Kontroversi Aksi Tolak Tes COVID-19 di Bali Oleh Jerinx SID, Disorot IDi hingga Satgas
Aksi Jerinx 'SID' dan sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Masyarakat Nusantara Sehat (Manusa) menolak tes Corona di Bali menuai kritik tajam. Unjuk rasa itu sangat disayangkan sejumlah pihak.
IDWS, Senin, 27 Juli 2020 - "Ya, kalau yang dibilang tadi kan kita nolak rapid test dan juga swab itu ketika itu digunakan sebagai suatu syarat administrasi, ya kita tolak," kata koordinator aksi, Krisna Dinata, saat dihubungi detikcom, Minggu (26/7).
Jerinx dan istri juga tampil menyanyi di tengah massa aksi. Penampilannya saat mengikuti aksi dengan tidak memakai masker menjadi sorotan. Ada yang mendukung, ada juga yang menganggap Jerinx sebagai provokator.
Dalam posting-an terbarunya, Jerinx menegaskan dirinya tidak melanggar hukum.
"Beberapa media memberi narasi seolah saya 'memprovokasi' warga utk melawan hukum di aksi @menjadimanusa Bali Tolak Rapid/Swab pagi tadi di Renon, namun sejatinya TAK ADA SATUPUN HUKUM yang saya langgar," tegas Jerinx dilihat, Senin (27/7/2020).
Aksi menolak tes Corona di Bali. (Dok. Manusa)
Drummer SID itu justru seperti menantang siapa pun yang merasa dirugikan oleh aksinya bersama warga Bali, Minggu (26/7), siang boleh melaporkan dirinya ke polisi. Jerinx mengaku tak jadi masalah.
"Jika ada yg merasa dirugikan silakan tempuh jalur hukum. Saya gak punya beking orang kuat selain istri saya. Jika anda benar, saya pasti sudah/akan dipenjara kok," tutur Jerinx.
Aksi tersebut disorot oleh Satgas Penanganan COVID19, Komisi IX DPR, hingga Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mereka meminta agar warga diberi edukasi seputar bahaya wabah virus Corona dan bahkan meminta polisi turun tangan melakukan tindakan.
Ketua Satgas: Terus Edukasi Warga
Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo, telah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat di Bali. Dia meminta para warga yang menolak rapid dan swab test Corona dipanggil dan diberi penjelasan.
"Kami sudah berkoordinasi dengan beberapa tokoh di Bali, mereka yang sejauh ini masih menentang penggunaan rapid test maupun swab test PCR hendaknya dipanggil, hendaknya diberikan penjelasan," kata Doni Monardo dalam jumpa pers usai rapat terbatas, seperti disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (27/7/2020).
Kemudian, Doni menjelaskan rapid test dan swab test Corona diperlukan untuk deteksi atau screening penularan virus tersebut. Jika seseorang positif COVID-19, disebut Doni, orang itu berpotensi menularkannya kepada keluarga di rumah.
"Bahwa PCR test, termasuk juga untuk sementara rapid test karena belum semua daerah memiliki PCR test, adalah satu langkah kita untuk screening untuk bisa mengetahui seseorang itu menderita COVID atau seseorang itu sudah memiliki virus COVID di dalam dirinya atau belum," jelas Doni.
"Kalau dia masih dalam kondisi sehat, ternyata dia diperiksa sudah positif, ini juga dapat membahayakan yang lain, termasuk keluarga di rumah. Kalau seandainya seorang muda, punya mobilitas tinggi, kemudian berada di rumah dengan keluarga yang rentan, sangat mungkin keluarga tersebut berpotensi akan tertular," lanjut dia.
Doni pun menegaskan pentingnya peningkatan kesadaran akan bahaya COVID-19. Karena itulah, Doni mengatakan pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat.
