Founder dan Eks Petinggi ACT Beri Justifikasi Terhadap Gaji Selangit dan Fasilitas Mewah bagi Petinggi serta Bos-bos ATC
Founder sekaligus eks petinggi Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin, menanggapi pemberitaan terkait dugaan penyelewengan dana sumbangan yang mengalir ke ACT.
IDWS, Senin, 4 Juli 2022 - Dugaan penyelewengan dana sumbangan oleh ACT itu pertama kali diungkap oleh majalah Tempo edisi Minggu (3/7/2022) berjudul 'Kantong Bocor Dana Umat'. Laporan dari Tempo itu membuat tagar #AksiCepatTilep dan #JanganPercayaACT menggema di media sosial.
Dalam pemberitaan itu, Ahyudin disebut-sebut menerima gaji mencapai ratusan juta rupiah per bulannya dan juga mendapat tiga mobil mewah yakni Alphard, Pajero Sport, dan Honda CR-V. ACT juga dituding memotong dana donasi yang sejatinya digunakan untuk dana operasional.
Saat diminta konfirmasinya oleh detikcom pada Senin (4/7/2022), Ahyudin menjawab secara berbelit-beli dan berputar-putar dengan lebih dahulu menyatakan bahwa ACT bukan yayasan amal biasa sebagai justifikasi mengapa sumber daya manusianya diberi gaji fantastis dan fasilitas mewah.
"ACT itu bukan sekadar yayasan biasa, ACT adalah foundation kelas dunia... program kerja, jaringan, dan sumber pendanaannya juga dunia. Dengan performance ACT seperti ini, wajar menurut ukuran profesionalitas semua SDM ACT mendapatkan remunerasi atau gaji yang besar sebab standar kerjanya juga besar, kontribusinya juga besar. Semua SDM inti ACT dari top leader hingga OB (office boy) bekerja tanpa kenal waktu, sebab karakter kerja kemanusiaan mengharuskan seperti itu," kata Ahyudin kepada detikcom, Senin (4/7/2022).
"Kantor pusat ACT pun di gedung pencakar langit. Di Menara 165 memiliki 5 lantai gedung, bukan menyewa. Armada kemanusiaan ACT standar internasional, semuanya keren, contohnya program Food Bus, sebuah layanan pemberian makan gratis bagi masyarakat miskin dengan standar bus paling top. Jumlah cabang ACT pun melampaui 100 cabang di seluruh Tanah Air, semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa layanan sosial kemanusiaan itu tak harus seerti baksos ala kebanyakan yayasan biasa di tanah air. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan ACT dipercaya masyarakat khususnya umat Islam," lanjutnya.
Ahyudin memberi justifikasi mengapa petinggi dan bos ACT dapat gaji fantastis serta fasilitas mewah. (detikcom/dok. ACT)
"Sebagai seorang muslim, saya dan kawan-kawan di ACT tak ingin lembaga berlabelkan dan bernarasikan Islam itu ecek-ecek, kecil dan sekadar baksos kecil-kecilan. Bagi kami, ACT bukan sekadar aset umat Islam, melainkan aset bangsa. Perannya di berbagai negara telah menjadi diplomasi kemanusiaan atas nama bangsa dan negara," tuturnya.
Ahyudin menolak mengonfirmasi dengan gamblang apakah laporan Tempo benar atau tidak, ia lebih memilih menjelaskan dengan bahasa tingkat tinggi yang sulit dipahami orang awam.
"Pemberitaan Tempo saya nilai tendensius, mikro, parsial, dan tak substantif. Tetapi ACT sejak awal hingga sekarang selalu berhadapan dengan berbagai tudingan miring, bagi kami itu semua adalah keniscayaan dalam membangun gerakan kebajikan yang besar," katanya.
Sekali lagi, Ahyudin mengatakan isu bantuan program yang dikelola ACT mencakup program bantuan bencana alam internasional, bantuan tragedi kemanusiaan di berbagai negara, dan isu kemiskinan secara umum.
"ACT adalah foundation skala industri jika meminjam istilah korporasi profit, standar kerja profesional," pungkasnya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: detikcom