Heboh Kasus Peretasan Data 91 Juta Akun Tokopedia dan Kronologinya
IDWS, Minggu, 3 Mei 2020 - Perusahaan e-commerce ternama di Indonesia, Tokopedia, dilaporkan telah diretas oleh pihak tak bertanggung jawab hingga diperkirakan hampir seluruh akun di Tokopedia — yang berjumlah 91 juta pada 2019 — berhasil dicuri oleh sang peretas.
Pelaku — yang menggunakan nama Whysodank — lantas menjual data curian tersebut ke darkweb berupa user ID, email, nama lengkap, tanggak lahir, jenis kelamin, nomor ponsel, dan password yang masih ter-hash atau tersandi. Semuanya dijual seharga US$5,000 atau sekitar Rp 74 juta. Bahkan, akun-akun Tokopedia berjumlah 14.999.896 yang telah dicuri saat ini bisa diunduh.
(screenshot Raid Forums)
Dalam tangkapan layar yang dibagikan di media sosial oleh @underthebreach yag mengaku sebagai layanan pengawasan dan pencegahan kebocoran data asal Israel, disebut kalau peretas masih harus memecahkan algoritma untuk membuka hash dari password para pengguna itu. Peretas pun meminta bantuan peretas lain untuk membuka kunci algoritma itu.
Tangkapan layar berikutnya, akun pembocor informasi ini menyertakan sebagian akun pengguna yang bisa dibuka lewat situs tersebut. Tampak nama, email, dan nomor telepon pengguna muncul di situs.
(Raid Forums)
Terkait kasus pembobolan data akun yang terbilang masif itu, Tokopedia telah mengakuinya lewat VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak. Hanya saja jumlah akun yang datanya dicuri adalah 15 juta saja.
"Berkaitan dengan isu yang beredar, kami menemukan adanya upaya pencurian data terhadap pengguna Tokopedia, namun Tokopedia memastikan, informasi penting pengguna, seperti password, tetap berhasil terlindungi," tulisnya dalam keterangan resmi, Sabtu (2/4), dikutip dari CNNIndonesia.com.
Kronologi
Adapun kronologi lengkap bobolnya akun Tokopedia tersebut bermula saat peretas Whysodank pertama kali mempublikasikan hasil peretasan di Raid Forum pada Sabtu (2/5). Peretasan tersebut terjadi pada 20 Maret 2020.
Kemudian, akun @underthebreach sore harinya pukul 16:15 WIB mencuitkan soal peretasan dan mengaku sebagai layanan pengawasan dan pencegahan kebocoran data asal Israel. Cuitan ini disampaikan sembari menyolek akun resmi Tokopedia.
Dalam tangkapan layar yang dibagikan di media sosial disebut kalau peretas masih harus memecahkan algoritma untuk membuka hash dari password para pengguna itu. Peretas pun meminta bantuan peretas lain untuk membuka kunci algoritma itu.
Tangkapan layar berikutnya, akun pembocor informasi ini menyertakan sebagian akun pengguna yang bisa dibuka lewat situs tersebut. Tampak nama, email, dan nomor telepon pengguna muncul di situs.
"Seseorang membocorkan basis data Tokopedia, perusahaan teknologi besar asal Indonesia yang menjalankan Ecommerce," tulis akun tersebut.
"Peretasan dilakukan pada Maret 2020 dan berpengaruh pada 15 juta pengguna, meski peretas menyebut masih banyak lagi. Basis data (yang diretas) termasuk email, hash password, nama," lanjutnya.
Actor leaked the database of Tokopedia - a large Indonesian technology company specializing in e-commerce.
(@tokopedia)
- Hack occurred in March 2020 and affects 15,000,000 users though the hacker said there are many more.
- Database contains emails, password hashes, names pic.twitter.com/CZTYImj6jA — Under the Breach ?? (@underthebreach) May 2, 2020
Cuitan tersebut langsung ramai ditanggapi pengguna Indonesia. Kemudian, pada Sabtu pukul 21.00 WIB, Tokopedia mengakui ada upaya pencurian data pengguna. Hal ini disampaikan Nuraini Razak, VP of Corporate Communications, Tokopedia terkait isu bocornya data belasan juta akun pengguna Tokopedia.
