Kupas Tuntas Investigasi Terhadap Manchester City Terkait Mark Up Keuangan dan Pelanggaran Pembelian Pemain Muda
IDWS, Minggu, 10 Maret 2019 - Klub kaya raya Inggris, Manchester City atau yang kerap kali disingkat Man City saat ini tengah menghadapi penyelidikan yang dijalankan oleh UEFA (persatuan sepakbola Eropa), FIFA (federasi sepakbola internasional) dan pihak Liga Primer Inggris terkait dugaan beberapa pelanggaran terhadap peraturan Financial Fair Play (FFP), kepemilikan pihak ketiga dan pembelian pemain di bawah umur.
(Foto: cnn.com)
Klub rival sekota Manchester United itu dengan tegas menolak seluruh tudingan yang diarahkan kepadanya. Pep Guardiola sebagai manajer Man City saat ini memohon agar segera ditemukan penyelesaian secepat mungkin terkait masalah tersebut agar publik bisa kembali fokus ke performa apik tim asuhannya di lapangan.
Berikut ini akan kita bahas apa saja tuduhan-tuduhan yang dilayangkan ke Man City serta kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa klub dengan warna utama biru langit tersebut.
Apa Itu FFP?
Dilansir dari UEFA, Financial Fair Play atau FFP merupakan sistem yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan finansial dari klub-klub sepakbola di Eropa lewat pemeriksaan keuangan yang ketat, penerapan batasan transfer sesuai pendapatan klub, serta mencegah pemilik klub bertindak sewenang-wenang dalam menggunakan aset klub dengan pengeluaran berlebihan.
Namun banyak pihak menganggap FFP hanya berpihak pada klub-klub yang sudah mapan dan mematikan klub-klub kecil. Ada yang berpendapat FFP membuat klub-klub yang sudah kaya sebelum FFP diberlakukan berpeluang besar memperoleh pemain-pemain hebat dibandingkan klub-klub dengan kas yang pas-pasan.
Ada juga klaim yang menyerukan bahwa FFP menghalangi calon-calon investor untuk menginvestasikan uang mereka secara jor-joran kepada klub-klub sedang dan kecil yang otomatis menghalangi munculnya pesaing baru bagi klub-klub besar yang telah mapan sebelumnya.
Apa Saja Tuduhannya?
Man City sudah lama menjadi subyek dari berbagai tudingan negatif yang bersumber dari bocoran-bocoran dokumen dan email yang diungkapkan oleh Football Leaks. City diguncang oleh beberapa artikel sekaligus yang dipublikasikan oleh outlet berita Jerman Der Spiegel, yang melaporkan klaim bahwa demi menghindari hukuman FFP, City merancang berbagai metode untuk menyamarkan kucuran dana berjumlah luar biasa besar dari Abu Dhabi United Group.
Klaim tersebut menyebutkan bahwa Man City secara sengaja menggembungkan nilai sponsorship, di mana kesepakatan senilai £67.5 juta (± Rp1,26 trilyun) dituduh menyertakan tambahan investasi senilai £59.5 juta (± Rp1,1 trilyun)) dari Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, pemilik dari Abu Dhabi United Group sekaligus anggota keluarga kerajaan Uni Emirat Arab.
Tuduhan lainnya antara lain mengungkapkan sebuah proyek rahasia bernama 'Longbow' yang melibatkan penjualan image rights klub ke sebuah perusahaan yang diduga didanai oleh Abu Dhabi United Group.
Salah satu email yang bocor juga mengklaim Kepala Bagian Keuangan City, Jorge Chumillas menekankan perlunya mengutak-atik (mark up) pemasukan klub untuk menutup defisit terkait pembayaran kompensasi pemutusan kontrak kepada eks manajer Man City, Roberto Mancini.
Der Spiegel melaporkan bahwa email tersebut berbunyi:
Kita akan kekurangan £9,9 juta (± Rp184 milyar) demi memenuhi (aturan) FFP UEFA musim ini. Defisit karena (membayar uang kompensasi) pemutusan kontrak RM (Roberto Mancini). Aku pikir solusi satu-satunya adalah tambahan dana lewat pemasukan dari sponsor AD (diduga kuat Abu Dhabi) untuk menutup selisih ini.
