Zinedine Zidane Mengundurkan Diri Sebagai Pelatih Real Madrid!!! Simak Alasan Zizou Mengambil Keputusan Mengejutkan Tersebut
Baru lima hari lalu ia mencetak rekor setelah mengantarkan Real Madrid menjuarai Liga Champions UEFA tiga tahun berturut-turut, Zinedine Zidane kembali mengejutkan jagat persepakbolaan dunia dengan mengumumkan penguduran dirinya sebagai pelatih Real Madrid.
Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan secara mendadak, legenda sepakbola Prancis berusia 45 tahun itu memberikan konfirmasi resmi bahwa ia memang mengundurkan diri sebagai pelatih kepala Real Madrid, lima hari setelah ia memimpin Los Galacticos mengalahkan Liverpool dengan skor 3-1 di NSC Olimpiysky Stadium, Kiev, yang mengantarkannya menjadi pelatih pertama yang mengangkat trofi Liga Champions UEFA tiga tahun berturut-turut.
"Saya melakukan hal ini (mengundurkan diri dari Real Madrid) untuk kebaikan tim ini, untuk klub ini," tutur Zidane. "Akan sangat sulit bagi saya untuk kembali menang pada tahun depan. Ada beberapa momen yang bagus, namun pasti waktu-waktu sulit juga akan datang. Saya tidak melupakan hal tersebut. Dan di klub ini, kamu harus tahu hal ini: Saya tidak ingin memulai sebuah musim lalu harus melalui masa-masa sulit. Saya ingin mengakhiri semuanya dengan Real Madrid saay semua masih berjalan mulus. Saya lakukan itu saat masih menjadi pemain, dan sekarang sebagai seorang pelatih. Ini adalah momen yang tepat untuk mengakhiri segalanya dengan baik."
Zidane juga mengatakan bahwa ia tak lagi memiliki ide jelas mengenai bagaimana ia harus mengelola tim (Real Madrid) agar menjadi lebih sukses untuk musim depan, maka dari itulah ia mengambil keputusan untuk turun takhta dan membiarkan perubahan terjadi.
"Saya sangat respek, lebih dari semuanya, kepada para pemain, dimana mereka sangat krusial dalam mencapai banyak hal. Para pemain tidak ada hubungannya dengan keputusan saya. Ini lebih mengarah ke apa yang saya pikirkan. Setelah tiga tahun, rasanya sulit untuk terus melatih, di atas segala-galanya, setelah memenangkan tiga trofi Liga Champions. Dan saya tidak bisa melihat lagi dengan jelas bagaimana kami bisa memenangkannya lagi. Jika saya merasa saya tidak akan menang, sebuah perubahan harus dibuat. Sebagai seorang pemain, jika saya merasa tidak bahagia karena kalah, saya tidak akan menyalahkan orang lain, mengambil sebuah keputusan, dan ya begitulah."
(Foto: Official UEFA Facebook's Fanpage)
Zidane mengakui bahwa ada beberapa momen sulit dalam perjalanan di musim 2017-2018, dengan menyinggung kekalah di Copa del Rey melawan Leganes, dan ia juga merasa bahwa setelah dua setengah tahun bersama, ia tak bisa meminta lebih dari para pemain Real Madrid.
"Ada beberapa momen sulit dimana kamu bertanya-tanya apakah kamu masih menjadi orang yang tepat. Saya tidak melupakan masa-masa sulit, pun masa-masa indah, dan itu membuat kamu berkaca pada diri sendiri. Dan ini adalah momen yang tepat. Para pemain membutuhkan sebuah perubahan. Saya ingin berterima kasih kepada mereka juga, karena pada akhirnya merekalah yang berlaga di lapangan. Ini (Real Madrid) adalah klub yang penuh tuntutan, tidak mudah bagi mereka dengan sejarah yang luar biasa ini. Kami selalu ingin lebih dari para pemain, dan sebuah momen datang dimana saya tidak bisa lagi meminta lebih dari mereka. Mereka butuh suara lain agar bisa kembali menang. Jika saya tidak bisa melihat jelas bahwa kami tidak bisa terus menang, sebuah momen datang dimana kamu berkata 'Lebih baik mundur.'"
Zidane menyangkal bahwa keputusannya untuk pergi terkait dengan ketidakpastian akan masa depan Cristiano Ronal di klub, dan ia juga menghindari sebuah pertanyaan mengenai perubahan seperti apa yang dibutuhkan di dalam skuat untuk musim depan.
"Ini adalah sebuah skuat yang telah menunjukkan nilai mereka dalam beberapa tahun terakhir. Mengenai apa yang akan datang, bukan hak saya untuk berkomentar. Saya memiliki relasi yang baik dengan presiden (Florentino Perez) dan kami telah berdiskusi mengenai pembelian beberapa pemain, namun itu bukanlah alasan kenapa saya pergi."
Zidane menyiratkan bahwa pergi dengan cara seperti ini akan menjami relasinya dengan semua orang di klub tetap solid, dan ia bisa kembali suatu hari nanti.