"Berkaitan dengan isu yang beredar, kami menemukan adanya upaya pencurian data terhadap pengguna Tokopedia, namun Tokopedia memastikan, informasi penting pengguna, seperti password, tetap berhasil terlindungi," tulisnya dalam keterangan resmi, Sabtu (2/4) malam.
"Saat ini, kami terus melakukan investigasi dan belum ada informasi lebih lanjut yang dapat kami sampaikan" lanjutnya.
Keesokan harinya, Whysodank mengumumkan telah menjual seluruh 91 juta data pengguna Tokopedia di forum darkweb bernama EmpireMarket, Minggu (3/5).
Akun Whysodank di Raid Forums mengumumkan penjualan seluruh akun pengguna Tokopedia di dark web Empire Market. (screenshot Raid Forums)
Di situs itu, Whysodank menggunakan nama akun ShinyHunters. Data terbaru dari peretas tersebut mematahkan klaim data peretasan sebelumnya yang menyebut hanya ada 15 juta akun.
Bak gayung bersambut, situs Hackread kemudian mengunggah peretasan 91 juta akun Tokopedia tersebut dan mengungkapkan bahwa akun-akun yang bocor itu dijual dengan harga Rp74 juta.
Pada Minggu (3/5) siang, Tokopedia mengklaim telah memeriksa dan mengkonfirmasi bahwa data pembayaran pengguna yang berupa kartu debit, credit card (CC), rekening dan OVO aman.
"Tidak ada kebocoran data pembayaran. Seluruh transaksi dengan semua metode pembayaran, termasuk informasi kartu debit, kartu kredit dan OVO, di Tokopedia tetap terjaga keamanannya," tegas Nuraini kepada wartawan, Minggu (3/5), dikutip dari CNNIndonesia.com.
?? - #Tokopedia hacked - Login details of 91 million users sold on #DarkWeb ??
Read: https://t.co/W1MRXKPTey#Security #Hacking #Indonesia #CyberAttack #CyberSecurity — HackRead.com (@HackRead) May 2, 2020
Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan data untuk password akun Tokopedia masih dienkripsi, namun tinggal menunggu waktu sampai ada pihak yang bisa membuka.
Itulah kenapa pelaku mau melakukan share gratis beberapa juta akun untuk membuat semacam sandiwara siapa yang berhasil membuka kode acak pada password.
Menurut Pratama, meski password masih dalam bentuk acak, namun data lain sudah plain alias terbuka. Artinya semua peretas bisa memanfaatkan data tersebut untuk melakukan penipuan dan pengambilalihan akun-akun di internet.
Misalnya mengirimkan link phising maupun upaya social engineering lainnya, karena itu seharusnya Tokopedia melakukan update dan informasi kepada seluruh penggunanya segera.
"Bila nantinya password sudah berhasil dibukan oleh pelaku, pastinya salah satu yang akan dilakukan adalah takeover akun. Lalu pelaku secara random akan mencoba melakukan take over akun medsos dan marketplace lainnya, karena ada kebiasaan penggunaan password yang sama untuk semua platform," terang Pratama seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Pratama menggarisbawahi yang bisa dilakukan pengguna Tokopedia adalah mengganti password dan mengaktifkan OTP (one time password) lewat SMS. Lalu mengganti semua password dari akun medsos dan platform marketplace selain tokopedia.
"Akibat peretasan Tokopedia ini bisa menjalar ke akun media sosial dan platform lainnya bila menggunakan email dan password yang sama. Terutama bagi admin akun medsos pemerintah dan lembaga harus cepat melakukan pengamanan akun sebagai langkah antisipasi," jelasnya.
Bukan yang pertama di Indonesia
Kejadian ini bukan yang pertama kali di tanah air. Sebelumnya Bukalapak juga mengalami hal serupa. Seharusnya ini menjadi peringatan keras pada setiap penyedia layanan di internet yang memakai banyak data masyarakat dalam kegiatannya.
Penetration test harus sesering mungkin dilakukan untuk mengetahui dimana saja letak celah keamanan. Situs marketplace akan selalu menjadi sasaran para peretas karena banyak menghimpun data masyarakat, terutama kartu kredit, kartu debit dan dompet digital.
"Perkuat pengamanan sistemnya, investasi lebih banyak untuk cyber security. Penggunaan enkripsi harus merata terhadap semua data yang berhubungan dengan user, jangan hanya password seperti saat ini," jelas Pratama.
Artikel Asli: CNNIndonesia.com