Mahasiswi Jepang Ini Dapat Nilai Sempurna Karena Gunakan Tinta Tak Kasat Mata yang Kejutkan Dosennya
IDWS, Senin, 14 Oktober 2019 - Seorang mahasiswi Jepang jurusan Sejarah Ninja memperoleh nilai tinggi pada esainya karena menggunakan sebuah trik yang mengejutkan dosennya.
Eimi Haga, mahasiswi tahun pertama yang mengambil jurusan sejarah ninja di Universitas Mie mendapat tugas dari dosennya — Profesor Yamada — untuk menulis esai saat mengunjungi Museum Ninja Igaryu, dilansir dari BBC.
"Ketika profesor mengatakan bahwa ia akan memberi nilai yang tinggi untuk kreativitas, saya memutuskan untuk membuat esai saya mencolok dibandingkan yang lain," tutur Eimi. "Saya berpikir sejenak, lalu memperoleh ide untuk menggunakan aburidashi."
Eimi Haga bersama esainya yang ditulis dengan tinta tak kasat mata. (BBC.com)
Aburidashi merupakan metode kuno yang digunakan para ninja untuk berkomunikasi, menggunakan tinta tak terlihat yang sejarahnya dapat ditelusuri hingga zaman Edo (1603-1867). Tinta tersebut dibuat dengan cairan hasil tumbukan kedelai atau anggur beras, alum, atau citrus. Tulisan yang ditulis menggunakan tinta ini akan berubah menjadi tak kasat mata setelah tintanya mengerin, dan hanya terlihat bila kertasnya di panaskan, menurut Huffington Post.
Eimi sudah tertarik dengan ninja sejak dia masih kecil karena seringkali melihat tayangan animasi Jepang (anime) yang mempertontonkan aksi-aksi ninja pada abad pertengahan Jepang.
"Saya mempelajari aburidashi dari sebuah buku ketika saya kecil. Saya hanya berharap tidak ada mahasiswa lain dengan memiliki ide yang sama," ungkap gadis manis ini.
Eimi menghabiskan waktu dua jam untuk membuat tinta tersebut. Eksperimennya sukses, namun untuk memastikan agar profesornya tidak membuang begitu saja esainya karena mengira kosong, Eimi menambahkan catatan kecil "panaskan kertasnya."
Hasil esai Eimi Haga setelah dipanaskan. (BBC.com)
Eimi mengaku sudah bersiap menerima nilai buruk, namun ia terus menyakinkan dirinya bahwa sang profesor dapat mengapresiasi kreativitasnya. Menurutnya, konten esainya sendiri tidaklah spesial.
Ia tidak mengira bahwa betapa terkejutnya sang profesor, bahkan menyukai esainya.
"Saya pernah menerima laporan yang ditulis dengan kode, tapi tak pernah menerima laporan yang ditulis dengan aburidashi," ungkap Profesor Yamada. "Jujur saja, saya sempat ragu apakah huruf-hurufnya akan terlihat dengan jelas. Namun ketika saya mencoba memanaskan kertas itu di atas kompor gas saya di rumah, kalimat-kalimat di kertas itu muncul dan terlihat jelas. Selamat!"
Profesor Yamada sangat puas dengan esai tersebut dan tak ragu memberi nilai sempurna untuk esai Eimi.
"Saya tidak ragu memberi laporan esai ini nilai sempurna — meski saya tidak membacanya hingga akhir karena saya sengaja tidak memanaskan seluruh bagian kertasnya, jaga-jaga apabila ada media yang ingin memotretnya," tambah sang profesor. Dan memang tak salah, media pun terkagum-kagum dan tak ragu untuk menulis artikel akan esai kreatif Eimi tersebut.
(Stefanus/IDWS)