YouTuber 10 Tahun Asal Jepang Ini Menyerukan Agar Para Orang Tua Tidak Memaksa Anak-Anak Mereka Pergi ke Sekolah
IDWS, Rabu, 15 Mei 2019 - Cukup banyak YouTuber anak-anak populer di di Jepang, namun mungkin tak ada yang berani mencoba seperti apa yang dilakukan oleh YouTuber berusia 10 tahun yang dikenal dengan sebutan Yutabon ini.
Tak hanya rutin tak masuk sekolah dalam dua tahun terakhir, ia bahkan menyarankan kepada 20.000 penggemarnya untuk tidak masuk kelas. Menurutnya, hal itu dimulai saat ia duduk di kelas tiga di mana ia melihat teman-teman sekelasnya mematuhi para guru seolah mereka adalah robot.
Tak ingin menjadi mesin yang tak bisa berpikir sendiri, Yutabon bersumpah untuk membolos dari sekolah dan menyebarkan pemikirannya itu kepada orang lain.
Mengambil satu bagian dari video di atas, inilah yang dikatakan Yutabon:
"Jika anak-anak ingin pergi ke sekolah, maka orang tua harus menuruti keinginan mereka. Akan tetapi bila mereka tidak ingin masuk sekolah, maka orang tua juga tidak punya hak untuk memaksa mereka. Banyak anak yang akan tersiksa dan mati bila mereka dipaksa untuk menerima pendidikan. Hidup itu sangat penting, jadi lindungi dirimu sendiri!"
Di saat pendidikan bagi murid-murid SD dan SMP diwajibkan di Jepang, faktanya drop out (DO) sangat jarang terjadi, sekalipun seorang murid tak masuk sekolah selama berbulan-bulan tanpa kabar, yang menjelaskan mengapa Yutabon secara teknis masih berstatus seorang murid di suatu SD di sana.
Meski banyak orang tua yang mengkhawatirkan serta tak setuju dengan pesan-pesan Yutabon, kanal YouTube-nya telah mengumpulkan lebih dari 20.000 follower, belum lagi bocah itu secara rutin mengisi acara di sebuah program radio internet setiap Sabtu untuk mendiskusikan kebebasan bagi generasi muda.
Kecurigaan mulai tumbuh ketika netizen bertanya-tanya seperti apa orang tua Yutabon hingga membiarkan anak seusia itu mengorbankan pendidikannya hanya karena ia tidak menyukai sistem pendidikan yang ada. Usut punya usut, ternyata ayah Yutabon, yang dipanggil sebagai Yukiya Nakamura, juga dulunya hanya tamat SMP (SMA tidak termasuk pendidikan wajib di Jepang).serta dikenal nakal.
Disebut-sebut, masa muda Nakamura cukup banyak cerita. Ia dikenal sebagai anak bandel yang dikenal sering mencuri sepeda dan merokok. Ia langsung bekerja begitu lulus SMP dan telah berganti pekerjaan hingga lebih dari 20 kali. Selain itu, ia juga perah melakukan pemerasan, pencurian, penyerangan, belum lagi ditemukan memiliki obat-obatan terlarang.
Sayangnya ia sadar terlalu lambat, dan pentingnya menuruti peraturan, hukum dan mengeyam pendidikan dalam masyarakat sepertinya tidak ditanamkan kepada Yutabon.
Meski kontroversi, YouTuber cilik ini tetap berharap bahwa video-videonya dapat menyelamatkan banyak anak-anak sekolah. Hanya saja, mungkin konsep serta definisi "menyelamatkan" bagi bocah ini berbeda dengan kebanyakan orang. Bagi orang dewasa, pemikiran Yutabon bisa dibilang sangat naif.
Mungkin suatu hari nanti, Yutabon dapat menyadari seberapa naif dirinya. Setidaknya ada orang-orang yang merasa video Yutabon justru seperti menunjukkan seberapa menyedihkan orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan sehingga mereka yang juga sering tidak masuk sekolah malah kembali masuk sekolah secara rutin.
?????YouTuber???1?????? pic.twitter.com/jTCuEPfPHm — ???@????? (@kento_liver) May 7, 2019
"Aku sudah tiga tahun di SMP dan tak pernah masuk sekolah sejak tahun pertama. Aku melihat videomu saat Golden Week (libur panjang Jepang) dan berpikir bahwa merupakan suatu kesalahan besar jika aku terus membolos. Aku datang ke kelas hari ini, setelah dua tahun [membolos]. Meski aku hanya menghadiri upacara masuk sekolah, semua orang menerimaku dan aku merasa bodoh karena menjauhi mereka. Mungkin masih terasa melelahkan, tapi aku akan datang ke sekolah mulai sekarang! Kamu telah mengubah pandanganku akan hidup!!! Terima kasih banyak!!!"
Pendidikan ada untuk memberi kemampuan-kemampuan penting serta menanamkan norma dan tata krama bagi generasi baru untuk kemudian bisa bertahan hidup di masyarakat. Tanpa pendidikan, orang-orang akan merasa bahwa menyiksa dan menyakiti orang lain itu hal yang normal bukan?
(Stefanus/IDWS)
Sumber: SoraNews24 via YouTube/Yutabon, Hachima Kiko (1, 2), Yahoo! Japan, Twitter/@kento_liver