Syarat Jalur Prestasi Bagi Calon Mahasiswa Baru: Jadi YouTube Content Creator Dengan Minimal 10.000 Subscriber
IDWS, Sabtu, 15 Juni 2019 - Masuk universitas lewat jalur prestasi merupakan tujuan dari banyak calon mahasiswa baru agar dapat meringkankan beban orang tua sekaligus untuk membuktikan diri sebagai pelajar berprestasi. Namun agaknya di Indonesia, menjadi pelajar berprestasi mulai tak lagi menjadi syarat mutlak untuk mendaftar universitas lewat jalur prestasi.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) jadi sorotan di media sosial setelah dalam Seleksi Mandiri (SEMA UPNVJ) tahun ajaran 2019, universitas tersebut menetapkan syarat menjadi YouTube Content Creator dengan minimal 10.000 subscriber bagi calon mahasiswa untuk mendaftar lewat jalur prestasi.
Informasi tersebut datang dari akun Instagram @infomasukptn yang hingga artikel ini ditulis telah menerima 26,355 like.
Pendaftaran SEMA UPNVJ dilakukan secara online lewat website pendaftaran penerimaan mahasiswa baru UPN Veteran Jakarta.
Selain menetapkan syarat YouTube Content Creator dengan minimal 10.000 subscriber, SEMA UPNVJ juga menetapkan syarat lain seperti Prestasi Akademik/Nonakademik sepeti Prestasi bidang olimpiade sains, olahraga dan seni peringkat 1-3 tingkat kabupaten/kota, Provinsi, Nasional, dan Internasional dalam 3 tahun terakhir, Hafiz Al-Quran minimal 5 Juz, Ketua OSIS selama sekurang-kurangnya satu periode.
Rektor UPNVJ Erna Hernawati mengaku tidak mengetahui ataupun mengira bahwa persyaratan YouTube Content Creator yang dibuat rektorat itu bakal ramai diperbincangkan di media sosial.
"Belum tahu saya, soal itu [ramai di medsos]. Di Instagram apa? Coba nanti kasih linknya ke saya," ujarnya dikutip dari Tirto.
Bisa dikatakan, syarat sebagai YouTuber Content Creator dengan minimal subscriber 10.000 orang itu memang kontroversial karena masih diragukan kaitannya dengan akademik. Namun bagi generasi sekarang, mungkin masih bisa sedikit mengerti karena dunia pada era digital ini sudah tidak terpisahkan lagi dari konten di dunia maya, sedangkan YouTube sendiri merupakan platform video terbesar.
Akan tetapi setidaknya harus diperjelas lebih dalam lagi persyaratan tersebut, karena dapat menimbulkan ketidakadilan bagi calon mahasiswa. Misalnya tema dari konten kanal YouTube calon mahasiswa bersangkutan tak boleh berisi hal-hal berbau pornografi, hatespeech, rasis, dan hal-hal negatif lainnya. Selain itu syarat tersebut juga dapat memancing terjadinya jual beli subscriber, membuat persaingan menjadi tidak lagi murni akademik.
Semoga kedepannya syarat-syarat seperti itu dapat berpengaruh positif, bukan sebaliknya. Mungkin awalnya tidak bisa sempurna, namun mau tidak mau kita memang harus mengikuti majunya zaman.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Tirto