Tren Merawat Boneka Arwah, Psikolog Sebut Bahayanya Dari Sisi Psikologis
Spirit doll atau boneka arwah akhir-akhir jadi ngetren di kalangan selebriti Indonesia, di mana mereka sampai merawat dan memperkalukan boneka-boneka itu bak anak sendiri.
IDWS, Selasa, 4 Januari 2022 - Tak hanya itu, para selebriti tersebut bahkan tidak sungkan memamerkan kegiatan nyeleneh mereka itu ke publik, terutama lewat media sosial. Lantas, adakah bahaya merawat boneka arwah dari sisi psikologis?
Melansir pemberitaan detikcom pada Selasa (4/1/2022), Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim menjelaskan bahwa dalam ilmu medis, boneka serupa spirit doll juga sering digunakan namun fungsinya hanya untuk latihan saja. Contohnya bagi calon ibu untuk belajar merawat bayi seperti memaikan popok hingga memandikan sang calon buah hati.
Rose Mini juga menandaskan tidak ada salahnya bermain atau merawat boneka arwah. Meski begitu ia memperingatkan bahaya halusinasi di mana orang bersangkutan tidak bisa lagi membedakan mana yang realita dan mana yang halusinasi semata.
"Kalau tidak bisa membedakan realitas dan imajiner sudah mulai bahaya. Memang ada imajinasi kalau campur baur maka harus ada sesuatu yang dilakukan (konsultasi dengan profesional). Kalau (sekadar) main-main ya monggo saja," jelas Rose Mini seperti dikutip dari detikcom melansir CNN Indonesia, Selasa (4/1/2022).
Psikolog Universitas Gadjah Mada, Koentjoro, juga menyebutkan hal serupa seperti Rose Mini. Menurut Koentjoro, merawat boneka arwah seperti anak sendiri dan bersikap seolah boneka itu adalah anak sendiri sudah bisa disebut sebagai perilaku bermasalahan. Apalagi jika orang bersangkuan sampai marah-marah karena ada yang menyebut boneka arwah tersebut sebagai benda mati.
Perilaku seperti itu bisa dikaitkan dengan gangguan psikologis displacement, yaitu sikap atau gangguan dalam diri yang ditunjukkan melalui emosi yang disalurkan ke orang atau benda lain yang tidak akan melawan balik.
"Bisa jadi fenomena boneka arwah yang ditampilkan ini hanya semata gaya hidup, jadi sama saja dengan anak kecil yang main boneka. Tapi, ya jadi berbahaya kalau mereka semakin terjerumus dalam halusinasinya," beber Koentjoro seperti dilaporkan detikcom.
Faktor-faktor orang merawat spirit doll
Perilaku tidak lazim seperti merawat boneka arwah bak anak sendiri tentunya didasarkan berbagai faktor hingga membuat seseorang melakukannya.
Psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center mengatakan efek psikologis dari kepemilikan boneka arwah ini bisa sangat tergantung dari seberapa jauh emosi yang terikat, antara si pemilik dengan bonekanya.
"Efeknya tentu tergantung diri mereka sendiri. Seberapa besar dan seberapa dalam keterikatan emosi dengan boneka tersebut," kata Rahma kepada detikcom pada Senin (3/1/2022).
Faktor utama pada umumnya adalah merasakan kesepian yang teramat sangat. Bukan melulu kesepian karena tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain atau tidak memiliki orang terdekat, namun lebih seperti rasa "kosong" yang dirasakan dalam hati serta tidak pernah terisi dan sulit dipahami oleh orang lain.
"Rasa kesepian atau kekosongan sehingga membutuhkan kehadiran sesuatu yang dirasa dapat memahaminya," sambung Rahma.
Faktor lainnya adalah karena merawat boneka arwah lebih mdah daripada mengurus bayi nyata karena konsekuensi serta tanggung jawab dalam merawat bayi manusia lebih besar dan nyata.
"Faktor tahap dan tugas perkembangan masa dewasa, di mana seseorang mencapai kebutuhan untuk berkeluarga atau mengasuh anak-anak namun tidak bisa dijalankan atau tak mau repot menerima konsekuensi tanggung jawab. Mengasuh benda mati tentu lebih mudah daripada mengasuh anak manusia yang memiliki akal, perasaan, dan kebutuhan lain sehingga memiliki tanggung jawab yang besar," kata Rahma.
(stefanus/IDWS)
Sumber detikcom
Gambar: Twitter/@Amaaisan