Gugus Tugas Denpasar: Sayangkan Abai Pakai Masker
Juru Bicara Gugus Tugas Kota Denpasar Dewa Gede Rai menyayangkan aksi yang dilakukan oleh Jerinx 'SID' dan massa yang tidak menggunakan masker di aksi itu.
"Ya ini kan tentu kami Gugus Tugas Denpasar dalam upaya untuk menggencarkan dalam upaya penanganan COVID-19 dengan penerapan protokol kesehatan tentu menyayangkan, seperti mengabaikan penggunaan masker kemudian tidak memperhatikan protokol physical distancing yang diatur dalam protokol kesehatan," kata Dewa Rai seperti dikutip dari detikcom, Senin (27/7/2020).
Dewa Rai menegaskan Gugus Kugas Kota Denpasar masih berpedoman kepada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dan surat edaran Gubernur Bali soal pencegahan maupun penanganan COVID-19. Penolakan terkait rapid test dan swab test tak akan mengubah prosedur pencegahan Corona di Bali.
"Jadi sampai saat ini yang menjadi pedoman dan aturan yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Bali melalui Gugus Tugas di Denpasar tetap melakukan protap-protap sesuai dengan yang diatur dalam baik surat dari Permenkes maupun surat edaran Gubernur Bali," tegas Dewa Rai.
Komisi IX DPR: Polisi Diminta Beri Sanksi
Komisi IX DPR meminta polisi mengambil tindakan tegas.
"Jadi, polisi diminta untuk mengambil tindakan tegas sesuai aturan yang berlaku. Itu UU-nya ada, UU Kedaruratan Nasional ada, UU Kebencanaan ada, UU Darurat Kesehatan ada. Banyak UU. UU itu ada beberapa yang ada punya pasal-pasal yang bisa dipakai," kata Wakil Ketua Komisi IX Emanuel Melkiades Laka Lena kepada wartawan, Senin (27/7/2020).
Melki menegaskan, dalam penanganan Corona di Indonesia, ada aturan yang dipakai sebagai dasar. Anggota DPR dari Fraksi Golkar itu meminta para pihak yang secara jelas menentang kebijakan pemerintah dalam penanganan Corona diberi sanksi agar memberi efek jera.
Melki menekankan kebijakan penanganan Corona yang dilakukan pemerintah semata untuk melindungi masyarakat. Anggota DPR dari dapil NTT II itu khawatir perilaku menolak kebijakan pemerintah dalam penanganan Corona akan meluas jika kegiatan seperti yang dilakukan Jerinx 'SID' dan Manusa tidak ditindak tegas.
IDI: Salah Pemahaman
IDI menyebut aksi Bali Tolak Rapid/Swab dari musisi Jerinx sebagai pandangan yang salah. IDI menyatakan tes COVID penting untuk dilakukan.
"Jadi itu karena salah paham masyarakat, itu terjadi di mana-mana pada waktu wabah atau disangka wabah yang menakutkan masyarakat. Itu terjadi juga pada waktu HIV. Intinya, sikap masyarakat yang salah karena salah pemahaman," ucap Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban, saat dihubungi, Minggu (26/7/2020).
Bagi Zubairi, tes penting dilakukan agar diketahui seseorang terkena virus Corona atau tidak, sehingga bisa dilakukan pencegahan penularan.
"Kemudian, disampaikan bahwa, Anda dites, Anda melindungi Anda sendiri. Begitu positif, isolasi mandiri, dengan isolasi mandiri itu, tidak tertularkan ke orang tua di rumah, adik, kakak, pembantu, dan kakak," ucapnya.
"Kalau tidak dites, walaupun Anda sehat, belum tentu nggak ada virus. Ini tujuannya, kan sekarang lebih dari 90 persen keluhan ringan, bahkan sebagian lagi tanpa gejala," ujarnya.
Zubairi tidak menampik ada pandangan keliru di masyarakat soal tes Corona. Untuk itu, pemerintah perlu menyampaikan atau mensosialisasi masalah virus Corona.