Siswa SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Depresi Karena Dipaksa Setubuhi Kucing dan Videonya Disebar ke Internet
Seorang murid kelas enam sekolah dasar (SD) di Singaparna, Kabupaten Tasikmalayan dilaporkan meninggal karena depresi usai dipaksa bersetebuh dengan kucing.
Peringatan: Artikel ini mengandung konten perundungan berat yang mungkin dapat mempengaruhi emosi dan mental pembaca. IDWS tidak menyarankan anda untuk meneruskan membaca jika merasa tidak nyaman dengan konten bersangkutan.
IDWS, Kamis, 21 Juli 2022 - Korban yang baru berusia 11 tahun, dilaporkan menjadi korban perundungan teman-teman seumurannya. Ia dipaksa menyetebuhi kucing di mana aksi tersebut direkam menggunakan ponsel lalu videonya disebarkan ke media sosial dan WhatsApp. Belakangan terungkap korban sebelumnya sudah kerap dipukuli oleh teman-temannya.
"Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung. depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainanya," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, Rabu (20/7/2022), seperti dikutip dari detikcom.
Video berdurasi sekitar 50 detik itu tersebar dan jadi viral.
"Ibu korban pun mulanya mengetahui dari tetangganya ada rekaman anaknya yang viral sedang dipaksa begitu ke kucing. Dari sana mulai korban depresi tak mau makan dan minum sampai akhirnya meninggal dunia," tambah Ato.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Ato Rinanto, bersama ibu dari korban perundungan bocah 11 tahun dan dipaksa bersetubuh dengan kucing oleh teman-temannya di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (20/7/2022).(Kompas.com/Dok. KPAID Kabupaten Tasikmalaya)
Korban merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ibu kandung korban, T (39) menuturkan bahwa awalnya putranya itu terlihat sering murung dan melamun hingga tak mau makan sepekan sebelum meninggal dunia. Ketika ditanya orang tuanya, korban mengaku sakit tenggorokan.
"Kalau ke kami ngakunya sakit tenggorokan, dimasukin air aja dimuntahin lagi," ucap T kepada detikcom.
Kemudian T mengetahui video perundungan yang dialami putranya itu dari tetangga, lalu menanyakannya kepada sang putra kenapa ia mau melakukannya. Di sinilah korban mengaku ketakutan dipukul teman-temannya karena mereka ternyata sudah kerap main tangan. Puncaknya adalah dipaksa menyetubuhi kucing sambil direkam dan disebar videonya. Korban bahkan juga diolok-olok saat dipaksa menyetubuhi kucing itu.
Kondisi korban makin parah hingga minum air putih saja muntah, lalu mengalami kejang-kejang. Korban sempat dirawat di rumah sakit, namun sayang ia meninggal dunia di sana.
"Kami bawa ke rumah sakit tapi meninggal dunia," tutur T.
Hingga menghembuskan nafas terakhirnya, korban tetap tidak mau menyebut identitas para pelaku yang telah merundungnya sakit takutnya. Namun keterangan dari teman-teman korban lainnya serta sejumlah tetangga korban, pelaku diduga berjumlah empat orang, salah satunya adalah murid SMP.
Makam korban perundungan di Tasikmalaya yang meninggal karena depresi usai dipaksa bersetubuh dengan kucing dan disebar videonya. (Foto: Deden Rahadian/detikcom)
Jadi sesuai keterangan ibu kandungnya, korban sebelum meninggal tak mau membuka siapa para pelaku yang memaksa begitu ke kucing sambil direkam," jelas Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, kepada Kompas.com, Kamis (21/7/2022).
"Tapi diduga ada 4 orang dan identitasnya sudah diketahui. Seorang di antaranya usianya lebih dari korban, sudah SMP. Hari ini kita akan melaporkan ke Polres Tasikmalaya terkait kasus ini. Kita sudah berkoordinasi terus dengan Kanit PPA Polres Tasikmalaya," tambahnya.
"Karena diduga para pelakunya juga adalah masih usia anak-anak, kita akan melakukan pendampingan kepada keluarga korban dan kepada para pelaku. Yang jelas ini diharapkan akan membuka mata kita pentingnya pengawasan dan edukasi kepada anak-anak kita dari para orangtuanya," jelas Rinanto.
Ilustrasi korban perundungan. (Foto: detikcom via Getty Images/Imgorthand)
Melansir laporan Tribunnews.com, pihak orang tua dari para pelaku perundungan terhadap putra T datang ke rumah usai mengetahui kabar meninggalnya korban dan meminta maaf atas perilaku anak-anak mereka.
T mengaku sudah ikhlas dengan kepergian anaknya dan meminta hal ini tak terjadi lagi.
"Saya minta jangan lagi ke anak lainnya," ujarnya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: detikcom, Tribunnews.com, Kompas.com