Kisah Partner GrabFood Berkaki Satu, Mendorong Skuter Dengan Satu Kaki Demi Menyambung Hidup
IDWS, Rabu, 20 November 2019 - Bekerja sebagai partner pengantar makanan bagi perusahaan seperti Gojek atau Grab bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi bagi mereka yang menyandang disabilitas atau cacat permanen.
Seperti yang dirasakan oleh Saira Adnan, seorang partner GrabFood di Singapura yang kehilangan kaki kirinya.
Sarie Adnan, partner GrabFood di Singapura sekaligus seorang penyandang disabilitas. (Sumber)
Baru-baru ini, pemerintah Singapura memberlakukan pelarangan PMD elektronik (Personal Mobility Device, sejenis moda transportasi pribadi seperti skuter listrik misalnya) di ruas jalan khusus pejalan kaki. Pelarangan tersebut sangat menghambat Saire dalam pekerjaannya sebagai pengantar makanan GrabFood.
Ia berbagi kesusahannya dalam sebuah episode dari program televisi Singapura, Talking Point, di kanal Channel 5. Cuplikan dari program tersebut Sarie bagikan juga ke media sosial Facebook pada 15 November lalu. Postingan tersebut kini telah dibagikan lebih dari 1.400 kali saat artikel ini ditulis.
Dalam video tersebut, terlihat bagaimana Sarie kesulitan mendorong skuter manualnya hanya dengan satu kaki.
Ia tetap melanjutkan profesinya seperti biasa, mendorong skuternya dengan kaki untuk membeli makanan dan mengantarkannya ke alamat pemesan. Hanya saja, pastinya sulit bagi Sarie mendorong skuter yang tidak ditenagai dengan listrik itu karena ia hanya memiliki (maaf) satu kaki. Belum lagi ia masih harus membawa makanan pesanan di punggungnya.
Otomatis, butuh waktu lebih lama bagi Sarie untuk mengantarkan makanan ke pemesan dibandingkan saat penggunaan skuter listrik masih diperbolehkan.
(sumber)
Ketika ditanya kenapa ia tidak menggunakan PMA (Personal Mobility Aid), Sarie menuturkan bahwa ia telah mencoba, namun PMA tidak bisa membawanya terlalu jauh untuk mengantarkan pesanan makanan.
Bagi orang-orang seperti Sarie yang mengandalkan pekerjaan seperti partner GrabFood untuk bertahan hidup, memang tidak ada pilihan lain.
Sayangnya, menaati peraturan berdampak buruk bagi Sarie. Kepada Steven Chia dari Talking Point, menggunakan skuter manual hanya bisa membuatnya mengantarkan 3-4 pesanan setiap harinya, jauh lebih sedikit dibandingkan 10-12 pesanan bila menggunakan skuter listrik.
(Sumber)
Pelarangan PMD listrik juga membuat fisik Sarie terbebani karena harus mendorong skuter manual dengan keterbatasan fisiknya. Meski begitu, tekadnya untuk bertahan hidup dengan halal dan taat aturan membuatnya tetap bekerja tanpa mengeluh, setidaknya dari awal hingga akhir episode tersebut.
Salut untuk Sarie Adnan, semoga pemerintah Singapura mau memberi pengecualian bagi para penyandang disabilitas ke depannya.
(stefanus/IDWS)
Sumber: mustsharenews.com