Mahasiswa Meninggal Setelah Kerjakan Skripsi 7 Hari Berturut-turut Tanpa Istirahat
IDWS, Senin, 2 Desember 2019 - Skripsi merupakan hadangan terakhir yang harus ditempuh oleh seorang mahasiswa demi menyelesaikan pendidikan. Ada yang bermalas-malasan dan menunda-nunda skripsi, ada jug ayang terlalu bersemangat hingga mengorbankn nyawa demi menyelesaikan skripsinya.
Kisah tragis tersebut dialami oleh Jehuda Christ Wahyu, yang meninggal setelah menyelesaikan skripsi yang ia kerjakan selama tujuh hari berturut-turut tanpa istirahat. Sebelum berpulang, Jehuda sempat membagikan pengalamannya menyelesaikan skripsi di Twitter.
Mendiang Jehuda Christ Wahyu yang meninggal setelah mengerjakan skripsi selama 7 hari berturut-turut tanpa istirahat. (Twitter/@Jechriswa)
Menurut cuitan yang ditulis Twitter-nya, Jehuda telah menyelesaikan skripsinya dalam tujuh hari berturut-turut tanpa istirahat. Dalam mengerjakan skripsinya, ia menjadikan malam sebagai siang, sementara siang jadi malam. Ternyata, skripsi yang disusun dalam tempo singkat itu diterima oleh dosen pembimbingnya dan bahkan ia dinyatakan telah lulus ujian skripsi.
Tetapi ada dampak yang tak disadari oleh Jehuda. Dia mengaku bahwa nafsu makannya berkurang dan tidak bisa menikmati rasa setiap makanan yang masuk ke mulutnya.
(Twitter/@jechriswa)
Namun hari-hari berikutnya, tubuh Jehuda mengalami demam tinggi. Menyadari tubuhnya dalam keadaan tidak sehat, Jehuda pergi ke rumah sakit untuk berobat. Sampai empat hari kemudian dia beberapa kali cek kesehatan di rumah sakit. Dia awalnya ke spesialis penyakit dalam untuk mengecek urine.
Sempat khawatir ginjalnya kenapa-kenapa, hasil pemeriksaan dokter ternyata bersih. Dugaan dokter selanjutnya adalah Jehuda terkena radang paru-paru (TBC). Ternyata, empat hari kemudian saat dirontgen, paru-parunya juga tak bermasalah.
(Twitter/@jechriswa)
Saat cek darah, trombositnya tidak turun. Berarti dugaan keempat yaitu DBD tidak terbukti. Selang beberapa hari kemudian, dia merasa sehat dan berpikir bisa beraktivitas lagi.
Namun, pada pemeriksaan selanjutnya diketahui bahwa kadar hemoglobin Jehuda ternyata rendah. Dokter pun memastikan bahwa Jehuda menderita anemia dengan hemoglobin hanya 9,9 g/dL — hemoglobin lelaki normal itu seharusnya berkisar antara 13,8-17,2 g/DL. Karena kondisinya yang tak memungkinkan, Jehuda memutuskan tak ikut wisuda.
Melewatkan wisuda, Jehuda periksa lagi ke rumah sakit untuk melakukan rekam jantung dan cek darah lagi. Ternyata anemia Jehuda makin parah. Sel darah merahnya sampai berubah bentuk jadi kurus dan warnanya pucat.
Setelah mendapatkan perawatan kondisi Jehuda mulai pulih. Di akhir thread-nya, ia menulis pesan untuk mahasiswa yang sedang skripsi agar menjaga kesehatan meskipun dalam kondisi sibuk. Ia juga menyatakan penyesalannya kenapa bisa sakit meski dia sendiri tidak mengetahui jenis penyakit apa yang dideritanya.
(Twitter/@Jechriswa)
“Kalau yang di thread Twitter itu emang bener kejadiannya,” ujarnya saat dihubungi via oleh TribunNews, Rabu (27/11/219). Setelah diopname kondisi adik kesayangan Eunike ini semakin membaik dan dibolehkan pulang, Senin (18/11/2019). Saat dibawa pulang, kondisi Jehuda kembali menurun dan mengharuskannya untuk diopname pada esok hari.
“Tapi saat pulang, tiba-tiba dia muntah-muntah dan badannya panas lagi. Lalu dilarikan ke ICU,” kenang Eunike.
Ia mengaku tidak tahu penyebab memburuknya kondisi sang adik. Semenjak kembali diopname, kesadaran Jehuda mulai hilang. Pria kelahiran 1997 ini hanya bangun beberapa jam dalam kurun waktu dua hari. Akhirnya, pihak keluarga memutuskan untuk melakukan Computerized Tomography (CT) Scan.
Dari hasil CT Scan, diketahui J menderita Meningitis dan terdapat tumor di bagian otak. “Maka diputuskan harus segera dioperasi,” ucap Eunike. Ia mengatakan, operasi J berjalan lancar, namun kondisinya sudah tidak sadar lagi. “Dan pada hari Minggu subuh, dinyatakan meninggal,” lanjutnya.
Jehuda Christ Wahyu dinyatakan meninggal pada hari Minggu subuh, 26 November 2019.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: TribunNews, Twitter/@Jechriswa