Mengapa Anime '5 Centimeters Per Second' Wajib Kamu Tonton
Penggemar anime di Indonesia terhitung tidaklah sedikit, dan tentunya banyak yang tak asing lagi dengan nama Makoto Shinkai. Mayoritas penggemar anime di Indonesia berkenalan dengan Shinkai lewat film Kimi no Nawa/Your Name (2016), namun saya dan mungkin juga penggemar anime dari generasi 90an berkenalan dengannya lewat 5 Centimeters Per Second (2007).
IDWS, Kamis, 24 Maret 2022 - Makoto Shinkai adalah seorang animator, pembuat film, dan mangaka asal Jepang. Film-film anime karyanya telah banyak mendulang pujian sampai-sampai ia disamakan dengan legenda di balik kesuksesan Studio Ghibli, Hayao Miyazaki.
Dibandingkan dengan film seperti Your Name atau Weathering With You (2019) yang membuat nama Makoto Shinkai dikenal lebih luas oleh publik dunia, 5 Centimeters Per Second/Byosoku 5 Centimeter (jangan rancu dengan film drama Indonesia "5cm" yang disutradarai Rizal Mantovani) memang tidak mencetak rekor penjualan maupun mencapai tingkat popularitas mencengangkan seperti dua suksesornya itu.
Hanya saja menurut saya, 5 Centimeters Per Second merupakan film anime terbaik yang pernah diciptakan Shinkai sejauh ini, dan yang paling menyakitkan sampai saya enggan untuk kembali menontonnya meski sekian tahun telah berlalu semenjak saya menonton film itu terakhir kali (total saya baru menonton film ini sebanyak dua kali).
Berbeda dengan film pada umumnya, 5 Centimeters Per Second terdiri dari tiga episode pendek yang masing-masing menggambarkan kisah asmara dari kedua tokoh utama di usia yang berbeda.
PERINGATAN: Tulisan di bawah ini mengandung spoiler bagi mereka yang belum menonton 5 Centimeters Per Second.
Episode I: Cherry Blossom (Bunga Sakura)
Akari Shinohara baru saja pindah ke sekolah dasar tempat Takaki Tono bersekolah di Kota Tokyo. Keduanya langsung akrab dan selalu berduaan. Keduanya juga sempat menghabiskan momen indah di bawah pohon sakura yang kelopak-kelopak bunganya berguguran. Akari kemudian memperkenalkan kepada Takaki akan ide/konsep bahwa kecepatan jatuh suatu kelopak bunga sakura adalah 5 centimeter per detik. Di perjalanan pulang, tepatnya di suatu palang kereta di Tokyo, Akari dan Takaki kemudian berjanji untuk bersama-sama kembali menikmati mekarnya bunga sakura pada musim semi tahun depan.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Namun takdir berkata lain. Keluarga Akari lagi-lagi harus pindah — kali ini jauh dari Tokyo. Takaki dan Akari tetap berhubungan lewat surat (cerita berlatar belakang dunia sebelum era internet dan smartphone digunakan secara luas).
Pada akhirnya, keluarga Takaki juga memutuskan pindah dari Tokyo dan hal itu membuat jarak yang memisahkan Takaki dan Akari semakin jauh lagi. Sebelum pindah, Takaki memutuskan menemui Akari dengan naik kereta, namun badai salju membuat kereta yang ditumpangi Takaki terlambat berjam-jam.dari jadwal semula.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Takaki di dalam kereta merasa sangat cemas apakah Akari akan tetap menunggunya di stasiun seperti dalam janji mereka karena kereta baru akan tiba di stasiun pada malam hari. Akan tetapi, Akari rupanya tetap setia menunggunya.
Karena stasiun akan tutup, salju yang masih turun deras, dan waktu yang sudah begitu larut, Takaki dan Akari kemudian memutuskan mencari tempat bermalam dan menemukan sebuah gudang kosong. Di tengah jalan menuju gundang tersebut, tepat di bawah naungan sebuah pohon layu, keduanya berciuman. Hanya saja, masing-masing memiliki alasan yang berbeda untuk berciuman.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Takaki membayangkan dirinya menuju musim semi di mana hujan salju digantikan oleh bunga-bunga sakura bermekaran. Kehangatan yang ia rasakan dari bibir Akari, satu malam yang ia habiskan dengan cinta pertamanya itu, serta bagaimana Akari menunggunya dengan setia di stasiun telah lebih dari cukup untuk menyakinkan Takaki agar meredam ketakutannya dan terus berharap.
Sebaliknya bagi Akari, ia paham keluarga Takaki akan segera pindah ke tempat yang lebih jauh lagi dari sebelumnya dan hal itu akan semakin menyulitkan hubungan asmaranya dengan Takaki (ingat, ini adalah era sebelum internet dan smartphone menyebar luas). Apa yang Akari rasakan pada malam itu adalah pohon-pohon layu di sekeliling mereka yang seolah menggambarkan berbagai rintangan dalam hubungan cinta keduanya. Akari sudah lelah dengan semua rintangan tersebut, sehingga ciuman yang ia berikan kepada Takaki menandakan perpisahan, bahwa "ini adalah akhir dari cinta kita".