"Ini adalah momen yang sulit, dengan mengatakan bahwa saya pergi, namun ini bukanlah hari yang sedih untuk saya. Ini hanyalah 'hingga suatu hari nanti, secepatnya.' Saya akan selalu dekat dengan klub ini. Saya mengenal banyak orang di sini, dan hubungan tersebut tidak akan pernah berubah, tidak juga dengan presiden. Saya tidaklah lelah melatih setelah tiga tahun. namun ini adalah momen yang tepat untuk pergi. Saya tidak akan memimpim tim lain untuk sekarang. Saya tidak sedang mencari klub lain."
(Foto: Bleacher Report)
Presiden Real Madrid, Florention Perez membuka konferensi pers dengan mengatakan bahwa ia sangat terkejut ketika Zidane mengatakan pada dirinya tentang kabar tersebut (mengundurkan diri) pada hari Rabu, namun tahu pasti bahwa ia tak perlu membujuk Zidane untuk mengubah keputusannya.
Zinedine Zidane bergabung sebagai pelatih Real Madrid pada bulan Januari 2016 setelah menjadi pelatih dari Real Madrid Castilla, tim junior Los Galacticos. Dan sejak saat itu ia telah mengangkat trofi Liga Champions setiap musimnya dan juga meraih gelar juara La Liga 2016-2017 ditambah dengan dua trofi Piala Dunia Antar Klub, dua Piala Super UEFA, dan satu Piala Super Spanyol.
Perjalanan di Liga Champions UEFA musim ini yang melewati beberapa rival utama seperti Paris Saint-Germain, Juventus, Bayern Munchen, dan terakhir kemenangan di Kiev melawan Liverpool yang menambah rekor Madrid menjuarai Liga Champions menjadi 13 kali terlihat sangat menjamin kelangsungan karirnya di klub dan Perez selalu mendukungnya di hadapan publik.
(Foto: GENYA SAVILOV/AFP/Getty Images)
Kini pusat perhatian beralih ke suksesor Zidane, dengan dua kandidat sebelumnya -- Manajer Tottenham Mauricio Pochettino dan Pelatih Timnas Jerman Joachim Low -- baru-baru ini menandatangani perpanjangan kontrak mereka masing-masing.
Keputusan Zidane untuk pensiun sebagai pemain pada tahun 2016 juga sangat mengejutkan, ketika saat itu ia yang baru berusia 33 tahun memutuskan gantung sepatu setelah berakhirnya pertandingan final Piala Dunia meskipun sebenarnya kontraknya dengan Madrid masih tersisa satu tahun.
Pendapat pribadi penulis hanya satu kata: Bijaksana. Dengan rentetan rekor dan prestasi yang ia torehkan, serta kecintaan publik plus para pemain kepadanya, ditambah dengan ketenaran yang ia miliki, sangat sulit untuk bisa mengambil keputusan yang seolah-olah tidak terpikirkan bagi orang-orang di penjuru Bumi. Dibutuhkan suatu kerendah hatian dan mawas diri yang sangat besar untuk menolak godaan mendapatkan lebih --sifat dasar manusia yang konon tak pernah puas-- dan sanggup mengutamakan masa depan klub dalam proses instrospeksi diri.
(Foto: Stuart Franklin - UEFA/UEFA via Getty Images)
Jika ia mau, maka tidak akan ada berita menghebohkan seperti sekarang ini dan semua hal seolah-olah berjalan seperti biasanya. Namun Zidane bukanlah orang yang egois atau self-centered, dan akan selalu seperti itu, dari sejak ia masih menjadi pemain sampai menjadi seorang pelatih dengan rekor tiga gelar Liga Champions berturut-turut, Zidane tetaplah Zidane yang selalu kita kenal. Itulah yang membuat orang sulit untuk membenci dirinya dan lebih condong ke arah sebaliknya. Terbukti dengan insiden final Piala Dunia 2016 dimana ia menyundul bek Italia, Marco Materazzi yang berbuah kartu merah pun tidak membuat publik mengecamnya, bahkan dukungan terus mengalir dari publik. Dunia menyesali keputusannya untuk gantung sepatu setelah insiden tersebut.
Ia tahu bahwa ia hebat, baik saat masih bermain ataupun saat melatih. Namun Zidane selalu ingat bahwa ia hanyalah manusia biasa dan tahu kapan harus berhenti. Jika dulu ia tidak memutuskan pensiun pada usia yang sebenarnya masih sangat memungkinkan untuk terus berlaga di lapangan, tidak akan ada Real Madrid yang sekarang, yang mematahkan kutukan Liga Champions --tidak ada tim yang bisa menjadi juara dua tahun berturut-turut atau lebih sejak berganti nama dari Piala Champios menjadi Liga Champions-- dan menorehkan sejarah emas dalam dunia sepakbola dengan menjuarai tiga trofi Liga Champions berturut-turut.
Keputusan Zidane sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi saya. Pep Guardiola juga memutuskan mundur sebagai pelatih Barcelona saat ia masih berada di puncak bersama dengan klub Catalan tersebut yang menurut saya pribadi karena alasan yang tidak terlalu berbeda dengan Zidane. Lebih baik berhenti saat kamu berada dipuncak, sehingga orang akan mengenangmu sebagai pahlawan, daripada terpaksa berhenti karena orang menganggapmu pesakitan.
Para pemain Madrid pun menyerukan suara mereka akan kepergian sang pelatih lewat akun sosial media mereka masing-masing.
Bravo Zidane, kami para penggemar sejati sepakbola akan terus menantikan kedatanganmu kembali!!!!!!