Viral Anak Magang Startup Digaji Rp 100 ribu/bulan, Resign Didenda Rp 500 ribu
Netizen Indonesia tengah ramai membicarakan curhatan anak magang sebuah startup di Surabaya yang mengaku hanya digaji Rp 100 ribu per bulan dan jika resign, kena denda Rp 500 ribu.
IDWS, Sabtu, 30 Oktober 2021 - Curhatan itu dibagikan oleh akun Twitter @taktekbum pada Senin (25/10/2021). Dalam curhatannya, pegawai magang ini bercerita, startup tempatnya bekerja memberikan target performa dan tugas yang bebannya sama dengan pegawai full time. Kemudian, perusahaan itu memberikan gaji Rp 100 ribu per bulan. Itu pun bisa dipotong tergantung performa.
"Ada beberapa rekan kami yang kerjanya on track, tapi pada akhirnya cuma terima sekitar 100k untuk 3 bulan magang," tulis si pekerja magang.
Bagi mereka yang tak mau menerima upah ada opsi memperpanjang masa magang. Sementara, tidak diketahui perpanjangan waktunya. ia menambahkan, perihal pemotongan gaji ini sendiri tidak ada dalam kontrak.
"Apakah di kontrak intern ada perihal pemotongan tergantung performa? Tidak ada. Kami baru tahu setelah akan menerima hak kami," sambungnya.
Bukan hanya itu, pegawai magang ini juga bercerita mengenai pinalti yang harus dibayar jika mundur sebelum masa magang habis. Pegawai magang dikenakan pinalti sebesar Rp 500 ribu
CEO startup minta maaf
Belakangan, diketahui bahwa startup yang dimaksud dalam curhatan tersebut bernama Campuspedia yang berlokasi di kota Surabaya. Menanggapi viralnya pemberitaan akan curhatan tersebut, CEO Campuspedia, Akbar Maulana, mengunggah permintaan maaf lewat Twitter @campuspedia_id
Selain itu, Akbar Maulana juga mengaku sudah mengembalikan uang denda resign sebesar Rp 500 ribu per orang kepada anak-anak magang yang memutuskan resign sebelumnya.
"Total belasan (yang kena penalti), uangnya sudah dikembalikan 4 orang. Cuman yang lain masih proses pencarian data. Kalau 4 kita punya data nama nomor rekening semuanya. Sisanya punya namanya, cuman kita belum punya nomor rekening. Intinya masih proses," ujar CEO Campuspedia Akbar Mauana saat ditemui detikcom di Humas Pemkot Surabaya, Jumat (29/10/2021).
Akbar mengatakan anak magang yang terkena denda Rp 500 ribu karena resign adalah yang magang pada periode April 2020-Maret 2021. Satu kali periode magang adalah 3 bulan.
Akbar menyebut sebelum ada kebijakan denda, di setiap periodenya terdapat 5-7 anak magang yang mengundurkan diri. Karena itu denda diberikan untuk menjaga komitmen para anak magang. Dan selama periode April 2020-Maret 2021 atau saat ada kebijakan denda, sudah belasan anak magang yang resign.
Selain itu, Akbar mengaku bahwa denda Rp 500 ribu itu sebenarnya tidak diwajibkan.
"Nggak semua bayar Rp 500 ribu, ada yang ga bisa bayar bilang ke tim terkait, ya nggak pa pa. Ada yang gak bisa dihubungi, ada yang bilang cuma bisa bayar Rp 100 ribu. Dan ada catatannya. Jadi semua uang yang kami terima kami kembalikan," kata Akbar.
Lantas, uang denda Rp 500 ribu yang sudah diterima itu awalnya hendak digunakan untuk apa?
"Dananya untuk program sosial. Semacam kita pernah buat beasiswa KKN Campuspedia. Waktu itu yang daftar 1.000-an di bulan Maret 2021. Kami alokasikan ke program-program sosial," kata Akbar kepada detikcom di Humas Pemkot Surabaya, Jumat (29/10/2021).
Kantor sepi
Startup Campuspedia berkantor di Koridor Co-working Space Surabaya, yang diketahui sepi tidak ada orang setidaknya dalam sepekan terakhir, melansir laporan Jawa Pos.
Ketika tim JawaPos.com berkunjung ke kantor Koridor di lantai 3 Gedung Siola, ruangan yang biasa ditempati Campuspedia kosong. Tempat itu disediakan Pemerintah Kota Surabaya untuk startup yang berdiri dan berkembang di Kota Surabaya.
Kantor Campusmedia di Koridor Co-working Space di Siola (Foto: Esti Widiyana)
Menurut penuturan tim keamanan, biasanya tim Campuspedia bekerja di ruangan tersebut. Sedangkan karyawan magang menempati kursi panjang di luar ruangan.
”Kalau ada yang magang, biasanya duduk di situ. Jadi kadang ramai,” tuturnya.
Kantor Campusmedia di Koridor Co-working Space di Siola (Foto: detikcom/Esti Widiyana)
Namun, sudah seminggu ini tim Campuspedia tidak muncul. Tim keamanan juga tidak tahu alasannya. ”Mereka kan bebas bisa datang atau enggak tiap hari. Jadi kami nggak tahu,” akunya.
(stefanu/IDWS)