Selamat Hari Batik Nasional 2019!
IDWS, Rabu, 2 Oktober 2019 - Setelah memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober kemarin, rupanya masih ada hari untuk diperingati bagi Bangsa Indonesia pada 2 Oktober, yakni Hari Batik Nasional.
Peringatan ini untuk mengingat batik diakui sebagai warisan dunia tak berbentuk (intangible cultural heritage/ICH) pada tahun 2009 oleh organisasi PBB yang berfokus pada edukasi, kultur, sejarah serta peninggalan budaya (UNESCO).
Proses batik diakui sebagai ICH oleh UNESCO. (Twitter/@Kemendikbud_RI)
Melansir Kompas, Batik Indonesia didaftarkan untuk mendapat status ICH lewat kantor UNESCO di Jakarta oleh kantor Menko Kesejahteraan Rakyat mewakili pemerintah dan komunitas batik Indonesia pada 4 September 2008.
Kemudian pada 2 Oktober 2009, 76 warisan seni dan budaya dunia yang diakui UNESCO, di mana batik dari Indonesia juga termasuk di dalamnya. Indonesia sendiri hanya menyumbang satu warisan budaya pada daftar tersebut. China menjadi penyumbang terbanyak dengan 21 peninggalan budaya, disusul Jepang dengan 13 warisan.
Google turut merayakan Hari Batik Nasional melalui Google Doodle pada 2 Oktober 2019. (Screenshot via Google.com)
UNESCO menilai, batik merupakan ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia, dan berhak menyandang status ICH. Menyambut penetapan status ICH tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh rakyat Indonesia mengenakan batik pada 2 Otkober 2009.
Batik pun menyusul wayang dan keris sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia yang sebelumnya telah diakui UNESCO.
Sekilas sejarah batik
Batik telah berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Namun menurut maestro batik Iwan Tirta dalam bukunya A Play of Light and Shades, batik boleh jadi berkembang secara bersamaan di beberapa tempat di dunia.
Di Indonesia sendiri, Iwan menyebut pada akhir abad ke-19 seorang akademisi bernama Rouffer melaporkan adanya motif batik sehalus gringsing diproduksi di Kediri pada abad ke-12. Corak batik tersebut menggambarkan sisik ikan. Ini artinya, kemungkinan besar, motif batik tersebut dibuat menggunakan canting.
Kemudian dalam perkembangannya, batik berkaitan erat dengan kesenian lain yakni wayang, tarian, dan lagu. Oleh karenanya, batik memiliki ciri yang terkait dengan komunitas pembuatnya. Bahkan, sebagian cirinya menggambarkan suasana zaman dan alam sekitarnya.
Batik pada perjalanannya kemudian diproduksi untuk keperluan komersial, meski sebagian lain ada juga yang menggunakan batik untuk melengkapi kebutuhan adat serta tradisi. Tetapi, ia berpendapat, batik Jawa menjadi sangat halus karena coraknya yang berkembang luas.
Selain itu, batik Jawa juga memiliki keistimewaan lain yakni metode pewarnaannya yang maju, serta ada penyempurnaan dalam tekniknya. Iwan menyebut, cikal bakal batik bentuknya lebih sederhana. Adapun kain simbut dari Banten merupakan salah satu contoh batik paling awal yang pernah ada. Kain ini dibuat dengan menggunakan bubur nasi sebagai perintang warna.
Kemudian kain ma'a dari Toraja juga menggunakan teknik serupa dalam pewarnaan, yakni menggunakan bubur nasi. Bahkan para ahli menduga, batik berasal dari wilayah Toraja karena wilayahnya yang terisolasi di pegunungan. Hal ini kemudian memunculkan teori bahwa Indonesia bisa jadi merupakan tempat lahirnya batik pertama.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com
Gambar Fitur: Instagram/@Kemdikbud.RI