Ini Kata Pakar Soal Fenomena Umbar Jabatan dan Koneksi Saat Seseorang Terlibat Konflik
Perseteruan yang bermula dari hal sepele antara ibunda anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan dengan seorang wanita yang belakangan diketahui sebagai istri seorang jenderal TNI bintang satu.
IDWS, Rabu, 24 November 2021 - Seperti yang IDWS laporkan sebelumnya, permasalahan antara kedua pihak yang terjadi di bandara Soekarno-Hatta itu dimulai karena hal sepele saat pengambilan bagasi pesawat. Di mana ibunda Arteria Dahlan dianggap terlalu lama menurunkan bagasi sehingga menghalangi seorang wanita muda yang mengaku anak dari jenderal bintang tiga. Keduanya lalu terlibat adu mulut di tempat hingga berujung saling lapor ke polisi bandara.
Video dari pertengkaran tersebut direkam oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni dan diunggah ke sosial media Instagram lewat akunnya, @ahmadsahroni88.
Belakangan diketahui bahwa wanita muda tersebut adalah Anggita Pasaribu, istri dari jenderal TNI bintang satu berpangkat Brigjen melansir laporan Tribunnews.com. Kini pihak wanita itu ingin berdamai dengan keluarga Arteria Dahlan.
Merasa superior
Lantas, mengapa orang cenderung membawa-bawa pangkat dan jabatan saat terlibat konflik?
Mengutip Kompas.com, Sosiolog dari Universitas Indonesia Paulus Wirutomo menilai, orang yang mempunyai kedudukan memang memiliki kecenderungan untuk menunjukkan superioritasnya saat berkonflik dengan orang lain.
"Dia merasa kedudukan sosialnya lebih tinggi buat menakuti orang, buat menekan orang yang lawan dia, siapa pun lawannya, ditekan dengan modal itu. Aku anaknya ini, dan lain-lain," kata Paulus.
Cara menyelesaikan konflik seperti itu, kata dia, memang cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kedudukan.
"Kalau orang biasa marah-marah juga, bisa saja, tapi tidak ada sesuatu yang bisa ditonjolkan," sambung Paulus.
Sayangnya, dalam kasus di bandara Soekarno-Hatta tersebut, wanita muda yang ngaku anak jenderal bintang tiga itu bertemu dengan lawan yang sama-sama punya kedudukan.
"Yang marah menjual modalnya (sebagai istri jenderal). Kebetulan yang diteriaki, anaknya punya jabatan juga. Jadi merasa tersinggung, saya modalnya gini, kok ada yang berani," ucap Paulus.
Paulus pun berharap kejadian yang melibatkan ibu Arteria Dahlan dan perempuan itu bisa menjadi pembelajaran bagi kedua belah pihak maupun bagi masyarakat.
"Orang mau menonjolkan superioritas dia di depan umum ya itu. Harus ingat, di atas langit masih ada langit," ucapnya.
Tangkapan layar dari video cekcok antara wanita yang mengaku keluarga Jenderal Bintang Tiga dengan ibunda Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan. (Instagram/@ahmadsahroni88)
Terbiasa menyalahgunakan fasilitas, berujung pada habit buruk
Sementara itu, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai, sikap superioritas yang ditunjukkan oleh si perempuan bisa jadi muncul akibat ia terbiasa menyalahgunakan fasilitas TNI milik suaminya. Ini terlihat saat wanita itu terekam video dijemput dengan mobil dinas TNI. Padahal, sesuai aturan, harusnya mobil dinas hanya digunakan oleh personel TNI untuk kebutuhan dinas.
"Setahu saya keluarga TNI itu tidak mudah pakai mobil dinas suami kecuali ada kaitan dengan dinas. Jadi jelas dia itu enggak mungkin boleh pakai," katanya.
Selain itu, Connie menegaskan, mobil dinas TNI tidak boleh disopiri oleh warga sipil. Maka, bisa disimpulkan bahwa mobil yang menjemput perempuan tersebut di bandara dikendarai oleh anggota TNI.
"Berarti dia pakai sopir tentara juga. Kalau kita lihat di video bahkan ada asprinya juga. Jadi pertanyaannya, dia ini kok bisa pakai perangkat dinas (punya suaminya?)" kata Connie.
Connie pun menilai, kondisi itulah yang kemudian membuat perempuan tersebut dengan mudahnya membawa-bawa pangkat dan kedudukan suaminya saat berseteru dengan ibu Arteria.
"Saya melihatnya, enggak mungkin juga dia punya habit begini kalau dia enggak berkembang dengan suasana seperti itu. Buat dia biasa saja, makanya pede seperti itu," katanya.
Oleh karena itu, Connie menilai, TNI perlu melakukan evaluasi terkait penggunaan mobil dinas dan perangkat kedinasan lainnya. Meski demikian, Connie meyakini, masih banyak juga keluarga jenderal TNI yang tidak mau menyalahgunakan kekuasaan sang jenderal. Jangan sampai karena perbuatan satu atau dua oknum, kata Connie, citra TNI menjadi buruk.
"Saya sih enggak melihat itu semua keluarga militer begitu. Kita lihat dengan kepala dingin," katanya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com, Tribunnews.com