Kisah Para Guru di NTT Berjibaku Seberangi Sungai Deras Demi Antar Tugas Siswa Terekam Kamera
Sebuah video berdurasi 3 menit 30 detik jadi viral di media sosial, di mana diperlihatkan sejumlah guru bertaruh nyawa menyeberangi sungai yang berbahaya demi pendidikan murid-murid mereka.
IDWS, Selasa, 16 Februari 2021 - Dari video tersebut, tampak beberapa guru bergantian menyeberangi sungai selebar 50 meter dibantu sejumlah warga. Arus sungai cukup deras dan ketinggian air mencapai dada para guru tersebut. Kesulitan yang mereka hadapi terlihat jelas dan nyata. Bahkan sempat ada yang hampir terseret arus sungai.
Melansir laporan Kompas.com, peristiwa yang terekam di video tersebut merujuk pada para guru dari Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Desa Maidang, Kecamatan Kambata, Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para guru itu nekat menyeberangi Sungai Maidang yang lebar dan berarus deras demi mengantar tugas-tugas bagi siswa. Pelaksana Tugas Kepala Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Fransiskus Xaverius Geroda membenarkan bahwa dalam video itu merupakan dirinya dan beberapa guru dari sekolah tersebut.
"Kalau di video itu persis terjadi dua minggu lalu, pada tanggal 28 Januari (2021). Yang ambil videonya itu kebetulan teman guru yang duluan ke sebelah kali," kata Fransiskus kepada Kompas.com, Senin (15/2/2021) malam.
Karena sekolah masih menerapkan belajar dari rumah, Fransiscus bersama empat orang guru mengantar tugas bagi siswa sekitar pukul 12.30 WITA. Lima guru itu termasuk Fransiscus, terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang wanita. Fransiscus menjelaskan bahwa kertas tugas siwa sudah dibungkus kantong plastik dan dimasukkan kedalam tas sehingga tidak basah.
Tampak Pelaksana Tugas Kepala Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Fransiskus Xaverius Geroda (tengah) dibantu oleh dua orang warga saat hendak menyeberangi Kali Maidang, Desa Maidang, Kecamatan Kambata Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (28/1/2021) siang.(KOMPAS.com/TANGKAPAN LAYAR VIDEO)
Tak hanya menyeberangi arus deras Sungai Maidang, mereka juga berjalan kaki melewati jalanan terjal ke rumah para siswa untuk mengantar tugas. Fransiscus menjelaskan karena tidak ada akses jalan raya, maka mereka terpaksa berjalan kaki. Jarak terjauh yang harus ditempuk kelima guru itu saat mengantarkan tugas ke rumah siswa mencapai kurang lebih 4 kilometer.
Situasi mereka diperparah akan derasnya arus Sungai Maidang karena musim penghujan, belum lagi tidak ada akses jembatan penghubung untuk melewati sungai dengan aman.
Fransiskus menjelaskan, sistem belajar online tidak bisa diterapkan SDN Lumbung. Hal itu karena tidak ada jaringan internet dan listrik di tempat itu. Desa Maidang juga merupakan wilayah yang terisolasi dengan jarak sekitar 49 kilometer dari Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Meski banyak kesulitan yang dihadapi, Fransiskus tetap bangga bisa mengabdi untuk pendidikan.
"Kalau sudah sampai di rumahnya anak-anak, bertemu orangtua murid. Kemudian anak-anak lagi, itu ada kebanggaan tersendiri," ungkap Fransiskus.
Saat ini, tenaga pengajar di SDN Lumbung berjumlah sembilan orang. Dari jumlah tersebut, ada tiga orang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), tiga orang berstatus pegawai tidak tetap (PTT), dan dua orang berstatus honor sekolah. Sementara satu orang lainnya berstatus calon pegawai negeri sipil (CPNS) karena belum mengikuti prajabatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com