'Talamau', Segmen Sesar Baru yang Ditemukan BMKG Usai Gempa Gempa Pasaman Barat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil menemukan segmen sesar baru di Sumatera Barat, setelah gempa bumi Pasaman Barat pada Jumat (25/2/2022).
IDWS, Kamis, 3 Maret 2022 - Gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,2 terjadi pada pukul 08.35 WIB dengan lokasi 18 km timur laut Pasaman Barat dan kedalaman 10 km. Kemudian, gempa kedua terjadi pukul 08.39 WIB dengan lokasi 17 kilometer timur laut Pasaman Barat, kedalaman 10 kilometer berkekuatan magnitudo 6,1.
Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan, temuan sesar baru di Pasaman itu merujuk hasil monitoring dan kajian mendalam oleh BMKG terhadap kondisi seismisitas pasca gempa yang lalu di Sumatera Barat, yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
Setelah gempa Pasaman Barat terjadi, BMKG melakukan kajian lebih mendalam terhadap sumber gempa di wilayah tersebut. Berdasarkan peta sesar aktif di Sumatera Barat di bagian utara, sebelumnya hanya terdapat patahan di Angkola dan Sianok. Akan tetapi, setelah dikaji mendalam, kini ditemukan segmen sesar baru.
"Untuk sementara segmen sesar baru ini diberi nama Talamau," kata Rahmat dalam jumpa pers, Rabu (2/3/2022), seperti dikutip dari Kompas.com.
Masjid Raya Kajai rusak akibat gempa Pasaman Barat, Sumbar, Jumat (25/2). (CNNIndonesia.com via ANTARA FOTO/Altas Maulana)
Menurut Rahmat, segmen sesar Talamau tersebut dapat berpotensi memicu gempa dengan magnitudo 6,2. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menambahkan, dengan ditemukannya segmen sesar baru, setelah gempa Pasaman Barat ini, akan menjadi penanda pola patahan tektonik yang baru.
Kawasan yang dilewati jalur sesar tersebut perlu diwaspadai karena di masa yang akan datang kejadian gempa kuat dapat terulang kembali, seperti yang terjadi pada gempa Pasaman Barat beberapa waktu lalu.
"Selama ini dianggap sebagai zona yang relatif aman, karena memang belum pernah terjadi gempa kuat. Namun kemarin, pusat gempa justru berada disitu. Ini perlu diwaspadai dan ke depan harus dimitigasi," ujarnya.
Warga melintas di depan rumah yang rusak akibat gempa di Jorong Pinagar, Nagari Aua Kuning, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di Pasaman Barat dan sekitarnya itu mengakibatkan tujuh warga meninggal dunia.(Kompas.com via ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Dwikorita mengatakan, kawasan segmen sesar baru Pasaman itu memiliki potensi dampak gempa dengan intensitas guncangan yang cukup kuat, dapat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI. Pada skala intensitas tersebut gempa dapat merobohkan struktur bangunan atau rumah dengan tingkat kerusakan sedang hingga berat, sehingga apabila tidak diantisipasi dapat berakibat fatal bagi warga.
Dengan makin bertambahnya segmen patahan aktif yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat ini, sumber-sumber gempa yang perlu diwaspadai dan dimitigasi tidak hanya di Zona Megathtust dan Patahan Mentawai yang berada di laut saja. Namun, sumber gempa bumi dari segmen-segmen sesar aktif di darat dengan pusat gempa yang umumnya dangkal juga perlu diwaspadai.
Oleh karena itu, sesar baru yang teridentifikasi setelah bencana gempa di Sumbar tersebut perlu menjadi perhatian bersama, terutama mengenai tata ruang. Adapun soal tata ruang di kawasan jalur sesar di darat, lanjut Dwikorita, dapat dirancang sedemikian rupa agar bangunan memiliki pola rancang bangun tahan terhadap guncangan gempa kuat.