Menkeu Sri Mulyani Keluhkan Lebih Dari Setengah BUMN yang Terima Suntikan Modal Punya Banyak Hutang
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, 55 persen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerima suntikan modal tahun 2020 memiliki utang di atas rata-rata industri.
IDWS, Rabu, 15 Desember 2021 - Fakta tersebut didapat Sri Mulyani ketika menganalisasi keuangan BUMN penerima Penanaman Modal Negara (PMN).
Beberapa analisa yang dilakukan terkait laba rugi BUMN, debt to equity ratio BUMN vs. industri, Altman Z Score sebagai prediksi kebangkrutan, debt to equity (rule of Tumb max DER 3x) untuk menganalisa solvabilitas, dan Score Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi secara dini kesehatan BUMN.
"Jadi artinya BUMN kita 55 persen, utangnya di atas rata-rata industri, di mana mereka berada. Ini jadi salah satu buat kita untuk perhatikan, makanya kemudian diminta scale down atau dilakukan PMN untuk menyehatkan kembali agar tidak over leverage," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (15/12/2021), seperti dikutip dari Kompas.com.
Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (25/5/2021). (Dok. Kemenkeu/Kompas.com)
Sri Mulyani: 9 persen BUMN memiliki ekuitas negatif
Selain 55 persen BUMN yang memiliki utang di atas rata-rata industri, ada 9 persen BUMN yang memiliki ekuitas negatif atau tergerus. Hanya 2 persen BUMN penerima PMN yang utangnya sebanding dengan rata-rata industri, dan 34 persen lainnya memiliki utang di bawah rata-rata industri.
Adapun dari sisi laba, 40 persen badan usaha milik negara penerima suntikan modal dari pemerintah ini mengalami kerugian. "Sebanyak 60 persen BUMN adalah mereka yang bisa generate laba, dan 40 persen rugi. Dilihat dari debt equity-nya dibandingkan dari industri, 55 persen memiliki utang di atas industri," beber Sri Mulyani.