Kasus Gagal Jantung Pada Atlet, dr Tirta: Awam Perlu Paham CPR
Dalam dua hari berturut-turut, dua kasus atlet kolaps di lapangan terkait gagal jantung (cardiac arrest) terjadi. Tirta Mandira Hudhi atau yang juga dikenal sebagai dr Tirta pun menekankan pentingnya pelatihan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) di masyarakat.
IDWS, Selasa, 15 Juni 2021 - Kasus pertama adalah kolapsnya pesepakbola Denmark Christian Eriksen dalam laga Euro 2020 melawan Finlandia pada Minggu (13/6/2021) WIB. Sedangkan kasus kedua adalah meninggalnya eks atlet bulutangkis Indonesia Markis Kido saat berlatih bulutangkis di Tangerang pada Senin (14/6/2021) kemarin.
Eriksen lebih beruntung karena ia akhirnya selamat dari maut, sayang Markis Kido tidak seberuntung itu dan dikabarkan meninggal dunia.
Sebelum ditangani oleh tim medis, Christian Eriksen tampak mendapat bantuan CPR dari kapten timnas Denmark Simon Kjaer. Sedangkan Kido juga sempat mendapat pertolongan pertama dari rekan-rekannya yang juga berada di GOR Petrolin, Tangerang, saat ia kolaps di lapangan. Hanya saja tidak ada tim medis yang siap menanganinya seperti dalam kasus Eriksen, atau memang mungkin Tuhan sudah berkehendak lain.
Awam perlu paham CPR
Mengingat kasus henti jantung ini bukan kali pertama, dr Tirta menegaskan pentingnya pelatihan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) sebagai pertolongan pertama pada kolaps akibat henti jantung. Pasalnya, penanganan tepat dalam 10 menit pertama sangat krusial untuk menyelamatkan pasien.
dr Tirta. (Foto: Ayunda Septiani/detikHealth)
"Perlunya pelatihan RJP (resusitasi jantung paru) untuk orang awam sejak dini di sekolah-sekolah. Sehingga jika ada sekitar kita terkena serang jantung, golden period 10 menit bisa dimanfaatkan untuk RJP yang benar," terangnya seperti dikutip dari detikcom.
Langkah pencegahan juga bisa dilakukan dengan check up jantung secara rutin. Terutama, pada kalangan atlet yang kerap mengalami penebalan dinding jantung akibat intensitas latihan yang tinggi.
"Atlet rentan terkena serangan jantung karena konsekuensi aktivitasnya. Sehingga wajib monitor kesehatan jantung secara rutin. Lebih lanjutnya silakan konsul ke dokter spesialis jantung pembuluh," pungkasnya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: detikcom