Board Game Gastronot Ajak Anak-anak Untuk Mempelajari Pentingnya Makanan Bergizi dan Pola Hidup Sehat
IDWS, Jumat, 29 November 2019 - Berbagai alasan sering dikemukakan orang ketika ditanya kenapa enggan dengan makan makanan sehat bergizi serta pola hidup sehat. Entah karena makanan sehat itu mahal, kurang praktis, atau rasanya tidak enak. Padahal, yang namanya kesehatan itu mahal sekali harganya bukan? hanya kesadaran masyarakat saja yang kebanyakan masih kurang.
Gastronomi atau tata boga adalah seni, atau ilmu akan makanan yang baik (good eating).[1] Penjelasan yang lebih singkat menyebutkan gastronomi sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan dari makan dan minuman. (Pixabay)
Ambil saja contoh dari wawancara Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita dengan Republika.co.id (4/10/2019). Di Kota Bandung sendiri, pada tahun 2018 tercatat 25,8% anak-anak terkena stunting (turunnya tingkat pertumbuhan karena malnutrisi) dan angka tersebut turun 0,5% menjadi 25,3% pada tahun 2019.
Angka ini tentu cukup memprihatinkan mengingat kita adalah bangsa yang besar. Maka dari itu, meningkatkan kesadaran masyarkat akan pemahaman mengenai gizi seimbang serta gastronomi atau lebih dikenal sebagai tata boga. Dan sekolah merupakan sasaran yang tepat untuk mewujudkannya. Apa yang pada umumnya paling menarik bagi anak-anak sekolah? Jawabannya tak jauh dari namanya permainan (game).
Belajar makan bergizi dan pola makan sehat lewat board game
Board game Gastronot didesain khusus untuk mendukung pembelajaran terkait gizi seimbang dan pola makan sehat dengan mengusung konsep MAIN, METIK, MASAK.
Dalam board game tersebut, anak-anak menjadi berperan menjadi tim astronot khusus yang saling berlomba menjelajah berbagai planet untuk mencari bahan makanan yang tepat untuk kemudian diolah menjadi makanan dengan kandungan gizi seimbang sesuai dengan gastronomi yang inklusif.
Gastronot telah diujicobakan dalam program penelitian skala kecil (pilot program) Gastronot.id yang tahap ujicoba pertamanya digelar di SDN 200 Leuwipanjang, Bandung, pada 23 November 2019. Pilot program tersebut diawali dengan pembelajaran berbasis game (game-based learning) yang diikuti 50 murid SD kelas 5 da 6 (MAIN).
Para siswa kemudian diajak untuk belajar terkait menanam dan memetik sayuran secara langsung di halaman sekolah (METIK). Di akhir sesi, para siswa kemudian belajar proses memasak dan diikuti dengan acara makan bersama (MASAK). Dari ujicoba tersebut terlihat antusiasme para peserta, sehingga pilot program Gastronot.id ini akan diadakan kembali pada tanggal 30 November 2019 di SDN Asmi, Bandung.
Awal mula Gastronot: Konsep MAIN METIK MASAK
Kummara — konsultan game asal Kota Kembang, bekerjasama dengan komunitas gastronomi di sana seperti House The House dan Komunitas 1000 Kebun, serta tim peneliti kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK UNISBA) mengembangkan sebuah pilot program pembelajaran berbasis permainan terintegrasi untuk meningkatkan pemahaman terkati gizi seimbang di sekolah.Program ini juga didukung penuh oleh Generasi Baru Dapur Indonesia (GBDI).
Dimulai dari sebuah diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) pada 28 Agustus 2019, dikembangkanlah sebuah konsep pendekatan yang disebut MAIN, METIK, MASAK. Mereka yang terlibat dalam diskusi tersebut antara lain: Kummara, GBDI, House The House dan Rumah Kayu Permaculture, FK UNISBA, Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI Jabar), hingga Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Gastronot mengikuti konsep MAIN, METIK, MASAK, berupa kegiatan untuk memotivasi keterlibatan aktif masyarakat dalam memahami konsep gizi seimbang dan pola makan sehat.
MAIN artinya adalah bahwa kegiatan sebaiknya dilakukan diawali dengan proses belajar terkait gizi seimbang atau pola makan sehat dan disampaikan dengan cara yang menyenangkan.
Selanjutnya kegiatan sebaiknya dilanjutkan dengan METIK, atau belajar peduli akan sumber-sumber makan sehat. Metik di sini juga memberikan konsep bahwa kita harus dari mana sebuah makanan itu
didapat.
Kemudian berikutnya adalah MASAK, yang memberikan gambaran bahwa proses memasak adalah sebuah proses yang penting sekaligus juga menyenangkan. Konsep Main, Metik, Masak bisa diimplementasikan oleh semua pihak, dari mulai level keluarga hingga ke level komunitas yang lebih luas. Dengan kata lain, ini adalah sebuah terobosan sekaligus pendekatan inovatif untuk memotivasi bentuk gastronomi yang inklusif.
Jika anak-anak sehat, tentunya kita bisa dengan tenang menyerahkan Tanah Air kepada generasi penerus bangsa bukan?
(Stefanus/IDWS)