Pelajar Dibebani Banyak PR Pada Masa Libur Sekolah Akibat COVID-19, KPAI Protes ke Kemendikbud
IDWS, Rabu, 18 Maret 2020 - Tradisi dunia pendidikan di Indonesia yang sulit hilang adalah para guru pun merasa wajib untuk memberikan pekerjaan rumah (PR) bejibun kepada para siswa. Mungkin karena kurangnya rasa percaya bahwa siswa-siswi punya inisiatif sendiri untuk belajar di rumah? Entah, yang jelas tradisi PR bejibun menjelang libur panjang sudah mengakar dari dulu.
Banyak sekolah diliburkan akibat wabah virus corona (COVID-19) di beberapa daerah di Indonesia. Libur tersebut juga tidak sebentar (14 hari) dan malah berpotensi bertambah apabila penyebaran corona semakin memburuk. Fenomena PR bejibun pun kembali muncul di tengah kecemasan akan wabah penyakit dari China itu.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan terkain stress yang dialami para pelajar yang diberi banyak PR atau tugas secara online. Menanggapi fenomena itu, KPAI pun berinisiatif meminta Dinas Pendidikan untuk mengevaluasi para guru.
"Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan," ucap Retno, seperti dikutip dari detikcom.
Retno pun menyayangkan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Dinas Pendidikan setempat karena tidak melakukan persiapan terhadap guru untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah. Menurutnya, kementerian dan dinas terkait harus membuat semacam petunjuk teknis terkait metode pembelajaran dari rumah secara online.
Ia menduga banyak guru tidak memahami konsep belajar dari rumah atau home learning. Hal ini membuat guru memberikan banyak PR ke siswa.
"Semestinya ada juknis atau petunjuk teknis, dan juklak atau petunjuk pelaksanaan seperti apa belajar di rumah dengan metode daring," imbuhnya.
"Home Learning dan Online Learning yang diharapkan itu adalah, para guru dan siswa berinteraksi secara virtual. Adanya interaksi seperti hari-hari biasa normal. Bedanya, interaksinya sekarang ini secara virtual. Itu saja. Bukan sekedar memberi tugas-tugas online."
Selain itu, Retno meminta agar pemerintah daerah turut meliburkan guru yang ada di sekolah. Menurutnya pencegahan penyebaran virus Corona (COVID-19) akan efektif apabila guru dan kepala sekolah juga bekerja dari rumah.
"Jangan peserta didiknya belajar di rumah, tetapi para gurunya tetap masuk untuk memenuhi absen. Merumahkan anak harus disertai merumahkan gurunya serta kepala sekolahnya," tutur Retno.
Seperti diketahui beberapa daerah seperti DKI Jakarta dan Jawa Tengah telah meliburkan sekolah selama 2 minggu dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). Sekolah pun tetap diminta untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dari rumah secara online.
Sumber: detikcom
Foto kantor KPAI: Suara.com/Nikolaus Tolen