Polemik Perusahaan Ojol Rusia Bikin Ojol Kompetitor Gerah Karena Pasang Tarif Murah di Bawah Aturan
IDWS, Senin, 23 Desember 2019 - Kemunculan ojek online (ojol) asal Rusia, Maxim, yang sudah mulai beroperasi di Indonesia memicu protes keras dari para kompetitornya lantaran tarif Maxim disebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tentang ojek online.
Ratusan driver Gojek dan Grab menggelar aksi unjuk rasa di kantor Maxim Solo, Jalan RM Sangaji, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Senin (16/12). (MP/Ismail)
Berdasarkan Permenhub 12/2019. Tarif ojek online diatur berdasarkan zonasi. Ketentuan tarif untuk masing-masing zona adalah, Zona I (Sumatra, Jawa, Bali kecuali Jabodetabek): Rp 1.850-2.300 per km dengan biaya minimal Rp 7.000-10.000.
Berikutnya Zona II (Jabodetabek): Rp 2.000-2.500 per km dengan biaya minimal Rp 8.000-10.000. Namun tarif yang ditawarkan Maxim disebut-sebut jauh lebih murah.
Berdasarkan laporan detikcom, tarif minimal yang diberikan oleh Maxim adalah Rp 3.000 sedangkan Gojek dan Grab Rp 7.000 hingga Rp 10.000 untuk 4 km.
Sudah disesuaikan
Merespons protes tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya telah menyelesaikan perkara tersebut, dan Maxim telah memberlakukan tarif yang seharusnya.
(Dok. Maxim)
"Sudah menyesuaikan, karena dia harus ke Rusia dulu, terus Maxim menyesuaikan. Iya (tarifnya) sesuai dengan standar kita," ujarnya di Terminal Kampung Rambutan, Minggu (22/12/2019), dikutip dari detikFinance.
Hal itu merupakan buah hasil dari pertemuan antara Kementerian Perhubungan dengan pihak Maxim beberapa hari yang lalu. Ia ingin antara operator ojek online bisa bersaing dengan sehat.
"Jadi gini, yang namanya online itu kan satu keniscayaan, satu persaingan, tapi persaingan itu harus sehat. Jadi saya mau bersaing itu harus sehat," kata Budi Karya.
Kemungkinan pembatasan jumlah driver
Budi Karya sendiri tidak mempermasalahkan kemunculan Maxim. Menurutnya, semakin banyak persaingan semakin baik asalkan semua operator ojek online bisa bersaing dengan sehat.
Ratusan driver Gojek dan Grab menggelar aksi unjuk rasa di kantor Maxim Solo, Jalan RM Sangaji, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Senin (16/12). (MP/Ismail)Ratusan driver Gojek dan Grab menggelar aksi unjuk rasa di kantor Maxim Solo, Jalan RM Sangaji, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Senin (16/12). (Foto: MP/Ismail)
"Kalau menurut saya makin banyak operator makin baik ya. Tapi kita juga tidak mau operator itu saling bunuh dengan satu tarif yang sesuka hati, karena itu justru akan bumerang. Ya tentu kita akan batasi, yang penting nanti ada suatu equilibrium tertentu jumlah yang beredar itu nanti dibatasi," kata Budi Karya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (22/12/2019).
Perlu diketahui, kemunculan Maxim mendapat protes dari kompetitornya. Pengemudi Gojek dan Grab pernah mendatangi kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta untuk meminta agar ojol asal Rusia itu diblokir.
Ratusan driver Gojek dan Grab menggelar aksi unjuk rasa di kantor Maxim Solo. (Foto: MP/Ismail)
Setelah sebelumnya protes ke kantor ojek online (ojol) Maxim di Solo beberapa waktu lalu, para pengemudi Gojek dan Grab sempat mendatangi kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta. Mereka meminta agar ojol asal Rusia itu diblokir.
Beberapa perwakilan ojol Gojek dan Grab melakukan audiensi dengan Kepala Dishub Surakarta, Hari Prihatno dan perwakilan Kementerian Perhubungan. Mereka mempertanyakan izin dan menuntut agar tarif Maxim disesuaikan dengan Permenhub 12 Tahun 2019 tentang ojek online.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: detikFinance