Tak hanya berhenti soal sponsor dan pemasukan, baru-baru ini City juga dituduh menyuap agen dari Jadon Sancho sebesar £200,000 (± Rp3,7 milyar) ketika memboyong pemain berusia 14 tahun itu dari Watford. Sekedar informasi, pemain tidak bisa diwakilkan oleh agen sebelum usia mereka menginjak 16 tahun.
Jadon Sancho, pemain berusia 14 tahun didikan Watford yang direkrut City. (Foto: Getty Images)
Masih belum cukup rasanya, kembali muncul tuduhan dari koran Denmark Politiken berkaitan dengan kemungkinan pelanggaran peraturan kepemilikan pihak ketiga. Politiken mengklaim City mencapai kesepakatan dengan Tom Vernon, presiden dari sebuah klub asal Denmark FC Nordsjaelland untuk memboyong bakat-bakat muda dari akademi sepakbola Afrika yang dimilikinya secara gratis. Kepemilikan pihak ketiga sendiri dalam sepakbola sudah dilarang sejak 2015.
Apa Saja Kemungkinan Hukuman Bagi City?
Man City pernah dihukum akibat melanggar aturan FFP pada 2014. Pada saat itu klub tersebut menyatakan mereka siap menerima hukuman berupa denda sebesar £49 juta (± Rp 912 milyar), pembatasan pengeluaran transfer serta pengurangan jumlah pemain yang boleh didaftarkan di Liga Champions Eropa.
(Foto: cnn.com)
Mereka juga didenda £300,000 (± Rp5,59 milyar) dan larangan mengontrak pemain-pemain akademi dari rival mereka di Liga Primer Inggris atau klub-klub di Inggris di kasta mana pun selama 2 tahun pada 2017 karena terbukti bersalah melakukan pendekatan-pendekatan ilegal kepada pemain muda.
Jika memang City terbukti bersalah dalam tuduhan-tuduhan terbaru yang dibahas di atas, maka klub tersebut terancam hukuman denda yang lebih besar, larangan tampil di Liga Champions Eropa dan larangan transfer pemain. Sedangkan hukuman teringan adalah penerapan roadmap keuangan dari UEFA agar neraca keuangan City tidak lagi minus.
Barcelona, Real Madrid, Atletico Madrid dan Chelsea juga pernah menerima larangan transfer terkait pelanggaran peraturan transfer pemain muda di bawah umur.
Siapa yang Salah?
Para pendukung Man City tentunya meradang atas tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada klub kesayangan mereka dan berpendapat bahwa pemilik klub boleh-boleh saja melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan klub yang mereka miliki.
Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan (depan kanan), pemilik dari Abu Dhabi United Group yang memiliki Manchester City. (Foto: cnn.com)
Sheikh Mansour pastinya punya cukup uang untuk membangun tim impian manajer mana pun. Ditambah dengan kepemilikannya atas City yang telah berjalan lebih dari satu dekade telah membuktikan dedikasinya kepada klub, dan bahwa ia tak hanya menghamburkan uang sebelum kemudian melepaskan kepemilikan klub ketika di ambang kebangkrutan seperti yang menimpa beberapa klub ternama sebelumnya.
Namun UEFA ngotot agar semua klub di bawah naungan mereka hanya bisa menghabiskan uang tak lebih dari pemasukan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup klub.
Keuangan City sebenarnya sudah berjalan menuju ke arah tersebut. Data keuangan klub yang mereka publikasikan baru-baru ini mencatatkan pemasukan mencapai £500.5 juta (± Rp9,3 trilyun) atau mengalami peningkatan 44 persen dalam lima tahun terakhir sekaligus empat tahun berturut-turut menorehkan neraca keuangan positif.
Bagaimana Tanggapan Manchester City?
Sebelumnya City menolak berkomentar mengenai tuduhan-tuduhan dari Football Leaks lewat sebuah pernyataan: "Usaha untuk merusak reputasi klub sangat terorganisir dan jelas."
Setelah UEFA memberi konfirmasi bahwa mereka meluncurkan investigasi terhadap mereka, City mengeluarkan pernyataan tegas:
Manchester City siap menyambut pembukaan dari investigasi UEFA sebagai sebuah kesempatan untuk mengakhiri spekulasi dari peretasan ilegal dan publikasi di luar konteks dari email-email City. Tuduhan akan ketidak wajaran keuangan seluruhnya keliru. Catatan keuangan yang dipublikasikan klub sangat menyeluruh, lengkap, legak dan tercatat secara hukum.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: standard.co.uk