Manfaatkan Momen Bulan Puasa Untuk Berhenti Merokok Secara Total
IDWS, Minggu, 12 Mei 2019 - Menjalankan ibadah puasa tidak hanya menahan makan dan minum, tetapi juga dari berbagai nafsu duniawi lainnya seperti menipu, menyakiti orang lain, atau merokok.
Membahas soal merokok, bulan puasa biasanya jadi ujian berat bagi para perokok aktif karena mereka harus menahan diri setidaknya selama 13 jam dari waktu sahur hingga berbuka.
Meski terbilang cukup menyiksa, tapi justru momen puasa bisa dijadikan sarana bagi para perokok aktif untuk berhenti merokok sepenuhnya.
Momen bulan puasa bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk berhenti merokok sepenuhnya. (Shutterstock)
Menurut Dr. dr. Erlina Burhan. MSc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dan pakar tuberkulosis, merokok bisa meningkatkan resiko terinfeksi dan terjangki tuberkolisis hingga dua kali lipat dibanding orang yang tidak merokok. "Satu batang rokok akan melumpuhkan silia (rambut getar) di saluran nafas yang berfungsi untuk mengusir kuman keluar tubuh," jelas Erlina seperti dikutip dari Kompas.com.
Erlina juga menjeleskan bahwa hampir 70 persen pria dewasa di Indonesia adalah perokok, dan sebagian besar pasien tuberkulosis pernah atau merupakan mantan pecandu rokok yang biasanya berhenti merokok setelah divonis mengidap tuberkulosis.
Demi menurunkan resiko tuberkulosis, Erlina berbagi beberapa tips yang dapat diterapkan untuk mulai berhenti merokok.
"Yang penting, pertama kali adalah niat sungguh-sungguh dari diri sendiri untuk berhenti merokok. Sampaikanlah niat ini ke dokter, dan dokter akan membantu anda untuk stop merokok. Lebih baik stop sama sekali dibanding mengurangi rokok sedikit demi sedikit," jelas Erlina.
Tambahnya lagi, berhenti merokok secara total dan tiba-tiba dapat menimbulkan gejala 'withdrawal syndrome' atau sindrom putus rokok yang mengakibatkan sesoerang menjadi cemas, gelisah, kurang konsentrasi dan merasa lemah. Tapi itu hanyalah bersifat sementara. Bila menyadari itu dan berhasil melewatinya tanpa menyentuh rokok, maka tubuh akan menyesuaikan diri sehingga lagi merasa membutuhkan rokok atau menimbulkan keinginan untuk merokok.
Biasanya, orang yang baru mulai berhenti merokok mudah sekali tergoda untuk kembali merokok karena tidak tahan dengan sindrom withdrawal tersebut. Berbagi cerita dan keluhan dengan dokter dapat memotivasi seseorang untuk melewati ujian tersebut karena memang harus dilewati.
Berani menolak tawaran rokok dari siapapun merupakan langkah tersulit bagi sebagian orang untuk berhenti merokok. (agil-asshofie.blogspot.com)
Jika bisa, hindarkan jauh-jauh pemikiran "Ah, satu batang saja juga tidak apa-apa, toh juga nggak berpengaruh besar," karena pemikiran seperti itu justru seperti seseorang yang tengah tenggelam di dalam laut dan mencoba berenang ke permukaan, tetapi ada tangan yang mencengkeram kaki orang tersebut dan menahannya berenang ke permukaan. Semakin lama, akan semakin banyak tangan yang mencengkeram dan makin sulit bagi orang itu untuk kembali ke permukaan, menghirup udara segar.
Selain itu, menurut Erlina, jika bisa menjauh dari lingkungan atau orang sekitar yang sedang merokok, serta berani berkata "Maaf, saya tidak merokok" bila ada yang menawarkan rokok.
Namun, seringkali hal itu sulit dilakukan jika yang menawari adalah sahabat dekat atau rekan kerja yang tak bisa dihindari. Maka dari itu, dari pengalaman pribadi penulis, berusaha menjadi orang baik yang menghindari untuk membicarakan seseorang di belakang, serta cobalah menjadi supel agar bisa mengalihkan topik pembicaraan setelah menolak tawaran rokok dari mereka. Dengan begitu, meski awalnya mereka merasa jengkel tapi lambat laun mereka akan mengerti dedikasimu untuk tidak merokok, dan tidak menjauhi atau mengucilkanmu karena segan akan kebaikan-kebaikan yang pernah kalian lakukan kepada mereka.
Selamat mencoba!
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com