Fenomena Begpacker, Wisatawan Mancanegara yang Mengemis Kepada Warga Lokal Untuk Membiayai Perjalanan Mereka
IDWS, Kamis, 11 Juli 2019 - Kalian mungkin setidaknya pernah bertemu dengan wisatawan mancanegara (wisman), entah di kota tempat kalian tinggal atau saat melancong ke obyek wisata luar kota. Nah, yang ada di pikiran mayoritas orang Indonesia biasanya adalah bahwa turis-turis asing tersebut punya uang banyak dari turis domestik, sehingga pada umumnya kita merasa inferior bila berhadapan dengan para turis asing tersebut.
(Twitter)
Kalian harus tahu, bahwa wisatawan mancanegara (yang biasa disebut bule) pun juga ada yang tak punya uang, dan bahkan tak segan meminta-minta kepada masyarakat lokal untuk membiayai perjalanan mereka. Masak sih? Ya, mereka ada, dan jumlahnya tak sedikit. Terutama di Bali.
(Twitter)
Kini, para wisatawan mancanegara dengan modal cekak harus berpikir dua kali bila hendak "berwisata" ke Bali. Pasalnya, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Ngurah Rai akan memberlakukan aturan tegas dengan mengirim para turis yang dianggap bermasalah ke Kantor Kedutaan masing-masing. Dan para turis mancanegara yang gemar meminta-minta juga termasuk di dalamnya.
"WNA (Warga Negara Asing) yang nggak punya duit atau pura-pura gembel, akan kami kirimkan orang itu ke kedutaannya atau minta perlindungan ke kedutaannya yang notabene harus melindungi warga negaranya yang di sini banyak," ujar Kabid Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I TPI Ngurah Rai, Setyo Budiwardoyo dilansir dari Detik.
(Twitter)
(Twitter)
Menurut Setyo, para wisman yang kehabisan uang ini seringkali bikin onar atau justru jadi pengemis, hingga mengais makanan di tong-tong sampah agar bisa berhemat untuk bisa beli tiket pulang ke negaranya. Mengherankannya lagi, ada seorang turis asing asal Jerman yang sengaja datang untuk menjadi pengemis di Bali dan kota-kota besar lainnya di Indonesia dan Asia Tenggara.
(Twitter)
Fenomena yang makin ramai terjadi sejak satu dekade terakhir ini sering disebut sebagai begpacker. Ini merupakan modifikasi dari kata backpacker, pejalan yang melakukan perjalanan hemat. Sedangkan begpacker adalah istilah sindiran yang dicomot dari dua kata, beg (mengemis) dan packer (pejalan).
(Twitter)
Akan tetapi sulit untuk melakukan tindakan lebih selain mengantar para begpacker dan wisman bermasalah ke kedutaan negaranya, kecuali mereka terlibat dalam tindak kriminal sehingga memungkinkan bagi negara untuk mendeportasi hingga melarang mereka masuk kembali ke Indonesia.
Bali sendiri merupakan salah satu destinasi wisata paling populer bagi para begpacker.
Are you loser? Don't know what to do in life? Go to #Bangkok #Thailand. Start teaching, blogging or beg on the road pic.twitter.com/RllFsgZ9Xp — Solo Traveller ? (@ImSoloTraveller) January 17, 2016
Banyak warga lokal dan para turis asli yang membagikan foto-foto para backpacker yang mengemis di jalanan untuk membiayai perjalanan mereka, sehingga lahirlah istilah begpacker.
Dari foto-foto yang diunggah oleh seorang pengguna Twitter, @ImSoloTraveller, sebagian dari mereka bahkan tak malu-malu mengemis sembari menenteng kamera berharga jutaan atau menyanyi di pinggir jalan dengan amplifier mahal atau biola elektrik.
Rising trend of Falang begging in #Bangkok #Thailand.Today at Chitlom-Siam Skywalk. Lost money on girls/bar/what? RT pic.twitter.com/evW9HD9HE7 — Solo Traveller ? (@ImSoloTraveller) January 19, 2016
Diaporkan pula ada yang pura-pura memelas dengan beralasan kehilangan kartu kredit dan visa sehingga terpaksa mengemis, lalu kemudian melanjutkan wisata mereka dengan uang hasil mengemis itu.
(Twitter)
Munculnya fenomena ini sebagian besar karena adanya hegemoni ras kulit putih dalam diri para turis-turis pengemis ini, yang umumnya berasal dari Eropa, Australia, Amerika, dan Rusia. Selain merasa superior, warga-warga lokal di Asia Tenggara juga mayoritas merasa inferior dari orang-orang kulit putih sehingga merasa hal yang seharusnya memalukan, menjadi biasa saja bila dilakukan oleh turis asing kulit putih.
(Twitter/@ImSoloTraveller)
Tak hanya Indonesia, Thailand juga mengalami masalah serbuan begpacker ini. Dilansir dari Sun Online Travel, turis-turis asing di negeri Gajah Puih itu kini diharuskan untuk menunjukkan uang kontan sejumlah £455 sebagai bukti mereka dapat membiayai perjalanan wisata mereka secara mandiri. (Stefanus/IDWS)