Sambut Hari Pahlawan, Presiden Jokowi Anugerahkan 6 Tokoh Dengan Gelar Pahlawan Nasional
IDWS, 10 November 2019 - Hari ini, 10 November 2019, merupakan hari di mana Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tanggal yang sama, 74 tahun silam.
Hari Pahlawan ditetapkan melalui Keppres No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Tanggal tersebut dijadikan Hari Pahlawan untuk mengenang banyaknya pahlawan bangsa yang gugur saat tentara sekutu (Britania Raya dan Belanda) ingin merebut kembali Indonesia ke dalam genggamannya pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Untuk menghormati jasa para pahlawan yang gugur dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia, tidak ada salahnya kita mengingatkan kepada teman, saudara, keluarga dekat hingga kekasih bahwa hari ini adalah Hari Pahlawan.
Presiden Jokowi baru saja menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 tokoh bangsa Indonesia. (Instagram/@jokowi)
74 tahun setelah Pertempuran Surabaya, beberapa tokoh baru saja diberi gelar pahlawan oleh Presiden Jokowi. Penganugerahan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 120 TK Tahun 2019 tanggal 7 November 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Berikut 6 tokoh yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia:
1. Abdoel Kahar Moezakir (anggota BPUPKI/PPKI)
(Sumber: biografi-tokoh-ternama.blogspot.com)
Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir atau ejaan baru Abdul Kahar Muzakir, lahir di Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta, 16 April 1907 dan meninggal di Yogyakarta pada 2 Desember 1973 di umur 66 tahun.
Abdoel Kahar Moezakir adalah Rektor Magnificus yang dipilih Universitas Islam Indonesia untuk pertama kali dengan nama STI selama 2 periode 1945—1948 dan 1948—1960.
Ia adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
2. Alexander Andries (AA) Maramis (anggota BPUPKI/PPKI)
(Sumber: Wikipedia.org)
Mr. Alexander Andries Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, 20 Juni 1897 dan meninggal di Jakarta, 31 Juli 1977 pada umur 80 tahun. Alexander Andries (AA) Maramis adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia pernah menjadi anggota BPUPKI dan KNIP.
Ia juga pernah menjadi Menteri Keuangan Indonesia dan merupakan orang yang menandatangani Oeang Republik Indonesia pertama.
Keponakan Maria Walanda Maramis ini menyelesaikan pendidikannya dalam bidang hukum pada tahun 1924 di Belanda.
3. KH Masykur (anggota BPUPKI/PPKI)
(Sumber: Kompasian)
K.H. Masjkur atau KH Masykur, lahir di Malang, Jawa Timur, 30 Desember 1904 dan meninggal pada 19 Desember 1994 pada umur 89 tahun.
KH Masykur adalah Menteri Agama Indonesia pada tahun 1947-1949 dan tahun 1953-1955.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI tahun 1956-1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968.
4. Prof M Sardjito (dokter dan eks Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
(Sumber: Tribunnews.com/Seno Tri Sulistiyono)
Prof. Dr. M. Sardjito lahir di Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889 dan meninggal pada 5 Mei 1970 pada umur 80 tahun. Beliau adalah dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Pada masa perang kemerdekaan, ia ikut serta dalam proses pemindahan Institut Pasteur di Bandung ke Klaten.
Selanjutnya ia menjadi Presiden Universiteit (sekarang disebut Rektor) Universitas Gadjah Mada yang pertama dari awal berdirinya UGM tahun 1949 sampai 1961.
5. Ruhana Kudus (wartawan dan pendiri Sekolah Kerajinan Amal Setia di Koto Gadang)
(Sumber: Wikipedia.org)
Roehana Koeddoes atau Ruhana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 20 Desember 1884 dan meninggal pada 17 Agustus 1972 di Jakarta, pada umur 87 tahun.Ruhana Kudus adalah wartawan Indonesia.
Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang.Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.
Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama Sunting Melayu, yang tercatat sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
6. Sultan Himayatuddin (Sultan Buton)
(Sumber: YouTube/Kompas TV)
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo adalah Sultan Buton ke-20 pada 1752-1755 dan ke-23 pada 1760-1763. Ia giat bergerilya melawan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Buton.
Sejak 1755, tidak lama setelah perang Buton, Sultan Himayatuddin menetap di Siontapina hingga meninggal pada 1776.Sultan Himayatuddin dimakamkan di puncak Gunung Siontapina.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: TribunNews