Akari tahu bahwa janjinya dengan Takaki untuk kembali menikmati bunga-bunga sakura bermekaran tidak akan terwujud, dan bersiap untuk melangkah ke lembaran kehidupan yang baru.
Episode II: Cosmonaut (Kosmonot)
Mengambil cerita beberapa tahun usai episode pertama. Takaki kini telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Namun episode ini dibuat dari sudut pandang karakter baru, seorang siswi bernama Kanae Sumida yang jatuh cinta pada Takaki sejak Takaki pindah ke sekolahnya.
Akari Shinohara. (Kredit: CoMix Wave Inc.)
Kanae selalu setia menunggu Takaki menyelesaikan kegiatan ekstrakurikuler agar ia bisa pulang bersama dengan Takaki. Akan tetapi di mata Kanae, Takaki selalu fokus pada ponselnya dan terasa berada di dunianya sendiri, jauh dari realita. Kanae merasa bahwa Takaki seperti tengah mencari seseorang di tempat yang jauh, namun ia tetap berusaha untuk menyatakan perasaannya kepada Takaki.
Takaki Tono. (Kredit: CoMix Wave Inc.)
Setelah sekian tahun lamanya, rupanya Takaki masih tetap berharap pada Akari dan tidak bisa move on. Ia dan Akari sepertinya sudah berhenti berkirim surat di mana Akari lah yang berinisiatif untuk berhenti menyurati Takaki dan membuka diri untuk cinta yang baru. Akibatnya, Takaki pun memulai kebiasaan menulis pesan singkat (SMS) kepada Akari namun tidak pernah ia kirimkan ke nomor ponsel cinta pertamanya itu.
Pada suatu hari, di saat perjalanan pulang dari sekolah, Kanae akhirnya memberanikan diri untuk memanggil Takaki dan hendak menyatakan cintanya. Akan tetapi tepat sebelum Kanae mengutarakan perasaannya kepada Takaki, sebuah roket luar angkasa meluncur dari jauh namun masih terlihat dari tempat mereka berdua berada.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Pemandangan menakjubkan serta suara menggelegar dari peluncuran roket itu menarik perhatian Takaki dari Kanae. Pada saat ini lah, Kanae akhirnya paham bahwa hati Takaki masih menjadi milik wanita lain, dan ia hanya memandang Kanae sebagai teman saja. Kanae urung menyatakan cintanya pada Takaki, dan pada malam harinya ia menangis hingga tertidur.
Episode III: 5 Centimeters Per Second
Sekian tahun berlalu setelah episode kedua, Takaki sekarang adalah seorang young adult yang bekerja di Tokyo. Jelas terlihat bahwa ia tampak tidak bahagia dengan kehidupannya. Takaki juga tampak tidak menghiraukan beberapa pesan singkat yang dikirimkan oleh seorang wanita — kemungkinan adalah mantannya.
Di saat yang sama, Akari telah bertunangan dengan pria lain di mana keduanya tengah menyiapkan pernikahan mereka. Perpisahannya dengan Takaki juga tidak mudah bagi Akari karena bagaimana pun Takaki adalah cinta pertamanya di mana Akari bahkan rela menunggu di stasiun hingga larut malam tanpa kabar yang jelas akan kedatangan Takaki. Perbedaannya adalah, Akari mengambil keputusan di saat yang tepat untuk menyudahi cintanya kepada Takaki, di mana Takaki masih terus berharap dan tak sanggup mengambil resiko sakit hati jika mengambil keputusan yang sama dengan Akari.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Di episode ketiga ini, baik Takaki dan Akari mulai sama-sama mengenang kembali pertemuan terakhir mereka. Dan suatu hari, keduanya tidak sengaja berpapasan di palang kereta yang sama dengan palang kereta di mana mereka pernah berjanji untuk bersama-sama menikmati pemandangan gugurnya kelopak bunga sakura (disebutkan di penjelasan episode 1 di atas). Ironisnya, kelopak-kelopak bunga sakura berjatuhan di saat keduanya berpapasan di sana.
Takaki yang mengenali Akari, kemudian berhenti dan berpaling ke belakang, namun kereta lewat menutupi pandangannya. Ketika kereta telah lewat, Akari sudah tidak terlihat lagi. Meski sedih tidak melihat Akari, Takaki tersenyum dan kembali berjalan ke depan.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Penjelasan ending 5 Centimeters Per Second
Apakah Akari tidak menyadari bahwa yang berpapasan dengannya adalah Takaki? Sepertinya ia menyadarinya. Akari sempat terlihat berhenti sekilas, mengindikasikan bahwa ia mengenali Takaki. Hanya saja, Akari memilih tetap berjalan ke depan tanpa menengok ke belakang sama sekali, sehingga ketika kereta telah lewat, Takaki tidak melihatnya lagi karena Akari telah melangkah terlalu jauh.
