Medali Olimpiade Tokyo 2020 Merupakan Daur Ulang dari Sampah Elektronik
IDWS, Rabu, 31 Juli 2019 - Tuan rumah dari Olimpiade dan Paralimpik 2020, Jepang, berjanji untuk menggelar "Olimpiade paling inovatif yang pernah digelar."
Pada 24 Juli 2019, setahun sebleum kompetisi olahraga sedunia itu dimulai di Tokyo pada 2020 nanti, Komite Olimpiade mengungkapkan ide unik pertamanya: Medali-medali yang akan dihadiahkan nantinya dibuat dari logam mulia yang diekstrak dari perangkat elektronik bekas.
Medali-medali Olimpiade Tokyo 2020. (Komite Olimpiade Tokyo 2020)
Ide untuk mengekstrak sedikit emas, perak, platinum dan nikel dari perangkat elektronik bekas diajukan pertama kali pada 2016 oleh sekelompok pemerhati lingkungan yang terdiri dari pelajar-pelajar asal Jepang. Mereka ingin meningkatkan kesadaran akan banyaknya jumlah sampah elektronik yang dihasilkan Jepang — yang terkenal sering mengganti gadget.
Masyarakat Jepang diperkirakan membuang setidaknya 650 ribu ton perangkat elektronik kecil setiap tahunnya, dan hanya 100 ribu ton di antaranya yang didaur ulang.
Merasa usulan tersebut sangat bagus dan tepat bagi Jepang, Komite Olimpiade pun meluncurkan program "Everyone's Medal" pada Februari 2017. Kampanye tersebut mengajak warga Jepang untuk menaruh perangkat-perangkat elektronik yang tak terpakai di salah satu dari 2.400 toko seluler NTT Docomo, atau di lokasi yang telah ditentukan oleh Pusat Sanitasi Lingkungan Jepang.
Karena setiap perangkat elektronik hanya mengandung jumlah yang sangat kecil dari logam mulia tertentu, organizer membutuhkan jutaan perangkat bekas agar dapat mengumpulkan 8 ton material yang dibutuhkan untuk membuat 5.000 medali Olimpiade dan Paralimpik.
Wadah untuk setiap medali Olimpiade Tokyo 2020. (Komite Olimpiade Tokyo 2020)
Periode pengumpulan sampak elektronik itu berakhir cepat, yakni pada Maret 2017. Masyarakat Jepang mendonasikan 78,895 ton barang elektronik bekas, termasuk 6,21 juta smartphone. Jumlah tersebut menghasilkan 32 kg emas, 3.500 kg perak, dan 4.850 kg perunggu. Lebih dari cukup untuk memenuhi target membuat 5.000 medali.
Diungkap pada 24 Juli 2019 lalu, medali-medali yang terbuat dari barang elektronik bekas itu memiliki diameter 85 mm dan didesain oleh seniman grafis asal Osaka, Junichi Kawanishi. Medali-medali itu memiliki fitur lima cincin Olimpiade yang saling terhubung, nama resmi dari cabor yang dipertandingkan, serta gambar Dewi Kemenangan Yunani Nike di depan stadion Panathenaic — venuew dari Olimpiade pertama.
Komite Olimpiade Tokyo 2020 ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan meningkatkan sampah-sampah elektronik yang dihasilkan setiap tahunnya. (Treehugger.com)
Sesuai dengan regulasi dari Komite Internasional Olimpiade (IOC), setiap medali emas dicetak dari perak murni dengan 6 gram lapisan emas. Meski IOC hanya mengharuskan medali perak untuk mengandung minimal 92,5% perak, berkat donasi warga Jepang akan barang elektronik bekas, setiap medali perak Tokyo 2020 nantinya terbuat dari 100% perak murni.
Sedangkan medali perunggu terbuat dari logam paduan merak kuning yang terdiri dari 95% tembaga dan 5% seng. Setiap medali dari Olimpiade Tokyo 2020 disimpan dalam sebuah wadah lingkaran yang terbuat dari ash wood Jepang dan dilengkapi pita-pita unik yang terinspirasi dari pola-pola unik serta teknik pelapisan kimono tradisional Jepang.
Komite Olimpiade berharap agar medali-medali Olimpiade Tokyo 2020 nantinya akan membantu meningkatkan kepedulian akan peningkatan tajam dari sampah-sampah elektronik. Tak hanya di Jepang, tapi di seluruh dunia, dan mengajak konsumen agar tak terburu-buru mengupgrade perangkat elektronik mereka.
Meski Jepang merupakan tuan rumah pertama yang akan menggunakan barang elektronik bekas sebagai bahan seluruh medali, mereka bukan yang pertama dalam hal ide memanfaatkan limbah. Olimpiade Rio de Janiero 2016 di Brazil mengolah 30% medali emas dan perak untuk event tersebut dari material bekas. (Stefanus/IDWS)
Sumber: DogoNews