Heboh Dokter Reisa Broto Asmoro Jadi Jubir Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas COVID-19
Kemunculan Dokter Reisa Broto Asmoro menggantikan Achmad Yurianto menyampaikan update data penyebaran COVID-19 di Indonesia menyita perhatian publik di Indonesia
IDWS, Kamis, 11 Juni 2020 - Sosok cantik dokter berusia 34 tahun itu dalam sekejab langsung mencuri hati masyarakat. Jauh dengan sosok Achmad Yurianto yang khas bapak-bapak.
Dokter Reisa Broto Asmoro ditunjuk sebagai juru bicara tim komunikasi publik Gugus Tugas COVID-19, dan bertugas menyampaikan proses penanganan virus corona COVID-19 di Tanah Air mulai Senin (8/6/2020) lalu.
Dokter Reisa Broto Asmoro saat menyampaikan update penanganan COVID-19 di Indonesia. (YouTube BNPB)
Achmad Yurianto membenarkan adanya kehadiaran Dokter Reisa Broto Asmoro dalam timnya. Melansir laporan Tribun Manado, pria yang akrab disapa Yuri itu kini hanya mengumumkan jumlah kasus pasien positi COVID-19, pasien sembuh, dan pasien meninggal serta jumlah tes harian.
Profil Dokter Reisa
Dokter Reisa merupakan seorang dokter merangkap model. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Pelita Harapan dan Universitas Indonesia, serta sempat menyabet gelar Puteri Indonesia Lingkungan Hidup pada tahun 2010 silam setelah menjadi runner-up dalam kontes Putri Indonesia 2010.
(Tribun Manado via grid.id)
Sebelumnya, wanita asal Solo ini pernah menjadi finalis Gadis Sampul dan sudah membintangi beberapa iklan baik di Tanah Air maupun Asia.
Selain berprofesi sebagai dokter dan model, dokter Reisa juga dikenal sebagai presenter acara kesehatan di televisi seperti Dokter Oz dan Ibu Pintar.
Di sela kesibukannya sebagai presenter di televisi, dokter Reisa juga membuka klinik kecantikan di Jakarta Selatan. Reisa juga kini aktif diberbagai kegiatan sosial, serta menjadi pembicara dalam seminar-seminar kesehatan nasional.
(Instagram/@reisabrotoasmoro)
Lulus dan menjadi dokter, Reisa pernah bekerja di RS Polri Raden Said Soekanto dan berkecimpung di dunia forensik.
Bahkan, dia pernah menjadi salah satu anggota Dissaster Victim Identification (DVI) yang salah satunya terlibat dalam proses investigasi korban Sukhoi, dan beberapa bom terorisme di Jakarta.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Tribun Manado