Alex Reid, Idol K-pop Berkulit HItam Pertama di Dunia
IDWS, Jumat, 20 September 2019 - Dunia K-pop merupakan dunia penuh warna dan dipenuhi oleh berbagai talenta. Namun, kesamarataan ras bukanlah poin utama dalam industri tersebut.
Sama seperti negara-negara Asia Timur kebanyakan, industri K-pop sendiri dipenuhi oleh orang-orang dari ras yang sama. Hingga kemudian nama Alexandra "Alex" Reid muncul sebagai musikus Afrika-Amerika pertama yang berkecimpung dalam K-pop.
Pelan tapi pasti, Alex terus mendobrak perbedaan ras di Korea Selatan sejak 2015 sebagai idol K-pop pertama. Eks dari grup BP RaNia, gadis itu berkenalan dengan keglamoran Hallyu sekaligus berbagai tantangan berat seperti jadwal super padat dan bias akan warna kulit serta perbedaan ras, hingga sulitnya tinggal di negeri dengan budaya yang sangat berbeda.
"Saya masuk dalam industri K-pop ketika direkrut di sebuah studio rekaman di Los Angeles, lalu terbang ke Korea dalam satu atau dua minggu kemudian," cerita Alex kepada NextShark. "Saya telah lama menjadi penggemar dari K-pop namun tidak [berpikir] mengejar karir di sana karena saya sebelumnya tidak pernah melihat adanya idol dengan penampilan seperti saya (berkulit hitam), jadi sepertinya itu mimpi yang mustahil."
Akan tetapi, ketika kesempatan untuk meniti karir musik di industri hiburan Korea datang, Alex tak ragu untuk langsung menerimanya. Sejak saat itu, ia mendedikasikan hidupnya untuk berkarir di industri K-pop yang berarti menghabiskan waktu lebih sedikit dengan keluarga dan teman-temannya, serta tidak ada kesempatan untuk berpacaran serius.
Pastinya menjadi seorang penggemar K-pop tak bisa dibandingkan dengan menjadi idol K-pop.
"Banyak sekali penggemar yang bermimpi untuk menjalani audisi dan melakukan debut, namun penting untuk mengetahui benar akan keputusan mereka saat mencobanya, dan seluruh pengorbanan, keringat dan air mata yang menetes," jelas Alex. "
"Beban fisik [untuk meniti karir sebagai idol K-pop] sangat lah berat, namun bagi saya, aspek mental merupakan bagian tersulit dari menjadi seorang bintang K-pop."
Menjadi idol otomatis membuat Alex harus mengorbankan privasi serta waktu santai. Belum lagi, Alex juga dihadapkan pada realita tinggal dan bekerja jauh dari negeri asalnya, serta berjuang keras mengatasi perbedaan kultur, ras dan bahasa yang rasa terisolasi yang diakibatkan.
Korea Selatan sebagai negara dengan ras homogen seperti kebanyakan negara Asia lainnya, tidak selalu menerima kehadiran figur asing. Beruntung baginya, Alex mendeskripsikan pengalamannya dengan warga Korea sebagai "sangat positif".
"Saya merasa sangat diterima oleh penggemar Korea. Segala rasisme yang saya rasakan dalam kehidupan sehari-hari atau di balik layar, saya anggap itu sebagai ketidakpedulian sehingga saya berusaha melihatnya sebagai kesempatan untuk mengedukasi dan memberi wawasan daripada sakit hati," tambah Alex.
Ia mengaku banyak penggemar Korea yang mendukungnya dengan mengirim surat-surat yang menyemangatinya serta memberi hadiah yang membuat Alex teringat akan Amerika.
Meski kini Alex telah meninggalkan Korea, perannya dalam industri K-pop dianggap penting untuk jangka panjang. Dengan pengaruhnya, Alex menunjukkan kepada para penggemar muda K-pop bahwa industri tersebut membutuhkan keanekaragaman ras.
Alex kini masih terus berkarya di Amerika, dengan menulis serta memproduksi lagunya sendiri yang menggabungkan genre dari American Pop dengan K-pop.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: NextShark