Lomba Mural Unik di Yogyakarta, Penilaian Berdasarkan Seberapa Cepat Karya Peserta Dihapus Aparat
Maraknya penghapusan mural atau gambar dengan media dinding yang dihapus di berbagai daerah mendorong digelarnya "lomba" unik di kalangan seniman, yakni lomba mural. Lantas, apa yang membuatnya unik?
IDWS, Rabu, Kamis, 25 Agustus 2021 - Lomba itu diprakarsai oleh "Gejayan Memanggil" yang mengajak para seniman untuk mengikuti lombanya. Mural sendiri menurut mereka, adalah kebudayaan yang sudah muncul pada diri manusia sejak kanak-kanak. Maka dari itu, penghapusan karya mural dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan oleh orang dewasa — atau dalam hal ini, para penguasa.
“Coret-coretan di tembok adalah cara-cara ketika kebebasan bersuara terbatas dan sekarang coretan itu pun dibatasi,’ kata Mimin, perwakilan Gejayan Memanggil, kepada Kompas.com pada Selasa (24/8/2021).
Dalam lomba mural kali ini, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar penilaian, yakni:
- Keberanian
- Semangat melawan
- Diapresiasi rakyat
- Tidak menyinggung suku, agama, ras antargolongan (SARA),
- Seberapa cepat aparat menghapis hasil karya mural peserta
Ia menjelaskan mural yang cepat mendapatkan respon atau dihapus oleh aparat mendapatkan nilai lebih karena hal itu menunjukkan tidak ada apresiasi, atau pemerintah tidak merespon dengan kebijakan yang jelas seperti tidak menerapkan UU Karantina dan memenuhi kebutuhan rakyat.
Bamsuck menunjukkan foto mural yang dihapus hari minggu lalu ditemui di Jembatan Kewek, Senin (23/8/2021)(KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO)
“Presiden juga bukan tugasnya bagi-bagi sembako di jalan tugasnya menerapkan kebijakan sesuai dengan kebutuhan rakyat banyak bukan segelintir oligarki politik/bisnis yang ada di kekuasaan,” katanya.
Ia menambahkan mural yang cepat dihapus merupakan estetika perlawanan dan menunjukkan bahwa pemerintah mengalami kepanikan, ketakutan bahwa rakyat sudah dikelabui dengan berbagai cara.
“Dengan memperpanjang-memperpanjang terus tidak tegas sampai tanggal berapa dan tolak ukurnya apa keberhasilan meredam angka penularan dan kematian termasuk ekonomi yang malah disuntikan ke pengusaha besar,” ucapnya.
Mimin menyampaikan, pada lomba kali ini pemenang tidak mendapatkan uang tetapi pemenang lomba mural akan mendapatkan eksposure dan ke depan mural yang menang akan dijadikan desain baju. Nantinya penjualan baju atau kaos itu sebagian untuk gerakan rakyat bantu rakyat.
“Karena kami bukan akun buzzer dan enggak punya uang jadinya kami hadiahi eksposure bagi pemenang,’ katanya.
(stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com