Kontroversi Film 'Kucumbu Tubuh Indahku' yang Dianggap Menampilkan Tema LGBT
IDWS, Senin, 29 April 2019 - Film terbaru Garin Nugroho berjudul Kucumbu Tubuh Indahku yang tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 18 April lalu itu diliputi kontroversi karena dinilai para netizen menampilkan tema LGBT.
Trailer dari film tersebut saja sudah dibanjiri kecaman.
"Film LGBT a****g, mati aja kau LGBT b*****t. Merusak anak-anak bangsa," bunyi salah satu komentar netizen. "Film ii tolong jangan ditayangkan di Indonesia," komentar netizen lain dengan nada mengimbau.
Di Indonesia, Kucumbu Tubuh Indahku dianggap mengandung unsur LGBT. (Fourcolours Films)
Bahkan kini ada petisi yang menolak film itu. "Gawat! Indonesia Sudah Mulai Memproduksi Film LGBT dengan judul 'Kucumbu Tubuh Indahku,'" demikian judul petisi di Change.org.
Petisi tersebut ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia dan sudah ditanda tangani lebih dari 53 ribu orang. Isi petisi sederhana saja, hanya himbauan agar memboikot film itu.
Kucumbu Tubuh Indahku mengikuti kisah seorang penari Lengger bernama Juno. Sejak ditinggal ayahnya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Tak disangka, tarian itu membawanya melalui jalan kehidupan penuh liku hingga pada akhirnya Juno bisa memahami dan menerima keindahan hidup sebagai seorang penari Lengger.
Kucumbu Tubuh Indahku mengikuti kisah seorang penari Lengger bernama Juno dari sejak ia kecil hingga dewasa. (Fourcolours Films)
Tari Lengger merupakan budaya asli Indonesia asal Banyumas. tarian ini mengharuskan penarinya menampilkan sisi maskulin sekaligus feminim dalam satu tubuh. Umumnya tarian ini dipentaskan oleh lelaki yang kesehariannya mengubah diri jadi wanita. Mereka berperilaku seperti wanita, termasuk lenggokan tubuh wanita saat berjalan.
Melansir CNN Indonesia, Garin membuat film Kucumbu Tubuh Indahku berdasarkan kisah nyata seorang penari Lengger bernama Rianto.
Cuplikan film Kucumbu Tubuh Indahku. (Fourcolours Films)
"Tubuh kita ini menyimpan ingatan. Rangkaian ingatan tersebut menjadi sebuah sejarah manusia, sejarah tubuh dan trauma-traumanya tersendiri yang bukan hanya personal, tapi juga merupakan representasi sosial dan politik yang dialami seorang individu. Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminim dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang," ungkap Garin dalam keterangan pers, mengutip CNN Indonesia.
"Ini yang saya tangkap dari cerita hidup Rianto, dan ini yang ingin saya coba visualisasikan ke dalam film," tambah sutradara Daun di Atas Bantal itu.
Produser Ifa Isfansyah menganggap Kucumbu Tubuh Indahku akan indah secara visual. "Pertama kali mendengar ide ini, saya langsung sangat tertarik karena ceritanya yang sangat menggelitik. Cerita tentang perjalanan tbuh kita," ujarnya dalam keterangan pers.
Film Kucumbu Tubuh Indahku sudah mendapat beberapa penghargaan internasional, termasuk dari Italia, Prancis, Australia hingga Meksiko. Film itu sudah diputar di lebih dari 30 festival film di seluruh dunia.
Ada juga beberapa netizen yang menyampaikan pembelaan mereka bagi Kucumbu Tubuh Indahku.
"Ya sudahlah enggak usah tayang di negeri sendiri enggak apa-apa. Lanjutkan karya bangsa di luar negeri saja, film kayak begini enggak masuk sama generasi micin," komentar mereka.
"Hidup Kemanusiaan! Manusia tanpa terkecuali, berhak berekspresi. Bentuk represi atas film ini merupakan bagian dari ketidakadilan yang masih dipelihara oleh tirani mayoritas. Maju terus kemanusiaan, maju terus film yang memanusiakan kaum terpinggirkan!" kata lainnya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: CNN Indonesia