Nasib Legenda Sepakbola Turki Hakan Sukur Kini Jadi Supir Ojol dan Penjual Buku
IDWS, Selasa, 14 Januari 2020 - Legenda sepakbola Galatasaray dan Turki, Hakan Sukur (48) sekarang berprofesi sebagai driver ojek online dan penjual buku di Washington, Amerika Serikat. Ia mengklaim presiden yang berkuasa di negaranya yakni Recep Tayyip Erdogan telah “mengambil semua" miliknya.
Sukur yang berposisi sebagai penyerang saat masih aktif bermain itu dikenal pernah memperkuat Torino, Parma, Inter Milan, hingga Blackburn Rovers. Ia mengaku diperlakukan sebagai musuh oleh Turki hingga semua asetnya disita negara.
Hakan Sukur saat membela Timnas Turki. (Getty Images)
Hakan Sukur mencetak lebih dari 250 gol di level klub di sepanjang kariernya, plus 51 gol dari 112 penampilan bagi timnas Turki. Ia juga masih tercatat sebagai pemegang rekor gol tercepat setelah kick-off di ajang Piala Dunia FIFA dengan torehan 10.89 detik pada Piala Dunia 2002 silam dan sukses mengantar Turki mencapai semifinal pada turnamen yang digelar di Korea-Jepang itu.
Pada 2003, ia kembali ke Galatasaray sebelum kemudian pensiun dari sepakbola pada 2008.
Setelah pensiun, dia aktif di dunia politik praktis. Hakan Sukur pernah terpilih sebagai wakil rakyat di Parlemen Turki. Namun, nasibnya berubah drastis pada 2011 sejak Erdogan berkuasa.
Saat itu Hakan Sukur berposisi sebagai politikus yang berada di pihak oposisi dari pemerintah.
Hakan Sukur saat membela Inter Milan. (Foto: Goal.com)
"Saya sangat mencintai negara saya. Setelah tak mendukung Erdogan, saya kerap mendapat ancaman. Toko istri saya diserang, anak-anak saya dilecehkan, ayah saya dipenjara, dan semua aset saya dibekukan."
“Kemudian setelah itu semuanya dimulai,” ungkap Sukur kepada Welt am Sonntag dikutip dari Football Italia.
“Batu-batu dilempar ke butik milik istri saya, anak saya diperlakukan kasar di jalan. Saya menerima banyak ancaman untuk setiap komentar saya. Ketika saya pergi, mereka menahan ayah saya – dan semua yang saya miliki disita.
Hakan Sukur dulu dan sekarang. (Foto: Skysport)
“Saya tidak punya apa-apa lagi di dunia ini. Erdogan mengambil semuanya dari saya; kebebasan saya, hak saya untuk menjelaskan, untuk mengekspresikan diri, untuk bekerja.”
Ayah Sukur sekarang menjadi tahanan rumah, setelah dilepas dari penjara usai didiagnosis kanker. Ibunya juga didiagnosis serupa.
“Ini sangat sulit untuk mereka,” lanjut Sukur. “Semua orang yang dekat dengan saya mengalami masalah finansial. Saya membuka kafe di sini [di Washinghton, California] untuk sementara waktu. Namun orang-orang aneh yang datang, dan bermain musik Dombra."
Dombra sendiri adalah musik yang disebut AKP sebagai musiknya orang-orang Turki.
"Kemudian saya pindah ke Amerika Serikat. Saya sempat buka kafe di California, namun beberapa kali orang mencurigakan menyatroni saya. Sekarang saya jadi pengemudi Uber dan menjual buku-buku," kata Hakan Sukur.
Hakan Sukur saat berseragam timnas Turki. (AFP PHOTO/GREG WOOD)
Sukur juga baru tahu bahwa, ketika ada mahasiswa Turki di Amerika yang mengajaknya berswafoto, pelajar tersebut lantas dipenjara selama 14 bulan.
“Ketika saya gabung AKP, Turki adalah negara yang sesuai dengan standar EU (Uni Eropa) dan mendapatkan banyak investasi dari Eropa,” terangnya.
“Namun politiknya Erdogan membawa era buruk, dan negara itu mengarah ke arah yang benar-benar berbeda; orientasinya cenderung ke Timur Tengah alih-alih Eropa.
“Sepakbola di Turki, seperti di kebanyakan tempat, tidak bebas dan tidak mandiri. Namun kami justru diserang oleh media setempat [karena bersuara]. Mereka ingin memastikan bahwa atlet lain terintimidasi untuk membuka mulut.
“Saya hanya melakukan hal-hal yang legal di negara saya, di publik. Namun karena nama saya adalah Hakan Sukur, saya diperlakukan untuk mengintimidasi orang.
“Bisakah mereka menunjukkan catatan kriminal yang saya lakukan? Tidak. Mereka hanya menyebut saya sebagai ‘pengkhianat’ dan ‘teroris’.
“Saya adalah musuh pemerintah; bukan musuh negara, bangsa Turki. Saya cinta bendera dan negara saya," imbuhnya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: CNNIndonesia.com dan goal.com via Welt am Sonntag dikutip dari Football Italia