarang menimbulkan kecelakaan.
2. Kocok pedak rem
Kebiasaan buruk para supir truk dan bus adalah kebiasaan sering mengocok rem yang mengakibatkan tekanan udara di air tank (tanki udara) berkurang sehingga pedal rem dan kopling jadi keras alias sulit ditekan.
3. Tidak membuang udara di air tank
Saat truk atau bus berhenti dalam waktu yang cukup lama, akan terjadi proses kondensasi dalam air tank yang mengubah udara menjadi air. Tang ada di air tank mengurangi kapasitas udara sehingaa menyebabkan rem blong. Sebaiknya, angin dibuang saat berhenti lebih dari 30 menit.
4. Menyiramkan air untuk dinginkan kampas rem
Ketika tromol dan kampas rem yang panas disiram air, bisa menyebabkan perubahan bentuk pada tromol. Jika sudah berubah bentuk, potensi rem memudar atau brake fading akan lebih tinggi.
5. Pakai gigi tinggi pada jalan menurun
Menggunakan gigi tinggi saat bus melewati jalan menurun memang kerap disepelekan. Hal ini menyebabkan engine brake dan exhaust brake tidak berfungsi optimal, sehingga memanfaatkan rem utama yang rawan mengalami overheat dan bisa blong.
6. Memakai klakson telolet
Klakson telolet ada yang mengambil udaranya dari air tank. Oleh karena itu, jika sering digunakan, udara di air tank juga berkurang, sehingga bisa mengurangi daya pengereman bus. Selain itu, instalasi klakson yang tidak benar juga rawan bocor bahkan copot. Ketika sudah copot, udara di air tank akan keluar dan truk atau bus jadi tidak bisa mengerem karena kehabisan udara.
7. Memasang aksesoris elektrikal
Kebiasaan yang salah dalam menambah aksesoris seperti lampu dan sistem audio bisa menyebabkan bus terbakar. Stop kontak dengan pemasangan dan material yang tidak standar sangat mudah menciptakan korsleting.
8. Menyimpan barang tidak terpakai di ruang aki
Ruang aki untuk bus atau truk sengaja dibuat terpisah. Namun bukan berarti ruang aki ini menjadi tempat penyimpanan barang lain. Lalu ada juga yang menyimpan barang-barang enggak kepakai, botol-botol air pada ruang baterai (accu), Jika air tumpah dan tercampur dengan debu, membuat campuran tersebut menjadi larutan yang konduktif atau menghantarkan listrik dan menginisiasi hubungan pendek.
Banyaknya kebiasaan buruk pengemudi ini dikarenakan mereka yang kurang mengetahui apa bahayanya. Selain itu, Wildan juga mengatakan kalau salah satu penyebabnya yakni karena mereka tidak pernah atau kurang terdidik dalam mengemudi secara aman.
(Stefanus/IDWS)