Kesal Putranya Tak Bisa Mengerjakan Soal Matematika, Ibu Ini Nyaris Meninggal Karena Serangan Jantung
IDWS, Rabu, 6 November 2019 - Sudah umum apabila orangtua memilik ekspektasi tinggi kepada anak-anaknya. Akan tetapi ekspektasi yang berlebihan bisa berakibat negatif baik bagi orangtua sendiri maupun anak. Bahkan, bisa mengancam nyawa.
Sebuah kasus unik terjadi di China. Melansir laporan Sin Chew Daily, seorang ibu muda bernama Wang terkena serangan jantung karena syok putranya tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) matematikanya.
Nyonya Wang disebutkan memang aktif terlibat dalam perkembangan akademis buah hatinya itu dengan membantu putranya mengerjakan PR dari sekolah setiap malam. Di China, tuntutan orangtua di bidang akademis terhadap anak bisa dibilang lebih berat dibandingkan dengan Indonesia.
Nyonya Wang saat diperiksa oleh dokter. (China Press)
Pada satu malam, Wang histeris karena putranya tidak bisa mengerti bagaimana menyelesaikan suatu soal matematika, meski sang ibu telah menjelaskannya berulang kali.
"Aku telah mencoba menjelaskan berkali-kali, tapi ia masih tidak bisa menjawab dengan benar. Aku mulai marah dan merasa ingin melampiaskannya. Tiba-tiba aku merasa sesak dan kesulitan bernafas. Secepat mungkin kupanggil suamiku dan memintanya mengantarku ke rumah sakit," tutur Wang.
Doktor yang menangani Nyonya Wang menjelaskan bahwa ia mengalami serangan jantung karena alasan emosional. Ia juga menambahkan apabila terlamba ditangani, maka Wang akan tewas karena gagal jantung.
"Kasus seperti ini cenderung dialami oleh orangtua muda. Bila bukan karena diet yang tidak seimbang, maka hal ini disebabkan karena emosi psikologikal. Kebanyakan pasien dengan masalah ini adalah ibu-ibu muda," ungkap sang dokter.
Menurut laporan China Press, Nyonya Wang disebut sering hilang kesabaran kepada anak-anaknya karena masalah akademis.
Profesional di bidang psikologi menyarankan kepada para orangtua untuk melatih keseimbangan emosional mereka agar tidak terbawa emosi saat mengajari anak-anak. Terlalu khawatir akan perkembangan akademis anak malah akan jadi bumerang bagi kedua pihak.
(Stefanus/IDWS)