Tidak seperti Takaki, Akari telah sepenuhnya move on dari Takaki dan telah menemukan cinta baru. Bagi Akari, Takaki adalah seseorang dari masa lalu dan Akari kini sudah hidup di masa kini serta menatap masa depan. Maka dari itu, Akari memilih untuk tidak menengok ke belakang dan tetap berjalan ke depan.
Lantas, bagaimana dengan Takaki, mengapa ia tersenyum setelah tidak melihat sosok Akari di seberang palang kereta? Menurut pendapat saya, Takaki merasa bahwa janjinya dengan Akari di masa kecil untuk kembali menikmati bunga-bunga sakura bermekaran akhirnya terpenuhi pada momen terakhir di palang kereta tempat keduanya berpapasan. Meski tidak seperti yang Takaki harapkan.
Melihat bagaimana Akari tidak menunggu kereta lewat untuk bisa melihat dirinya lagi, Takaki merasa bahwa Akari memberitahu bahwa "aku telah move on dan menatap ke depan", dan memberi dorongan yang sangat diperlukan bagi Takaki untuk move on dan meraih cinta yang baru. Meski hal itu membuat Takaki merasakan kesedihan yang mendalam, ia akhirnya bisa merasa senang bahwa Akari dapat move on dari dirinya.
Takaki pun merasa terlepas dari belenggu masa lalu dan bersiap untuk melangkah ke depan, seperti yang telah dilakukan Akari.
Konklusi
Cukup banyak para penggemar anime, termasuk di Indonesia, yang menyebut bahwa 5 Centimeters Per Second adalah film anime Makoto Shinkai yang paling membosankan, bahwa film ini hanya mengandalkan animasi dan artwork yang luar biasa indah. Saya pribadi dapat memaklumi dan menghargai opini tersebut. Namun menurut saya, 5 Centimeters Per Second disebut "membosankan" karena betapa....realistisnya anime ini. Film ini begitu realistis hingga dapat dirasakan bahwa apa yang digambarkan di dalamnya memang benar-benar bisa terjadi di dunia nyata, terutama bagi kalian yang pernah atau tengah merasakan pahit manisnya jatuh cinta.
5 Centimeters Per Second adalah gambaran nyata bagaimana hubungan asmara secara perlahan dapat memudar karena waktu, jarak, insecurity diri, emosi, rasa takut kehilangan, dan pada akhirnya move on untuk menatap ke depan. Mayoritas orang ingin melihat tontonan yang dapat membuat mereka berpaling dari kegetiran dunia nyata, dan 5 Centimeters Per Second malah menyajikan realita yang sulit untuk diterima mereka.
Dalam matematika, jarak (distance) adalah hasil perkalian dari kecepatan (speed) dan waktu. Dalam suatu momen di film, Takaki sempat berpikir "harus seberapa cepat aku hidup agar bisa berjumpa denganmu?" Hal ini menggambarkan betapa sulit rintangan yang ia hadapi untuk bertemu dengan Akari, di mana sebagai seorang siswa sekolah yang masih bergantung kepada orangtuanya, sulit bagi Takaki untuk menakhlukan jarak membentang antara dirinya dengan Akari.
(Kredit: CoMix Wave Inc.)
Kegagalan untuk mengekspresikan perasaan merupakan tema utama dalam 5 Centimeters Per Second. Takaki terus menerus ragu untuk menulis surat dan pesan singkat bagi Akari, lalu cinta bertepuk sebelah tangan dari Kanae, dan Akari yang juga sempat menulis surat untuk Takaki namun pada akhirnya memilih tidak mengirimkannya.
Mungkin kamu akan merasa kesal pada Takaki atau Akari, kenapa mereka tidak mencoba lebih dalam memberanikan diri menyatakan perasaannya secara jelas kepada Akari.
Namun menyatakan cinta tidak semudah yang kalian bayangkan, apalagi jika kamu benar-benar mencintai seseorang.
Tenangkan diri sejenak, saksikan film ini, perhatikan dan apresiasi setiap detailnya terutama mengenai karakter-karakter di dalamnya, maka kamu akan mendapatkan pelajaran hidup yang biasanya hanya bisa kamu dapatkan lewat pengalaman nyata serta merasakan rasa sakit mendalam di hati dalam jangka waktu yang tak sebentar.
Bagi kalian yang cukup beruntung bisa mempertahankan hubungan kasih dengan cinta pertama, maka 5 Centimeters Per Second dapat menjadi referensi yang bagus untuk semakin memperkokoh hubungan kalian atau mungkin, untuk bisa memahami apa yang dirasakan orang-orang terdekat kalian yang kurang beruntung dengan cinta pertama mereka.
Satu alasan lagi untuk menonton 5 Centimeters Per Second, film ini merupakan salah satu film langka di mana lagu utamanya yang berjudul One More Time One More Chance karya Masayoshi Yamazki benar-benar serasi dengan feeling dari film ini.
(Stefanus/IDWS)