Kurikulum Merdeka Siap Diimplementasikan di Tingkat SMA, Bisakah Sukses?
Kurikulum Merdeka akan segera diterapkan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai tahun ajaran 2022/23.
IDWS, Jumat, 18 Februari 2022 - Dalam siaran di YouTube Kemendikbud Ri, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka yang sebelumnya disebut sebagai Kurikulum Protitpe itu akan memberikan otonomi lebih kepada siswa dan sekolah dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Merdeka membebaskan siswa memilih mata pelajaran yang diminati di kelas XI dan XII SMA, maka dari itu diberi nama "Merdeka".
Aturan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka tertuang dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Menurut Nadiem, konsep Kurikulum Merdeka juga sudah banyak dipakai di negara-negara maju. Dengan Kurikulum Merdeka, guru akan diberikan kewenangan untuk menentukan alur pembelajaran.
Menurut Nadiem, dengan Kurikulum Merdeka para guru jadi bisa memilih tempo pembelajaran bagi para siswa-siswinya untuk memastikan seluruh murid telah memahami pelajaran yang diajarkan secara merata. Kurikulum Merdeka juga ia sebut telah dirancang lebih sederhana dan fleksibel, sehingga diharapkan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Apalagi aktivitas di dalam Kurikulum Merdeka disebut lebih "relevan" dengan lebih banyak memberi ruang bagi kegiatan berbasis proyek (project base).
Bisakah Kurikulum Merdeka sukses di Indonesia?
Rencana pengimplementasian Kurikulum Merdeka tersebut agaknya kurang disambut baik oleh beberapa guru.
Salah satunya adalah Millah N Haq, seorang guru SMK swasta. Meskipun menurut Millah konsep kurikulum tersebut bagus, namun dia lebih menginginkan agar kurikulum yang sudah ada dioptimalkan terlebih dahulu.
"Memang (penerapannya) tergantung kesiapan sekolah, tapi selalu pada akhirnya nanti harus. Indonesia terlalu sering mengganti kurikulum, pada akhirnya tidak terlalu optimal. Padahal lebih baik optimalkan saja yang ada," kata Millah, kepada Kompas.com, Jumat (18/2/2022).
Millah menegaskan bahwa dirinya tidak kontra dengan konsep kurikulum yang digagas Mendikbud Ristek, karena pada dasarnya kurikulum tersebut berkaitan dengan minat dan bakat murid. Apalagi minat dan bakat setiap murid berbeda satu sama lain.
"Hanya saja yang ditakutkan itu adalah kesiapan di sekolahnya dan kualitas guru itu memengaruhi. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mencari sumber sendiri oke lah, tapi ada beberapa siswa yang malah jadi bodo amat," katanya.
(stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com