Pendapatan Video Game Global Akan Capai 2.100 Triliun Rupiah
IDWS, Rabu, 19 Juni 2019 - Industri gaming semakin menunjukkan taringnya dari tahun ke tahun. Pasar video game serta permainan elektronik global diprediksi akan menghasilkan US$152,1 miliar atau setara dengan Rp2,1 kuadriliun (sekitar 2.100 triliun rupiah). Angka tersebut naik 9,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Terus menanjaknya industri video game diperkirakan karena fungsi video game yang kini telah berubah dari sekedar hiburan dan pengisi waktu luang menjadi konten dan komunikasi. Laporan perusahaan analitik Newzoo menunjukkan saat ini konvergensi lengkap dari berbagai bentuk hiburan digital.
Peter Warman, Kepala Eksekutif Newzoo, mengungkapkan ketika permainan (video game) muncul di mana saja, mereka berubah menjadi alat untuk saling berhubungan sehingga memungkinkan para pemainnya untuk mengobrol dengan teman maupun bertemu dengan orang baru dalam hidupnya.
Fortnite, game battle royale yang sangat populer di Amerika Serikat. (Epic Games)
"Publisher Fortnite, Epic Games Inc, khususnya, percaya pada game sebagai platform [untuk] komunikasi," kata Warman kepada Reuters, dilansir dari CNN Indonesia.
Fenomena meningkatnya peran serta kebutuhan akan video game di kalangan masyarakat dunia membuat banyak perusahaan besar yang sebelumnya sama sekali tidak berkecimpung di dalam industri gaming tertarik untuk mencoba peruntungan mereka.
Tak mau ketinggalan, raksasa media sosial Facebook Inc juga meluncurkan game-nya sendiri lewat aplikasi Facebook, WhatsApp dan Messenger, meniru langkah WeChat Tencent Holding Ltd. di China.
Pada 5 Juni lalu, pengembang Words With Friends, Zynga Inc, meluncurkan game battle royale baru yang ekslusif untuk platform gaming baru Snap Inc, rumah dari aplikasi perpesanan Snapchat.
Tahun 2019 ini, Amerika Serikat akan menyalip China untuk pasar game terbesar dengan pendapatan US$36,5 miliar (sekitar Rp519,8 triliun. Pertumbuhan video game di Amerika bisa sangat pesat karena pertumbuhan game konsol serta meroketnya popularitas Fortnite di sana, ditambah dengan pembekuan pemerintah sebelumnya pada game baru untuk China.
"Saya percaya ini adalah kesalahan sementara," kata Warman mengenai pasar China, karena ada begitu banyak permainan yang menunggu persetujuan.
Perusahaan-perusahaan Jepang juga turut serta menikmati potongan kue dari menanjaknya industri gaming. Namun mereka mengambil pendekatan berbeda yakni lebih condong mengolah kembali judul-judul game lama untuk memberi kesan modern saat bernostalgia.
Final Fantasy VII Remake, merupakan game lawas yang digarap ulang oleh Square Enix. (Square Enix)
Judul terkenal di penjuru dunia seperti Final Fantasy VII, yang dirilis pada 1997 oleh Square Enix Holdings Co Ltd Jepang (saat itu masih bernama Square) kini digarap ulang menjadi Final Fantasy VII Remake yang menuai reaksi meriah dalam perhelatan video game terbesar dunia E3 kemarin. Selain itu, Square Enix juga mengumumkan versi remastered dari Final Fantasy VIII yang nantinya dapat dimainkan di layar HD.
Tifa Lockhart versi Final Fantasy VII Remake, kemunculannya di E3 belum lama ini membuat gempar para gamer terutama para penggemar serial Final Fantasy. (Square Enix)
Sedangkan Nintendo Co Ltd dan Bandai Namco Holdings Inc, pengembang dari game Pac-Man klasik berada di peringkat ke-9 dan ke-10 dalam daftar Newzoo dari perusahaan game publik teratas berdasarkan pendapatan.
"Butuh waktu lama, tetapi mereka [pengembang game asal Jepang] kembali," ungkap Warman. Beberapa pengembang game asal Jepang lambat dalam merangkul game mobile dan mengubah bisnis dari game berbayar menjadi free-to-play.
Game mobile pada smartphone maupun tablet, PC dan konsol masih kokoh sebagai platform terbesar dengan menghasilkan US$68,5 miliar (sekitar Rp975,6 triliun).
(Stefanus/IDWS)
Sumber: CNN Indonesia)